ASKEP CA. PROSTAT
DISUSUN OLEH : KELOMPOK I
HARMANTO : 130 10 088
ASMA : 130 10 083
RIAN HIDAYAT : 130 10 078
LD.MUH. SAKTI : 130 10 085
SUPIANTO : 130 10 123
DINIATI : 130 10 081
HERMIN : 130 10 082
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) IST – BUTON
BAU BAU
2012
KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah yang patut diucapkan kepada ALLAH SWT selain ucapan puji dan syukur yang setinggi-tingginya karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan askep ini. Askep ini diharapkan berguna bagi mahasisiwa-mahasiswi sekalian.
Selama penyusunan askep ini, penyusun telah mendapat begitu banyak bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen “Keperawatan Dewasa II1” yang telah membimbing kami dengan sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan dan bimbingan bagi kesempurnaan askep ini, teristimewa orang tua yang telah mengasuh dan memberikan dorongan moral maupun bantuan material juga atas semua doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepada kami dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan keikhlasannya mendapat balasan yang berlipat ganda dari ALLAH SWT. Amin. Kami menyadari dalam proses penyelesaian askep ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami selalu terbuka dan berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan askep ini dan demi terciptanya askep lain tentang ” CA PROSTAT“ yang lebih baik di kemudian hari.
Demikian, semoga askep ini berguna dan memberikan nilai tambah dan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bau-Bau, 25 april 2012 Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan penulisan 2
BAB II KONSEP MEDIS 3
A. Definis 3
B. Etiologi 4
C. Patofisiologi 4
D. Klasifikasi 5
E. Gambaran klinik 6
F. Komplikasi 8
G. Penatalaksanaan 9
H. Pengobatan 10
I. Pencegahan 10
BAB III KONSEP KEPERAWATAN 11
A. Pengkajian 11
B. Diagnosa 12
C. Intervensi 13
D. Implementasi 24
E. Evaluasi 24
BAB IV PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah kandung kemih dan hanya ditemukan pada pria. Prostat meliputi bagian uretra yang memungkinkan aliran urin dari kandung kemih ke penis. Sel-sel yang membentuk prostat dapat menjadi bersifat kanker dan menimbulkan kanker prostat. Kanker Prostat adalah kanker paling umum ketiga pada pria di Singapura. Kanker ini biasanya terjadi setelah usia 50 tahun dan sebagian besar terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 70 tahun.
Awal kanker prostat biasanya tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan semasa pemeriksaan rektum rutin. Dengan penyakit lanjutan mungkin terjadi kesulitan buang air kecil. Kanker dapat menyebar ke organ atau jaringan tubuh lainnya dengan penyebar paling umum ke tulang. Dimana gejala umumnya adalah nyeri tulang.
Prostat terletak di depan rektum. Oleh karena itu rektum dapat diperiksa dengan jari bersarung oleh dokter. Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah (antigen spesifik prostat atau PSA) membantu untuk diagnosa kanker prostat. Untuk konfirmasi kanker prostat, sebagian kecil jaringan dari kelenjar prostat diambil, dan diperiksa di bawah mikroskop. Dalam rangka mengetahui sejauh mana perkembangan kanker prostat, CT atau MRI scan dilakukan. Scan tulang juga dilakukan untuk melihat apakah tulang sudah terkena karena ini adalah tempat penyebaran paling umum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ca. prostat ?
2. Etiologi Ca. prostat
3. Patofisisologi Ca. prostat
4. Gambaran klinis Ca. prostat
5. Komplikasi Ca. prostat
6. Penatalaksanaan Ca. prostat
7. Cara pemeriksaan diagnostik Ca. prostat
8. Konsep keperawatan Ca. prostat
1.3 Tujuan
1. Dapat mendefinisikan Ca prostat
2. Dapat menjelaskan etiologi dari Ca prostat
3. Dapat menjelaskan patofisiologi dari Ca prostat
4. Dapat menyebutkan manifestasi klinis dari Ca prostat
5. Dapat menyebutkan komplikasi Ca prostat
6. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik Ca prostat
7. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medis Ca prostat
8. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca prostat
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak normal/abnormal yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga timbul nodul-nodul yang dapat diraba.
B. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya ca prostat ; tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya ca prostat adalah:
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
2. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995)
Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000)
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal (Price, 1995).
Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang –tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru (Purnomo,2000)
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gangguan pola perkemihan baik frekuensi, adanya desakan, nokturia akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak urethra. Terjadinya obstruksi urethra mengganggu perkemihan, Lama-kelamaan berkembang terjadinya anemi.
Masalah kelenjar prostat,baik karena membesar atau karena mengalami perdangan,boleh dikatakan menimbulkan gejala yang serupa,yaitu :
• Mengalami kesulitan dalam buang air kecil
• Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada malam hari.
• Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni .
• Mengalami kesulitan juga dalam mengakhiri aliran air seni
• Pancaran aliran air seni lemah
• Merasa kandung kencing tidak kosong sempurna
• Jika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau waktu mengeluarkan air mani selesai bersetubuh.
• Kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri.
• Makin ada darah di dalam air seni atau air mani
• Pada kanker prostat,selain keluhan tersebut diatas juga disertai :
• Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang.
• Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis.
• Keluhan nyeri pada pangkal paha dan daerah tulang pinggul.
• Mungkin air seni berdarah.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli penuh / kosong )
2. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan “Ballottement”.
3. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup.
4. Colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba .
Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :
Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.
Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram.
Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.
5. Laboratorium.
Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita.
Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).
Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas
Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih .
Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan.
6. Flowmetri:
Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi.
Penilaian :
Fmaknonobstruktif15ml/detik
7. Radiologi
Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.
Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.
Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.
Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra.
8. Kateterisasi: Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat .
G. PENATALAKSANAAN
Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif pembedahan meliputi :
1) Transsurethral resection of prostate (TURP)
Dimanan jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra.
2) Suprapubic /open prostatektomi
Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.
3) Retropubic prostatektomi
Massa jairingan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih
4) Perineal prosteatektomi
Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.
H. PENGOBATAN
1. Operasi
2. Pengobatan dengan menggunakan obat-obat kimiawi
I. PENCEGAHAN
1. Lakukan pemeriksaan PSA setiap tahun mulai usia 45 tahun, bila terdapat riwayat kanker prostat pada keluarga.
2. Waspada bila terjadi peningkatan kadar diatas 25%, segera konsultasikan hasil test pada Dokter
3. Deteksi dini memberikan keberhasilan terapi yang lebih besar
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan penkajian post operasi prostatektomi
a) Pengkajian pre operasi prostatektomi
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.
3. Riwayat penyakit dahulu .
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi . 4. Riwayat penyakit keluarga .
adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit ca prostat Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Riwayat psikososial
a. Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
b. Inter personal Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalammasyarakat.
6. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat )
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.
c) Pola eliminasi
taKlien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.
d) Pola tidur dan istirahat .
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.
e) Pola aktivitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri.
f) Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
i) Pola reproduksi seksual
Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.
j) Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi.
b. Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien.
c. Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala.
d. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.
e. Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.
f. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
g. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
h. Mulut dan faring
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.
i. Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
j. Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
k. Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni.
k. Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
l. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat.
m. Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid
n. Ekstrimitas dan tulang belakang
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.
8. Pemeriksaan diagnostic
Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar.
b) Pengkajian post operasi prostatektomi
Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi:
1.Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.
2. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
3. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda – tanda cyanosis ada atau tidak.
4. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung ( EKG ).
5. Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.
6. Sistem neurology
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
7. Sistem muskuloskleletal
Bagaimana aktifitas klien sehari – hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.
8. Sistem eliminasi
Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda – tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.
9. Terapi yang diberikan setelah operasi
Infus yang terpasang, obat – obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih.
c) Analisa data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi data, mengelompokkan, mengkaitkan, menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan standart, menginterpretasikan serta akhirnya membuat kesimpulan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa sebelum operasi
1. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat.
2. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran prostat.
3. Cemas sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang pengetahuan tantang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
4. Gangguan tidur dan istirahat sehubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi, nokturia.
C. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, resistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi sehubungan dengan obtruksi mekanik: pembesaran prostat.
Tujuan: Pola eliminasi normal .
Kriteria hasil :
Klien dapat berkemih dalam jumlah normal, tidak teraba distensi kandung kemih
Residu pasca berkemih kurang dari 50 ml
Klien dapat berkemih volunter
Rencana tindakan :
Jelaskan pada klien tentang perubahan dari pola eliminasi
Dorong klien untuk berkemih tiap 2 – 4 jam dan bila dirasakan
Anjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila diindikasikan
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
Meminimalkan retensi urine, distensi yang berlebihan pada kandung kemih
Peningkatan aliran cairan, mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
2. Nyeri sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran prostat.
Tujuan : Klien menunjukan bebas dari ketidaknyamanan
Kriteria hasil :
Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol
Ekspresi wajah klien rileks
Klien mampu untuk istirahat dengan cukup
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan :
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 1-10 ), dan lamanya.
Beri tindakan kenyamanan, contoh: membantu klien melakukan posisi yang nyaman, mendorong penggunaan relaksasi / latihan nafas dalam.
Beri kateter jika diinstruksikan untuk retensi urine yang akut : mengeluh ingin kencing tapi tidak bisa.
Rasional :
Memberi informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan Intervensi
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Retensi urine menyebabkan infeksi saluran kemih, hidro ureter dan hidro nefrosis
3. cemas sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang pengetahuan tentang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
Tujuan : Cemas berkurang / hilang sehingga klien mau kooperatif dalam tindakan perawatan.
Kriteria hasil :
Klien melaporkan cemas menurun / berkurang.
Klien memahami dan mau mendiskusikan rasa cemas.
Klien dapat menunjukan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam menghadapi cemas..
Rencana tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan klien atau keluarga.
Dorong klien atau keluarga untuk menyatakan perasaan / masalah.
Beri informasi tentang prosedur / tindakan yang akan dilakukan, contoh: kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih. Ketahui seberapa banyak informasi yang diinginkan klien.
Rasional :
Menunjukan perhatian dan keinginan untuk membantu. Membantu dalam mendiskusikan tentang subyek sensitif.
Mengidentifikasi masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.
Membantu klien memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan.
4. Gangguan tidur dan istirahat sehubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap kerusakan eliminasi: retensi, disuria, frekuensi, nokturia.
Tujuan : Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Klien mampu istirahat / tidur dengan waktu yang cukup.
Klien mengungkapkan sudah bisa tidur.
Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.
Rencana tindakan :
Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur / istirahat dan kemungkinan cara untuk menghindarinya.
Ciptakan suasana yang mendukung dengan mengurangi kebisingan.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur. .
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien mau kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
Suasana yang tenang akan mendukung istirahat klien.
Menentukan rencana untuk mengatasi gangguan.
D. Evaluasi
1. Pola berkemih normal
2. Nyeri/ketidaknyamanan hilang
3. Komplikasi tercegah/minimal
4. Menerima situasi secara nyata
5. Proses penyakit/prognosis dan ptogram terapi dipahami.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak normal/abnormal yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga timbul nodul-nodul yang dapat diraba.
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya ca mammmae adalah:
- Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
- Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
- Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
- Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
B. Saran
Penyusunan askep ini masih belum sempurna.Jadi kritik dan saran dari teman-teman sangat kami butuhkan, khusunya kepada dosen pembimbing. Demi kesempurnaan askep ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.
Purnomo, Basuki B. 2005. Dasar – dasar urologi. Malang: CV Infomedika.
Smelzer, C Susanne,dkk.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; edisi VIII, Volume 2, Jakarta: EGC
Soeparman. 2002. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
0 Response to "ASKEP CA. PROSTAT"
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya