contoh askep strok+patwey

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

      Dalam Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, telah ditetapkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar berwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang ditandai dengan penduduk yang hidup dalam perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta meiliki derajat kesehatan yang optimal seluruh wilayah Indonesia.

       Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia mutlak dibutuhkan individu yang sehat, baik jasmani maupun rohani sehingga dapat membentuk keluarga sehat dan nantinya  diharapkan menjadi masyarakat yang sehat pula. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, pemerintah khususnya Departemen Kesehatan melakukan pengelolaan secara terpadu dan terorganisir yang lebih menekankan produk kegiatan kesehatan yang bersifat promotif, preventif maupun rehabilitatif. Salah satu penyakit degeneratif tersebut adalah stroke. Stroke merupakan masalah neurologi primer di dunia dan merupakan penyebabkan kematian ke-3 tersering didunia.

Dari hasil penyelidikan oleh American Health Asosiate (AHA) selama 24 tahun yang mencakup 5184 pria dan wanita (usia 30-60 tahun), 345 telah mengalami stroke, 60 % dari mereka sebelumnya telah menderita Artherotrombotik Brain Infare (ABI). Berbeda dengan serebrovaskuler lainnya, dimana penderita ABI pada pria dan wanita sebanding. Di Indonesia telah dilakukan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992 menunjukkan bahwa penyakit jantung dan serebrovaskuler telah menempati urutan ke-3 sebagai penyebab kematian.


B.    Rumusan Masalah
1)    Apa yang dimaksud dengan stroke !
2)    Pembagian stroke !
3)    Etiologi stroke !
4)    Faktor – faktor resiko terhadap stroke
5)    Patofisiologi stroke !
6)    Klasifikasi stroke !
7)    Manifestasi Stroke !
8)    Pemeriksaan diagnostik stroke !
9)    Komplikasi stroke !
10)    Penatalaksanaan stroke !
11)    Asuhan Keperawan Stroke !

C.    Tujuan
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui dari berbagai permasalahan yang ada pada rumusan masalah serta menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa khususnya ilmu keperawatan.

BAB II
KONSEP MEDIS

A.Pengertian   :

Stroke adalah kehilangan atau menurunnya fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplay peredaran darah ke bagian otak. (Corwin, 2000)

Stroke adalah gangguan suplai oksigen ke sel-sel saraf dapat disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya salah satu atau lebih pembuluh darah yang memperdarahi serebral dan terjadi dengan tiba-tiba.

Stroke merupakan sindroma klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah otak (WHO, 1983)

B.    Pembagian  stroke  :

1.    Non Hemorhagic Stroke  (NHS)
2.    Hemorhagic Stroke (HS)

C.    Etiologi  :

 Penyebab stroke yaitu  :
1.    Ischemic/infark  :  Trombus, emboli, kompresi dan spasme
2.    Hemorgagic       :   Ruptur pembuluh darah


D.Faktor-faktor resiko terhadap stroke :

Tidak semua orang akan mengalami stroke, hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor resikonya. Makin tua usia seseorang makin besar kemungkinan menderita/mengalami stroke, hal ini berkaitan dngan elastisitas pembuluh darah.
Faktor resiko dibagi dalam  :
1.    Faktor resiko mayor  :
a)    Tekanan darah tinggi : Hipertensi menyebabkan aterosklorosis pembuluh darah serebral sehingga lama-kelamaan akan pecah menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi adalah stroke haemoragik.
b)    Penyakit jantung  :  Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan kardiac output, sehingga terjadi gangguan perfusi serebral
c)    Diabetes mellitus  :  Pada penyakit DM terjadi gangguan vaskular, sehingga terjadi hambatan dalam aliran darah ke otak.
d)    Polisitemia  : kadar Hb yang tinggi (Hb lebih dari 16 mg/dl) menimbulkan darah menjadi lebih kental dengan demikian aliran darah keotak lebih lambat.

2.    Faktor resiko minor  :
a)    Peningkatan kolelesterol  : Kolesterol dalam tubuh menyebabkan atero-sklerosis dan terbentuknya lemak  sehingga aliran darah lambat.
b)    Obesitas  :  Pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan terjadi hipertensi.
c)    Hematokrit yang meningkat.
d)    Gaya hidup (kebiasaan merokok, minum alkohol, penggunaan kontrasepsi oral)
e)    Riwayat keluarga
f)    Penyakit infeksi  :  Sphilis, meningitis, dll
g)    Aktifitas fisik yang kurang.

E.Patofisiologi  :

      Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif karena jaringan yang lunak maupun karena fungsinya yang sangat vital. Untuk melindungi otak ada dua mekanisme tubuh yang berperan yaitu :
1.    Mekanisme anastomosis  :  mekanisme ini berhubungan dengan suplay darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan glukosa
2.    Mekanisme autoreglasi  : mekanisme ini adalah bagaimana otak melakukan mekamisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan, misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh darah otak akan mengalami vasodelatasi.

      Otak bila kekurangan oksigen selama satu menit dapat mengarah pada gejala-gejala kehilangan kesadaran namun dapat pulih kembali. Kekuarangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark.    

      Hipoksia sereberum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak karena stroke terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalam 24-72 jam pertama setelah kematian sel neuron.  Akibatnya adalah terjadi gangguan suplay darah ke otak, menyebabkan kehilangan gerak, proses pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara maupun permanen.

1.    Trombolitik  :
Trombolitik terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis berat. Biasanya klien mengalami satu atau beberapa kali serangan iskemik sebelum stroke trombolitik terjadi. Serangan iskemik adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebrum. Serangan iskemik mungkin terjadi akibat suatu pembuluh aterosklerotik yang mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerotik yang berat. Proses penyimpitan pembuluh otak (ateriosklerotik dapat menyebabkan aliran darah meningkat di mana trombus melekat sehingga aliran darah terhambat dan suplay nutrisi dan oksigen berkurang sehingga dapat mengakibatkan sel-sel neuron terjadi kerusakan.


2.    Embolik  :
Embolik berkembang sebagai akibat adanya oklusi oleh suatu embolus yang terbentuk diluar otak. Sumber-sumber embolus yang menyebabkan stroke adalah termasuk jantung setelah terjadi suatu infark miokard atau fibrilasi atrium, arteri karotis komunis, atau aorta.  Embolus (bekuan/gumpalan) darah terbawa oleh aliran darah dari bagian tubuh lain ke otak (paling sering pada jantung dan arteri karotis) dapat menyebabkan sumbatan aliran pembuluh darah otak sehingga suplay nutrisi dan oksigen berkurang dan dapat mengakibatkan sel-sel neuron terjadi kerusakan.

3.    Spasme  :
Spasme diakibatkan oleh terjadinya inflamasi dari arteri sehingga menimbulkan spasme. Sifatnya berlangsung cepat dan tidak menimbulkan kerusakan permanen.

4.    Kompresi  :
Struktur otak yang mendapat 80 % volume otak, 10 % CSF dan 10 % volume darah. Bila salah satu meningkat akan mempengaruhi struktur otak yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan gangguan sirkulasi otak yang lambat laun akan menimbulkan gangguan neurologis.

5.    Hemorhagic  :
Hemohargic terjadi apabila suatu pembuluh darah diotak ruptur dan terjadi perdarahan otak, yang disebabkan oleh hipertensi dan aneurisma serebral. Darah tersebut keluar terus-menerus sehingga menimbulkan penekanan pada seluruh jaringan otak. Aliran darah ke otak herhambat atau menurun sehingga menimbulkan suplai darah kejaringan otak berkurang dan dapat menimbulkan iskemia (pengurangan aliran) dan infark jaringan. 
a.    Perdarahan intara serebral  :
Dapat terjadi karena  :
a.    Tekanan darah tinggi, karena pecahnya arteri.
b.    Bukan karena tekanan darah tinggi misalnya aneurisme, anomali arteri-vena serebral, pemakaian antikoagulan.

b.    Perdarahan ekstraserebral  :
Perdarahan sub-arachnoid, ini terjadi karena pecahnya arteri dipermukaan otak.

Patofisiologi Stroke dan masalah keperawatan

                                                                 
 F.   Klasifikasi Stroke  :

      1. Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis :
           a.    Stroke Iskemia  :
Iskemia terjadi akibat suplai darah ke jaringan otak berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak. Hampir 80 % klien stroke merupakan stroke iskemia. Penyebab stroke iskemia adalah karena trombosis, emboli dan hypoperfusi global. Trombosis merpaka penyebab stroke yang paling sering, biasanya berkaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis. Stroke karena emboli biasanya berasal dari suatu trombosis dalam jantung, juga berasal dari plak aterosklerosis sinus karotikus atau arteri karotis interna. Ada stroke karena hypoperfusi global bisanya disebabkan cardic arrest dan embolis pulmonal.

b.    Stroke Haemoragik :
Stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid, mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak tertentu. Biasanya terjadi pada saat klien melakukan aktivitas atau saat aktif, namun juga kondisi istirahat.
Untuk membedahkan jenis stroke perlu dilakukan pemeriksaan penunjang/test diagnostik seperti CT scan dan MRI.

2.    Klasifikasi stroke berdasarkan perjalanan penyakit  :
a.    Transient Iskemic Attack (TIA)  :
Merupakan ganguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-tiba dan menghilang beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala yang muncul akan hilang secara spontan dalam waktu kurang dari 24 jam.

b.    Progresif  (Stroke in Evolution)
Perkembangan stroke terjadi berlahan-lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk, proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari.

c.    Stroke lengkap (stroke Complete)
Gangguan neurologik yang timbul sudah menetap atau permanen, maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan perbaikan.

G.  Manifestasi klinis  :

      1.  Stroke trombolik/embolik/spasme/kompresi  :
a.    Kehilangan motorik  :
1)    Hemiplegia, hemiparesis.
2)    Paralisis flasid dan kehilangan atau penurunan refleks tendon profunda (gambaran klinis awal)

b.    Kehilangan komunikasi  :
1)    Disatria (kesulitan memulai bicara).
2)    Disfagia atau afasia
•    Afasia motorik  (sulit berbicara)
•    Afasia sensorik (sulit mengerti bila diajak berbicara)
3)    Ataksia

c.    Gangguan perseptual  :
1)    Homonimus hemia nopia (kehilangan setengah dari lapang pandang).
2)    Gangguan dalam hubungan visual-spasial (seringkali terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri).
3)    Kehilangan sensori  : sedikit kerusakan pada sentuhan atau lebih buruh dengan kehilangan properiosepsi, kesulitan dalam mengatur stimuli visual, taktil dan auditori.

d.    Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis  :
1)    Kerusakan labus frontal  : kapasitas belajar, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan. Disfungsi tersebut mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan dalam komprehensi, cepat lupa dan kurang motivasi.
2)    Depresi, masalah-masalah psikologis lainnya  : kelebihan emosional, bermusuhan, frustrasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.

e.    Disfungsi kandung kemih  :
1)    Inkontinensia urinaria fungsional.
2)    Inkontinensia urinaria persisten atau retensi urine (mungkin simptomatik dari kerusakan otak bilateral).
3)    Inkotinensia alvi dan defekasi berlanjutan (dapat mencerminkan kerusakan neurologis ekstensif)

2.    Stroke hemorhagik  :
Stroke hemorhagic sering disertai oleh  :
a.    Nyeri kepala hebat.
b.    Penurunan kesadaran
c.    Vertigo
d.    Mual dan muntah

H.  Pemeriksaan diagnostik  :

1.    Pungsi lumbal. :  menunjukkan aanya tekanan normal, jka tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik subarachnoid atau perdarahan intrakranial.
2.    Elektro Encephalografi (EEG)  : Mengindentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
3.    Skan CT  :  Mengetahui area infak, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak.
4.    Mengnetik Resonance Imagin (MRI)  :  Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena
5.    Pemeriksaan sinar-X  Cranium  :  Mengetahui adanya kalsifikasi karotis interna pada trombosis cerebral
6.    Angiografi serebral  :  Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik okulasi atau ruptur

I.   Komplikasi  :

1.    Hipertensi/hipotensi
2.    Kejang
3.    Peningkatan tekanan intrakranial
4.    Kontraktur
5.    Tonus otot abnormal
6.    Trombosis vena
7.    Malnutrisi
8.    Aspirasi
9.    Inkontinentia urin, bowel

J.  Penatalaksanaan medis  :

      1.   Penatalaksanaan Umum :
a.    Pada fase akut  :
    Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator
    Monitor peningkatan tekanan intrakranial
    Monitor tanda-tanda neurologis seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks
    Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsi dan cegah resiko injuri
    Menonitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
    Monitor jantung, tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
    Evaluasi intake dan autput cairan
    Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan pemberian makanan
    Cegah emboli paru da terjadinya tromboplebitis dangn antikogulan

b.    Pada fase rehabilitasi  :
    Pertahankan nutrisi yang adekuat
    Program managemen bladder dan bowel
    Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
    Pertahankan komunikasi yang efektif
    Pertahankan integritas kulit
    Pertahankan kebutuhan sehari-hari

2.    Pembedahan  :
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml (dalam pemeriksaan CT Scan) untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruksi akut.
3.    Terapi obat-obatan  :
Terapi pengobatan tergantng dari jenis stroke.
a.    Stroke iskemia  :
    Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue plasminogen)
    Pemberian obat-obat jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau alfa beta, katopril, antagonis kalsium pada klien dengan hipertensi

b.    Stroke haemoragik :
    Antihipertensi : Katopril, antagonis kalsium
    Deuretik : Manitol 20 %, furosemide
    Antikonvulsi : Fenitoin



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA STROKE


A.  Pengkajian  keperawatan:

      Pengkajian meliputi :
1.    Identitas Klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pendidikan pekerjaan, tanggal rawat, No. catatan medik

2.   Riwayat Keperawatan
a.  Riwayat kejadian awal stroke, saat aktivitas atau istirahat.
b.  Faktor penyebab dan resiko stroke seperti hipertensi, perokok, hiperkolesterol, DM, obesitas, anemia, pola latihan atau aktivitas sehari-hari.

3.   Pemeriksaan fisik  :
      Pemeriksaan fisik neurologi pada orang dewasa termaksud :
a.    Paralisis/paresis motorik  : Hemiplegia/hemiparesis, kelemahan ototwajah, tangan
b.    Gangguan sensorik : Kehilangan sensasi pada wajah, lengan dan ektermitas bawah
c.    Disphagia  : Kesulitan mengnyak, menelan, paralisis, lidah dan laring
d.    Gangguan visual : Pandangan ganda, lapang padang menyempit
e.    Kesulitan komunikasi : adanya  aphasia sensorik (kerusakan pada area wernick), aphasia motorik/ekspresive (kerusakan pada area broca), aphasia global, kesulitan menulis (agraphia), kesulitan membaca (alexia)
f.    Distria (keulitan menguapkan artikulasi, pelo, cadel) kelemahan  otot wajah ledah, langit-langit atas, paring dan bibir.
a.    Kemampuan emaosi : perasaan, ekspresi wajah, penerimaan terhadap kondisi dirinya
b.    Memori  : Pengenalan terhadap lingkungan, orang, tempat dan waktu
c.    Tingkat kesadaran
d.    Fungsi bladder dan fungsi bowel.

4.  Pemeriksaan diagnostik  :
•    Laboratorium darah : kolesterol, lipid, Hb, Ht
•    CT – Scan.
•    Angiografi
•    EGG
•    Lumbal Punksi
•    MRI


B.  Diagnosa dan rencana keperawatan  :

1.    Gangguan perfusi jaringan : serebral yang berhubungan dengan gangguan aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral, ditandai dengan
•    Penurunan kesadaran
•    Nilai GCS
•    Perubahan tanda-tanda vital
•    Perubahan sensori dan motorik
•    Penurunan fungsi memori
•    Nyeri kepala
•    Muntah
•    Kejang
•    Perubahan pupil
•    Perubahan pola napas
•    Nilai AGD
•    Hasil CT scan dan MRI adanya edema serebri, perdarahan, herniasi

Tujuan  :
Klien akan menunjukkan perbaikan perfusi serebral  dengan kriteria :
•    Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif, sensorik dan motorik
•    Tanda-tanda vital stabil, peningkatan TIK tidak ada

Intervensi keperawatan    Rasional
1.    Kaji status neurologis setiap jam

2.    Monitor tanda-tanda vital setiap jam


3.    Kaji tingkat kesadaran dengan  GCS


4.    Kaji refleks kornea dan releks gag

5.    Pantau adanya perubahan dalam penghatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang.

6.    Evaluasi keadaan motorik dan sensori klien

7.    Monitor adanya kejang

8.    Atur  posisi kepala klien sedikit lebih tinggi (30-45 derajat ) dengan posisi leher tidak menekuk

9.    Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenang.

10.    Pertahankan kepatenan jalan napas.
11.    Anjurkan klien untuk tidak menekuk lututnya/fleksi, bersin, batuk dan mengedan
12.    Beri oksigen sesuai program


13.    Beri obat sesuai program dan monitor efek samping
    Antikoagulan

    Antifibrolitik
    Kostikosteroid
    Antihipertensi
    Antikonvulsi
    Pelunak feses    -    Menentukan perubahan defisit neurologik lebih lanjut
-    Dapat mendeteksi secara dini adanya perubahan tanda-anda vital seperti perubahan respirasi menunjukkan kerusa-kan batang otak
-    Tingkat kesadaran merupakan indikator terbaik adanya perubahan neurologis. Takada respon memandakan kerusakan pada otak.
-    Menurunnya refleks kornea dan refleks gag merupakan indikasi kerusakan pada batang otak
-    Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena dan mempengaruhi intervensi yang dilakukan.

-    Gangguan motorik dan sensori dapat terjadi akibat edema otak
-    Kejang dapat terjadi akibat iritasi serebral dan kejang memerlukan banyak oksigen
-    Untuk mengurangi tekanan arteri, meningkatkan drainase vena dan dapat meningkatkan perfusi serebral.
-    Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk mencegah terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik/perdarahan lain.
-    Mempertahankan adekuatnya  oksigen.
-    Dapat meningkatkan tekanan intrakranial

-    Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodelatasi serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema serebral


    Meningkatkan aliran darah ke otak dan mecegah kloting. Kontraindikasi pada stroke haemoragik.
    Mencegah lisis dan perdarahan
    Mengontrol edema serebral
    Menanggulangi hipertensi
    Mengontrol kejang
    Mencegah proses mengedan dan menghindari peningkatan tekanan intra-kranial


2.    Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan  gangguan neuromuskuler, kelemahan, paratesia, paralisis ditandai dengan  :
•    Klien mengatakan tidak mampu mengerakkan tangan dan kaki sebelah
•    Klien tidak mempu memenuhi kebutuhan ADL
•    Kebutuhan ADL dibantu
•    Adanya hemiplegia/hemioarese
•    Pergerakan, ambulasi dibantu
•    Tonus otot kurang
•    Kekuatan otot kurang
•    Atropi, kontraktur

Tujuan  :
Klien akan memperlihat  kemampuan pergerakan  dan keutuhan tubuh yang adekuat  dengan kriteria :
•    Mempertahankan kekuatan/fungsi tubuh secara optimal
•    Mendemonstrasikan tehnik/perilaku melakukan aktivitas
•    Mempertahankan integritas kulit
•    Kebutuhan ADL terpenuhi.
Intervensi keperawatan    Rasional
1.    Kaji kemampuan motorik

2.    Observasi area kulit yang tertekan

3.    Ubah posisi tidur klien setiap 2 jam

4.    Sokong ekstermitas dalam posisi fungsional, gunakan papan kaki selama periode paralisis
5.    Latih klien untuk melakukan ROM pasif dan aktif


6.    Sanggah angan dan pergelangan pada kelurusan alamiah
7.    Tinggikan lengan dan kepala

8.    Lakukan masage pada daerah yang tertekan
9.    Anjurkan klien untuk pergerakan dan latihan dengan menggunakan lengan yang tidak sakit.

10.    Beri HE pada klien tentang pentingnya pergerakan anggota gerak dalam mengurangi atropi otot
11.    Kolaborasi dengan tim fisioterapi    -    Mengidentifikasi kekuatan otot, kelemahan       Motorik
-    Daerah yang tertekan mudah sekali terjadi      Trauma kulit
-    Untuk mencegah penekanan pada daerah tertentu dan mencegah terjadinya atropi dan kontraktur
-    Mencegah footdrop

-    Latihan Rentang gerak dapat meningkatkan massa otot, tonus dan  kekuatan otot, perbaikan fungsi jantung dan pernapasan
-    Mencegah edema dan kontraktur fleksi pada pergelangan
-    Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema.
-    Membantu mencegah kerusakan jaringan kulit
-    Latihan aktif yang lengan sehat dapat menyatukan kembali sebagai bagian dari tubuhnya sendiri.
-    Memberikan pengetahuan pada klien dalam berpartisipasi dalam mengatasi masalahnya
-    Dapat membantu meningkatkan fungsi otot melalui latihan yang rutin

3.    Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, kelemahan umum, kerusakan pada area wernick, kerusakan pada area broca, ditandai dengan  :
•    Klien tidak mampu berkomunikasi
•    Disartia, aphasia
•    Kelemahan otot wajah
•    Kelemahan otot lidah
•    Adanya infark pada area bicara dari hasil CT Scan, MRI

Tujuan
Klien akan menunjukkan kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal secara efektif dengan kriteria 
    Terhindar dari tanda-tanda frustrasi
    Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dasar
    Mampu mengekpresikan diri dan memahami orang lain

Intervensi keperawatan    Rasional
1.    Kaji tipe disfungsi komunikasi seperti tidak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara.
2.    Pertahankan kontak mata dengan klien saat berkomunikasi

3.    Gunakan kata-kata sederhana secara bertahap dan dengan bahasa tubuh
4.    Dengarkan kesalahan percakapan klien dan beri umpan balik
5.    Ajarkan tehnik untuk memperbaiki bicara


6.    Bicara dengan klien dengan suara yang jelas dan tidak terlalu cepat
7.    Beri respon terhadap perilaku non verbal

8.    Latih klien mengucapkan kata-kata pendek dan mengulanginya.
9.    Sediakan alat tulis disamping tempat tidur bila klien bisa menulis
10.    Hargai setiap kemampuan klien dan hindari pembicaraan yang merendahkan klien
11.    Kolaborasi kepada ahli terapi wicara    -    Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan verbal yang menjadi kesulitan klien dalam proses komunikasi
-    Klien dapat memperhatian ekspresi dan gerakan bibir lawan bicara sehingga dapat memudahkan menginterpretasi
-    Memudahkan penerimaan klien

-    Memberi pemahaman dalam menyadari kesalahan bicara.
-    Dengan membaiknya bicara, percaya diri akan meningkat dan meningkatkan motivasi untuk memperbaiki bicara
-    Memberi kesempatan klien dalam memahami setiap pembicaraan
-    Menunjukkan adanya respon dan rasa empati terhadap gangguan bicara klien
-    Respon klien terhadap bicara lebih mudah dimengerti
-    Memberi komunikasi yang lebih mudah dimengerti orang lain
-    Kemampuannya klien merasakan harga dirinya meningkat
-    Dapat meningkatkan kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif klien.


4.    Gangguan eliminasi bowel  : Kontipasi yang berhubungan dengan menurunnya kontrol volunter, perubahan peristaltik, imobilisasi ditandai dengan
•    Klien mengeluh tidak bisa BAB atau lebih dari 3 hari
•    Feses keras
•    Bising usus lambat
•    Penurunan kemmapuan bergerak (imobilisasi)
•    Penurunan kesadaran

Tujuan  :
Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan eliminasi BAB setiap hari dengan kriteria  :
    Pola BAB normal,
    Feses lunak

Intervensi keperawatan    Rasional
1.    Kaji pola BAB klien
2.    Kaji adanya distensi abdomen dan auskultasi

3.    Lakukan pemeriksaan peristaltik usus

4.    Anjurkan untuk melakukan pergerakan/ambulasi sesuai kemampuan klien.
5.    Beri makanan yang mengandung serat tinggi.
6.    Massage daerah bokong dan punggung
7.    Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2000-2500 ml/hari.
8.    Beri klien obat laksatif sesuai program    -   Menentukan perubahan pola eliminasi
-    Distensi, dan hilangnya peristaltik usus merupakan hilang kontrol saraf parasim-patis
-    Peristaltik yang lambat dapat menimbulkan konstipasi.
-    Merangsang peristaltik usus yang memfasilitasi kemungkinan terbentuknya flatus
-    Makanan padat akan menimbulkan peristaltik
-    Merangsang timbulnya peristaltik usus
-    Membantuk melunakan feses

-    Membantu mengeluarkan  feses, meningkatkan fungsi defekasi sesuai kebiasaan yang normal


5.    Gangguan eliminasi urin : inkontinensia fungsional yang berhubungan dengan menurunnya sensasi, disfungsi kognitif kerusakan komunikasi, ditandai dengan
•    Klien mengatakan tidak mampu mengontrol BAK
•    Inkontinensia
•    Kandung kemih penuh
•    Distensi kandung kemih

Tujuan  :
Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan eliminasi BAK setiap hari dengan kriteria  :
    Pola BAK normal
    Klien mampu mengontrol BAK
    Kulit genetalia dan perineum bersih dan kering
    Terhindar dari infeksi saluran kemih

Intervensi keperawatan    Rasional
1.    Kaji kembali tipe inkontinensia dan polanya.
2.    Buatkan jadwal untuk BAK
3.    Palpasi kandung kemih terhadap distensi.

4.    Beri minum yang cukup 1500-2000 ml jika tidak ada kontraindikasi
5.    Lakukan perawatan kateter setiap hari
6.    Jaga privasi klien saat BAK
7.    Monitor hasil urinalisa dan karakteristik urine    -    Menentukan rencana lebih lanjut
-    Melatih BAK secara teratur
-    Obstruksi saluran kemih kemungkinan dapat tejadi
-    Mencegah adanya batu saluran kemih

-    Menghindari terjadinaya infeksi saluran kemih
-    Memberi rasa nyaman pada klien
-    Mengetahui secara dini infeksi saluran kemih


BAB IV
P E N U T U P

A.  Kesimpulan :

Stroke adalah gangguan suplai oksigen kesel-sel saraf dapat disebakan oleh sumbatan atau pecahnya satu atau lebih pembuluh darah yang memperdarahi serebral dan terjadi dengan tiba-tiba

B.    Saran

1.    Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, maka diharapkan perawatan secara komprehensif terhadap kasus stroke perlu diintensifkan dalam proses keperawatannya.
2.    Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persarafan perlu keterlibatan klien dan keluarganya sangatlah penting. Oleh karena itu, perlu kerja sama yang baik dan penuh pengertian dari semua perawat dalam melibatkan klien dan keluarganya.
3.    Perlunya perawatan meningkatkan pelayanan yang cepat dan tepat untuk menghindari efek psikologis sehingga klien dan keluarganya merasa aman dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA

Baughman & Hackley, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah  dari Brunner & Sudarth. EGC. Jakarta  2000

Dongoes, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. EGC. Jakarta  2000

Engran Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. EGC Jakarta 1999

Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Gajamada University Press 1990

Smeltzer & Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2 . EGC Jakarta  2002

Swearingan, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. EGC Jakarta 2001

Tucker Martin Susan, Standar Asuhan Keperawatan. Edisi 5 Volume 1. EGC Jakarta 1998

link: download disini

2 Responses to "contoh askep strok+patwey"

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya