BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai negara berkembang Indonesia
mengadakan pembangunan bidang kesehatan. Sebagaimana dilanjutkan dalam tujuan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatnya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai dengan penduduk yang hidup dalam perilaku dan
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Indonesia (Depkes, 2002).
Salah satu
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat adalah
menciptakan lingkungan sehat serta
perilaku yang baik. Bila tidak maka akan menimbulkan masalah kesehatan antara
lain penyakit malaria.
Malaria
merupakan penyakit yang sering ditemukan dimasyarakat dan telah lama dikenal di
Indonesia. Salah satu penyebab timbulnya penyakit malaria adalah sanitasi
lingkungan yang kurang serta ditunjang oleh perilaku masyarakat yang tidak
sehat sehingga memungkinkan untuk berkembang biaknya nyamuk malaria. Penyakit
malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian
bayi, anak dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja. Malaria
merupakan infeksi parasitik yang banyak terdapat di negara yang sedang
berkembang pada kawasan tropik dan subtropik (Soemirat, 2002)
Di
Indonesia penyakit malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat terutama di Indonesia bagian timur seperti Maluku Utara, Sulawesi
Tenggara, Sumatra Utara dan Jawa Tengah (Ferdinand J. Laihad, 2007).
Hampir
49,6% penduduk Indonesia tinggal di 310 Kabupaten/Kota dengan resiko penularan
penyakit malaria, terutama di daerah pedesaan yang terpencil, miskin dan sulit
mengakses pelayanan kesehatan. Jumlah kasus malaria di tanah air masih
tergolong tinggi yakni sekitar 10 juta kasus klinis dan 3 juta kasus positif
pada tahun 2006 (Depkes RI, 2007).
Puskesmas
Bataraguru jumlah penderita malaria Tahun 2007 sebanyak 238 kunjungan sehingga
penyakit malaria merupakan urutan kelima dari sepuluh besar penyakit di
Puskesmas Bataraguru dan di Kota Bau-Bau jumlah penderita penyakit malaria
tahun 2007 menurut data Dinas Kesehatan Kota Bau-Bau sebanyak 2.480 penderita.
Sedangkan menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat
64,33% penderita penyakit malaria pada tahun 2006 (data P2M Prop. Sultra, 2006).
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Studi Pengetahuan
Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit Malaria di Lingkungan Bataraguru
Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota
Bau-Bau Tahun 2008”
B.
Rumusan Masalah
1.
Pernyataan Masalah
Malaria merupakan
penyakit yang banyak ditemukan dimasyarakat Indonesia. Penyebaran penyakit
malaria ditunjang oleh sanitasi lingkungan yang kurang sehingga memungkinkan
untuk berkembang biaknya nyamuk penyebab penyakit malaria. Oleh karena itu
pengetahuan keluarga penting dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap
penyakit ini.
2.
Pertanyaan Masalah
Dari pernyataan
masalah di atas maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga
terhadap penyakit malaria di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah
Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau ?
b. Sejauhmanakah pengetahuan keluarga dalam
melakukan pencegahan penyakit malaria di Lingkungan Bataraguru Kelurahan
Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau ?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan
gambaran tentang pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyakit malaria di
Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru
Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang
pengetahuan keluarga terhadap penyakit malaria di Lingkungan Bataraguru
Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota
Bau-Bau.
b. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan
keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Lingkungan Bataraguru Kelurahan
Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau.
D.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai
bahan informasi bagi pemerintah Kota Bau-Bau dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
sumber informasi bagi tenaga kesehatan khususnya tanaga perawat dalam upaya
memberikan penyuluhan kesehatan khususnya pengetahuan keluarga terhadap
pencegahan penyakit malaria.
3. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
tenaga kesehatan untuk dapat peningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat
dalam usaha pencegahan penyakit malaria.
5. Bagi peneliti merupakan pengalaman paling
berharga dalam meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai riset
keperawatan.
6. Sebagai sumbangan ilmiah yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman
yang siap untuk digunakan. Adapun
pengalaman itu diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan itu sendiri
diperoleh dari beberapa faktor antara lain adalah pendidikan formal, akan
tetapi tidak mutlak pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pendidikan non
formal (Ancok, 1989).
Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan melalui panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
raba dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 1997).
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Rogers, (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan,
yakni :
- Awarenees (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
- Interest (merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus, disini sikap subyek sudah mulai timbul.
- Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
- Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
- Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun
demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting)
sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahun dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :
- Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, mengidentifikasi dan
sebagainya.
- Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
- Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks
atau situasi yang misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan
hasil. Penelitian dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
- Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dengan penggunaan
kata kerja membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
- Sintesis (syntesis)
Suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru misalnya dapat memecahkan,
merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
- Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Menurut Best, (1989) dan Anderson, (1990) mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan terdiri atas 2 (dua) macam ditinjau dari sifat dan cara
penerapannya
- Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan dan verbal. Isi dari pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi lisan atau tulisan. Menurut Evans, (1991) pengetahuan deklaratif berisi konsep dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat statement (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan.
- Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmani yang cenderung bersifat dinamis.
Menurut Best,
(1989) mengatakan ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan
memori manusia terdiri atas dua macam :
- Semantic Memory (memori semantik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
- Episode memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Best,
(1989) berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dan item pengetahuan
semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item memori episodik
dan memori semantik.
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2002).
Tardif, (1987) seorang ahli psikologi pendidikan
mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak
memiliki ilmu pengetahuan dan wawasannya semakin luas sehingga proses pengubahan
sikap dan tingkah laku akan semakin baik. Reber, (1988) mengemukakan bahwa
tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan
tindakan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang kecenderungan
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya akan
semakin besar.
Koos, (1954) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin tinggi pengetahuannya dan pengetahuan tersebut
dapat diperoleh melalui proses alamiah manusia setelah ia mengalami, mengamati,
menyaksikan dan mengerjakan sesuatu sejak ia lahir sampai dewasa khususnya
melalui pendidikan. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Ancok (1981)
bahwa pengetahuan diperoleh bukan saja melalui pendidikan.
Koentjaraningrat, (1977) mengemukakan bahwa
meningkatnya tingkat pendidikan seseorang menyebabkan meningkanya kemampuan
dalam menyerap pengetahuan. Ngadiarti, (1985) mengatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
Beker dan
Reinke, (1994) mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat relevan dengan
tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut teori yang
dikemukakan oleh Lawrence Green mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah
satu faktor penentu (predisposing
factors) bagi perilaku seseorang. Azwar (1993) yang mengatakan bahwa
pengetahuan sebagai salah satu komponen perilaku sangat menentukan dalam
menciptakan suatu pola hidup.
B.
Tinjauan Umum Tentang Keluarga
1.
Pengertian
Menurut Undang-Undang
No. 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri
atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998).
Keluarga adalah
dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam peranannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya,
1989).
2.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam diantaranya adalah :
a. Patrilinear adalah keluarga sedarah yang
terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilinear adalah keluarga yang terdiri
dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami-istri
yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri
yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami
istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3.
Ciri-Ciri Struktur Keluarga (Anderson
Carter)
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki
kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
4.
Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuchlear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak
b. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single family) adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berantai (Compositie) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara berdamai.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
5.
Peranan Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri
dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan
psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
dan spritual.
6.
Fungsi Keluarga (Nasrul Efendi, 1998)
Ada beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memenuhi kebutuhan gizi anak
3) Memelihara dan membesarkan anak
4) Memenuhi kebutuhan gizi anak
5) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberi kasih sayang dan rasa aman
2) Memberi perhatian diantara anggota
keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan
anak-anak jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
7.
Tugas-Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga
ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para
anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada
dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing angotanya
sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah angota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam
masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para
anggota keluarga
8.
Ciri-Ciri Keluarga
a. Diikat dalam satu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing
anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah
Ciri-ciri keluarga Indonesia :
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong.
9.
Pola Kehidupan Keluarga Indonesia
a. Daerah pedesaan
1) Tradisional
2) Agraris
3) Tenang
4) Sederhana
5) Akrab
6) Menghormati orang tua
b. Daerah perkotaan
1) Dinamis
2) Rasional
3) Konsumtif
4) Demokratis
5) Individual
6) Terlibat dalam kehidupan politik
10.
Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat
bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
adalah mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktifitas tinggi.
C.
Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria
1.
Pengertian
Malaria adalah
suatu penyakit menular disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles yang terkena infeksi (Depkes RI, 1991).
Malaria adalah
suatu penyakit akut dan bisa menjadi kronik disebabkan protozoa yang hidup
intra sel genus plasmodium (Sarwono, 1996).
Malaria adalah
penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium ditandai dengan demam, anemi dan splenomegali (Arif Mansjoer, dkk,
2001).
2.
Etiologi
Penyakit malaria
disebabkan oleh plasmodium yang berasal dari nyamuk anopheles. Plasmodium ini
dibagi atas 4 jenis yaitu :
a. Plasmodium vivax menyebabkan penyakit
malaria tertiana
b. Plasmodium malariae menyebabkan penyakit
malaria kuartana
c. Plasmodium ovale menyebabkan penyakit
malaria ovale (tetapi jarang ditemukan di Indonesia)
d. Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit
malaria tropika.
3.
Patogenesis
Daur hidup spesies
malaria terdiri atas dua fase, yaitu :
a. Fase aseksual, terbagi atas dua fase
:
1) Fase jaringan, pada fase jaringan
sporozoid masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk
skizon yang mengandung ribuan merozoit. Pada akhir fase ini skizon pecah dan
merozoid keluar dan masuk aliran darah. Pada plasmodium vivax dan plasmodium
ovale sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat
mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
2) Fase eritrosit, masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten. Sedangkan masa tunas/inkubasi instrinsik dimulai dari masuknya
sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase seksual terjadi dalam tubuh
nyamuk
Bentuk ini parasit
mengalami pematangan menjadi makro dan mikro gametosit dan terjadilah pembuahan
yang biasa disebut Ookinetik, kemudian menembus dinding lambung nyamuk menjadi
Ookista dan membentuk parasit yang sudah siap ditularkan.
4.
Tanda dan Gejala
a.
Tanda
1) Tanda penting malaria adalah demam,
menggigil, kurang nafsu makan dan nyeri seluruh tubuh.
2) Penderita pucat karena kurang darah dan
membesarnya limpa, sering ditemukan pada penderita yang seing terserang
malaria.
b.
Gejala
Gejala klinik malaria terbagi
atas 3 (tiga) stadium yaitu :
1) Stadium Rigor (stadium dingin)
Awalnya menggigil dan perasaan
sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari pucat bahkan seanosis,
kulit kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2) Stadium Febris (stadium demam)
Pada stadium ini merasa
kepanasan, muka merah, kulit kering terasa sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala, kadang disertai muntah, nadi menjadi kuat dan halus, haus dan suhu
badan meningkat sampai 41 derajat celcius atau lebih. Stadium ini berlangsung 2
sampai 4 jam.
3) Stadium Sudoris (stadium berkeringat)
Stadium ini timbul keringat
yang banyak, suhu badan menurun dengan cepat, tidur dengan nyenyak, saat bangun
dari tidur badan terasa lemah. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
5.
Cara Penularan
Cara penularan penyakit malaria terbagi
atas :
a. Penularan secara alamiah
Penularan ini melalui gigitan
nyamuk anopheles
b. Penularan yang tidak alamiah
1) Malaria bawaan (kongenital) terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita penyakit malaria dimana penularan terjadi melalui placenta.
2) Secara mekanik, penularan terjadi melalui
tranfusi darah atau melalui jarum suntik.
3) Secara oral (melalui mulut), umumnya
sumber infeksi malaria melalui manusia lain yang sakit malaria baik dengan
gejala maupun tanpa gejala klinis.
6.
Pemberantasan Malaria
Pemberantasan malaria ditujukan untuk
memutuskan penularan antara lain :
a. Pemberantasan Vektor
Dilakukan dengan cara membunuh
nyamuk dewasa, membunuh jentik, menghilangkan atau mengurangi tempat bersarang.
b. Penemuan dan pengobatan malaria
1) Pencarian penderita yang menderita
penyakit malaria baik secara aktif maupun secara pasif.
2) Pengobatan penyakit malaria
Beberapa cara pengobatan
terhadap tersangka atau penderita malaria yaitu :
a) Pengobatan malaria klinis
Diberikan berdasarkan gejala
klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria.
Untuk pengobatan malaria
klinis 10 mg basa/kg BB/hari, dosis tunggal pada hari pertama dan kedua,
sedangkan pada hari ketiga adalah 5 mg basa/kg BB/hari. Pada pengobatan malaria
klinis selain kloroquin juga diberikan obat pelengkap dengan dosis tunggal pada
hari pertama.
b) Pengobatan presumtif, pengobatan yang
diberikan terhadap seseorang yang tersangka menderita malaria.
c) Pengobatan radikal, pengobatan yang
diberikan kepada seseorang yang sudah pasti menderita malaria.
Dosis kloroquin untuk
pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi yang sensitif kloroquin adalah sama
dengan pengobatan malaria klinis yaitu dosis total 25 mg basa/kg BB/hari.
Selain obat standar kloroquin juga dikombinasikan dengan obat pelengkap yaitu
primaquin yang dosisnya sesuai dengan jenis spesisnya.
d) Pengobatan profilaksis, pemberian
obat-obatan anti malaria untuk pencegahan. Dosis kloroquin untuk pengobatan
profilaksis adalah 5 mg basa/kg BB/minggu dan dapat diberikan sampai 6 tahun
tanpa efek samping.
7.
Pencegahan
a. Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan
pengobatan profilaksis
b. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara tidur
dalam kelambu didalam rumah pada malam hari, gunakan kawat kasa pada jendela
dan lubang angin, pakai obat nyamuk.
c. Membersihkan semak belukar disekitar
rumah, mengalirkan air yang tergenang, melipat kain dan pakaian yang
bergantungan dan ventilasi yang baik
d. Membunuh jentik-jentik dengan
penyemprotan.
e. Menguras tempat air 2 kali seminggu.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
BAB IV
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desain
penelitian adalah petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam
dan Siti Pariani, 2001). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain
penelitian deskriptif dengan metode survei untuk mendapatkan informasi tentang
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyakit malaria di Lingkungan
Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio
Kota Bau-Bau Tahun 2008.
B.
Kerangka Kerja (Frame Work)
|
Variabel Pengontrol
C.
Populasi, Sampel dan Sampling
- Populasi
Populasi adalah
keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam
dan Siti Pariani, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga
yang ada di lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas
Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008 sebanyak 100 kepala
keluarga.
- Sampel
Sampel adalah
bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa
memenuhi/mewakili populasi (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Pada penelitian
ini sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi.
Kriteria inklusi
adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau layak untuk diteliti
adalah :
a. Keluarga yang berdomisili di Lingkungan
Bataragru Kelurahan Bataraguru.
b. Keluarga yang bersedia menjadi responden
dengan menandatangani surat persetujuan responden.
c. Keluarga yang kooperatif.
d. Keluarga yang bisa membaca dan
menulis.
Kriteria ekslusi
adalah karakteristik yang tidak layak untuk diteliti menjadi sampel yaitu :
a. Keluarga yang tidak bersedia menjadi
responden.
b. Keluarga yang tidak kooperatif.
c. Keluarga yang tidak dapat membaca dan
menulis.
- Sampling
Sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari suatu populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam, 2003). Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode nonprobability sampling dengan
pendekatan purposive sampling dimana
penempatan sampel sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti dari suatu
populasi. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang.
D.
Identifikasi Variabel
- Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2003). Adapun yang termasuk
variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan keluarga tentang
penyakit malaria.
- Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2003). Adapun yang termasuk
variabel terikat dalam penelitian ini adalah pencegahan penyakit malaria.
E.
Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Parameter
|
Cara Pengukuran
|
Skala
|
Skore
|
1.
|
Independen :
Pengetahuan Keluarga
|
Segala sesuatu yang diketahui keluarga terhadap penyakit malaria.
|
Keluarga mengetahui tentang :
- Pengertian
- Penyebab
- Tanda dan gejala
- Cara penularan dan pemberantasan
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Baik
6-10
Kurang
0-5
|
2.
|
Dependen :
Pencegahan penyakit malaria
|
Segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga untuk mencegah penyakit
malaria.
|
Pencegahan penyakit malaria meliputi :
- Memakai
kelambu
- Memakai
obat nyamuk
- Menghindari
pakaian bergantungan
- Menguras
bak air 2 kali sehari
- Penyemprotan
jentik nyamuk
-
Menggunakan
kawat kasa dan lubang angin pada jendela
-
Membersihkan
semak belukar dan rerumputan sekitar rumah
- Membersihkan
air yang tergenang
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Baik
5-8
Kurang
0-4
|
F.
Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Lingkungan
Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan
Wolio Kota Bau-Bau.
- Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai tanggal
22 sampai dengan 29 Agustus 2008.
G.
Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner (angket) yang dibuat oleh peneliti yang memenuhi prinsip validitas dan reliabilitas. Macam kuesioner yang digunakan adalah closed ended quastion, dimana untuk
pertanyaan pengetahuan keluarga menggunakan tipe multiple choise dan untuk pertanyaan pencegahan penyakit malaria
menggunakan tipe dichotomy question.
H.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data adalah proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini
data yang dikumpulkan adalah data primer. Sebelum mengisi kuesioner responden
diminta kesediaannya untuk menjadi responden dengan mengisi formulir pernyataan
menjadi responden. Bila responden setuju maka kuesioner yang telah disediakan
oleh peneliti diberikan kepada responden. Bila responden mengalami hambatan
dalam pengisiannya maka peneliti memberikan arahan atau gambaran cara menjawab
pertanyaan tanpa memberikan jawaban kepada responden.
I.
Analisa Data
Pada
penelitian ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan dengan kuesioner.
Pertanyaan terdiri atas 2 (dua) yaitu pertanyaan tentang pengetahuan keluarga
terhadap penyakit malaria dan pertanyaan terhadap pencegahan penyakit malaria.
Pertanyaan
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan disediakan 3 (tiga)
alternatif jawaban. Bila responden memilih jawaban yang paling benar akan
mendapat nilai 1 (satu) dan bila memilih jawaban yang salah akan mendapat nilai
0 (nol). Dengan demikian dari 10 pertanyaan responden akan mendapat nilai
tertinggi 10 dan terendah 0. Pengetahuan ini akan dikategorikan menjadi 2 (dua)
kategori yaitu pengetahuan baik jika mendapat nilai 6-10 dan pengetahuan kurang
jika mendapat nilai 0-5.
Pertanyaan
tentang pencegahan penyakit malaria berjumlah 8 pertanyaan dan setiap
pertanyaan disajikan dalam 2 (dua) alternatif jawaban yaitu ”ya” dan ”tidak”.
Dari 8 (delapan) pertanyaan tersebut responden akan mendapat nilai tertinggi 8
dan terendah 0. pencegahan penyakit malaria ini dikategorikan menjadi 2 (dua)
kategori yaitu baik bila mendapat nilai 5-8 dan kurang bila mendapat nilai 0-4.
Setelah
semua kuesioner dari responden terkumpul maka peneliti akan melakukan seleksi,
edit, coding dan ditabulasi untuk kemudian dianalisa secara deskriptif.
J.
Masalah Etika (ethical clearance)
Dalam
melakukan penelitian ini peneliti mendapat persetujuan dari pembimbing riset
dan mendapat rekomendasi dari Akper Kabupaten Buton untuk melakukan penelitian.
Kemudian peneliti memohon kepada Lurah Bataraguru untuk mendapatkan izin.
Setelah mendapat persetujuan maka peneliti melakukan penelitian dengan menekankan
masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden sebelum riset
dilaksanakan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset dilakukan. Bila responden
bersedia diteliti maka lembar persetujuan ditanda tangani dan bila responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
2.
Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden pada lembar kuesioner yang diisi oleh responden tetapi hanya
memberi kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang
diperoleh dari responden.
K.
Keterbatasan
Merupakan
kelemahan dan hambatan dalam penelitian serta keterbatasan dalam penelitian
yang dihadapi peneliti, yakni :
1. Instrumen
Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden menjawab
pertanyaan/pernyataan dengan tidak jujur dan tidak mengerti pertanyaan yang
dimaksud sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
2. Feasible
Kurangnya keahlian yang dimiliki oleh peneliti
dalam penelitian, terbatasnya dana dan waktu sehingga penelitian ini hasilnya
kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Desain sampling
Kurangnya pemahaman responden akan manfaat riset
memungkinkan responden acuh tak acuh dalam menjawab pertanyaan/pernyataan.
Sampling yang digunakan adalah purposif
sampling dimana penetapan sampel berdasarkan yang dikehendaki peneliti
sehingga hasilnya kurang representatif sebagai generalisasi secara keseluruhan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil
dan pembahasan mengenai pengetahuan keluarga terhadap penyakit malaria dan
pencegahan penyakit malaria di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru
Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008.
Lingkungan
Bataraguru merupakan salah satu lingkungan yang terletak di Kelurahan Bataraguru Kecamatan
Wolio Kota Bau-Bau dengan
luas wilayah ± 2 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan
Tomba
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Wangkanapi
c. Sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Wajo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kali
Bau-Bau
Lingkungan Bataraguru merupakan jantung
kota Bau-Bau dengan mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk
sebanyak 500 jiwa yang terdiri laki-laki 170 jiwa dan perempuan 330 jiwa serta
terdapat 100 kepala keluarga. Sebagian besar masyarakat di Lingkungan Bataraguru
berpenghasilan dalam sektor jasa perdagangan dan transportasi dan yang lainnya
sebagai PNS. Ditinjau dari tingkat pendidikannya masyarakat Lingkungan
Bataraguru ada yang tidak bersekolah dan ada yang bersekolah sampai perguruan
tinggi. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kelurahan Bataraguru terdapat
1 puskesmas induk serta 7 posyandu.
Hasil penelitian ini dikelompokan menjadi
2 (dua) yaitu data umum dan data khusus. Data umum menjelaskan tentang
karakteristik responden yang meliputi : jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan. Sedangkan data khusus meliputi pengetahuan keluarga
terhadap penyakit malaria dan pengetahun keluarga terhadap pencegahan penyakit
malaria. Dari hasil penelitian tersebut selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
A.
Hasil Penelitian
- Data Umum
Pada data umum akan disajikan karakteristik
responden dalam bentuk tabel yang terdiri dari :
a.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas
Bataraguru Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Jenis Kelamin
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
Laki-Laki
Perempuan
|
15
15
|
50
50
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
b.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru
Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
U m u r (tahun)
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
15-19
20-24
25-29
30-34
40-49
50-59
|
3
7
5
7
4
4
|
9
23
17
23
13
13
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
c.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Lingkungan Bataraguru
Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Pendidikan
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
SD
SMP
SMA
|
5
10
15
|
17
33
50
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
d.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru
Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Pekerjaan
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
|
P N S
Wiraswasta
Tidak Bekerja
|
6
12
12
|
20
40
40
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
e.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Penghasilan
Tabel 5
Karakteristik Responden Berdasarkan
Penghasilan di Lingkungan Bataraguru
Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Penghasilan (Rp)
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
≤
250.000
250.000
– 500.000
>
500.000 – 750.000
>
750.000 – 1.000.000
>
1.000.000
|
12
10
2
2
4
|
40
33
7
7
13
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
f.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat
Mendapat Informasi Penyakit Malaria
Tabel 6
Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat
Mendapat Informasi Penyakit Malaria di
Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru
Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Tempat Mendapat Informasi
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
Media Massa
Puskesmas
Tetangga/Teman/Keluarga
Tidak
Pernah Mendapat Informasi
|
3
14
10
3
|
10
47
33
10
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
- Data Khusus
Pada bagian ini akan disajikan tentang
pengetahuan keluarga terhadap penyakit malaria dan pengetahuan tehadap
pencegahan penyakit malaria.
a.
Pengetahuan Keluarga terhadap Penyakit
Malaria
Tabel 7
Pengetahuan Responden terhadap Penyakit Malaria di
Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru
Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Pengetahuan
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
Baik
Kurang
|
25
5
|
83
17
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
b.
Pengetahuan Keluarga terhadap Pencegahan
Penyakit Malaria
Tabel 8
Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan Penyakit
Malaria
di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru
Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-Bau Tahun 2008
No
|
Pencegahan Penyakit Malaria
|
J u m l a h (n)
|
Prosentase (%)
|
1.
2.
|
Baik
Kurang
|
20
10
|
67
33
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer
B.
Pembahasan
Sesuai
dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab I maka pada bagian ini
akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian untuk menjawab tujuan yang
telah ditetapkan meliputi :
1.
Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit
Malaria
Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh sebagaimana dipaparkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa
dari 30 responden terdapat 25 orang (83%) yang memiliki pengetahuan baik tentang
penyakit malaria dan 5 orang (17%) yang masih memiliki pengetahuan kurang tentang
penyakit malaria. Dari tabel tersebut menggambarkan bahwa prosentase tertinggi
terdapat pada responden yang memiliki pengetahuan baik tentang penyakit malaria.
Salah satu faktor
yang menyebabkan hal tersebut adalah banyaknya informasi yang diperoleh responden
dan salah satunya adalah informasi yang diperoleh melalui tenaga kesehatan dan
tampak pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar yakni 14 orang (47%)
responden mendapat informasi tentang penyakit malaria di Puskesmas.
Di Puskesmas Bataraguru
penyuluhan tentang penyakit malaria merupakan program rutin yang dilakukan
setiap penderita yang datang berobat. Pemberian informasi melalui penyuluhan
kesehatan ini merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan
penderita terhadap penyakit malaria. Selain itu karena faktor banyaknya media
cetak dan elektronik yang semakin mudah diperoleh masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Hal tersebut di
atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ancok (1989) yang mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh bukan saja dari pendidikan formal tetapi juga melalui pendidikan
non formal antara lain melalui media massa, pesan-pesan lisan dan komunikasi
interpersonal lain yang justru diadopsi sebagai ilmu pengetahuan. Selain itu
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soekidjo (1999) bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan melalui
panca indra, penglihatan, pendengaran, rasa, raba dan sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan kurang terhadap penyakit malaria terdapat 5
orang (17%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kerena faktor pendidikan yang
kurang yang dimiliki oleh responden.
Tabel 3 tampak
bahwa dari 30 responden terdapat 5 orang (17%) tingkat pendidikannya hanya SD dan
10 orang (33%) SMP. Hal ini sesuai dengan teori Bekker dan Reinke (1994) yang mengatakan
bahwa tingkat pendidikan sangat relevan dengan tingkat pengetahuan seseorang
2.
Pengetahuan Keluarga terhadap Pencegahan
Penyakit Malaria.
Dari tabel 8 di
atas terlihat bahwa dari 30 responden terdapat 20 orang (67%) yang memiliki
pencegahan baik dan 10 orang (33%) yang memiliki pencegahan kurang
Hasil Penelitian
ini menunjukkan bahwa sebagian besar pencegahan responden terhadap penyakit
malaria tergolong baik.
Salah satu faktor
yang mempengaruhi responden dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit
malaria adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki responden.
Hal tersebut di
atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor penentu (predisposing
faktors) bagi perilaku seseorang. Hal ini didukung oleh Azwar (1993) yang
mengatakan bahwa pengetahuan sebagai salah satu komponen perilaku sangat
menentukan dalam menciptakan suatu pola hidup
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengetahuan keluarga terhadap penyakit
malaria menunjukkan bahwa
dari 30 responden terdapat 25 orang (83,33%) yang memiliki pengetahuan baik
terhadap penyakit malaria dan 5 orang (16,67%) yang masih memiliki pengetahuan
kurang terhadap penyakit malaria.
2. Pengetahuan keluarga terhadap pencegahan
penyakit malaria menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 20 orang (66,67%) yang
memiliki pencegahan baik dan 10 orang (33,33%) yang memiliki pencegahan kurang.
B.
Saran
1. Diharapkan kepada pihak Kelurahan
Bataraguru bekerja sama dengan Puskesmas Bataraguru untuk mensosialisasikan
tentang upaya-upaya penanggulangan penyakit malaria kepada masyarakat khususnya
melalui penyuluhan kesehatan.
2. Kepada masyarakat diharapkan
berpartisipasi dalam upaya meningkatkan perilaku sehat dengan meningkatkan
sanitasi rumah dan lingkungan sebagai upaya pencegahan penyakit malaria dalam
menurunkan atau menekan angka kejadian malaria.
3. Kepada keluarga diharapkan senantiasa
mencari informasi dan melakukan pengobatan sedini mungkin dan menjaga kesehatan.
4. Pada penelitian ini jauh dari kesempurnaan
sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
0 Response to "Studi Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit Malaria di Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008"
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya