Sunday, 23 November 2014

contoh+askep+Askep Ca Ovarium

BAB I
KONSEP MEDIS

A.    DEFINISI
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel epitel. Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur).
Kanker ovarium bisa menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui sistem getah bening bisa menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut. Melalui pembuluh darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru.

B.    ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1.    Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
Kanker ovarium juga bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium.

C.    PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar menyebabkan berbagai keluhan makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan cirri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites. (Manuaba, 2001 : 400).
Kanker ovarium juga bisa menyebabkan penekanan pada kandung kemih dan rectum yang dapat menyebabkan perasaan buang air kecil (dalam pengertian bila bila tidak menderita kanker ovarium biasanya setiap melakukan buang air kecil sekitar 400 cc, maka pada penderita kanker ovarium ini sekitar 200 cc, dan biasanya dalm frekuensi yang sering. Apabila tumor semakin besar keluhan dapat dirasakan antara lain perut dibagian bawah tegang dan membesar, kemudian adanya penekanan terhadap organ-organ-organ dalam rongga panggul lainnya yang dapat menyebabkan nyeri pada saat senggama, dan nyeri yang hebat juga dapat dirasakan apabila tumor pecah. Pada usia lanjut dapat terjadi penimbunan cairan dalam rongga perut atau rongga dada yang dapat menimbulkan keluhan sesak napas, yang kemudian dapat menimbulkan penjalaran tumor kebagian organ-organ rongga panggul dan rongga perut seperti usus, hati limfa, serta dinding perut.

D.    MANIFESTASI KLINIK
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1.  Stadium Awal
a.    Gangguan haid
b.    Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c.    Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d.    Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e.    Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
2. Stadium Lanjut
a.    Penyebaran ke omentum (lemak perut)
b.    Perut membuncit
c.    Kembung dan mual
d.    Gangguan nafsu makan
e.    Gangguan BAB dan BAK
f.    Dyspepsia
E.    STADIUM
•    Stadium I    : pertumbuhan terbatas pada ovarium.
•    Stadium II    : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul.
•    Stadium III    : tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis. Meluas ke usus halus dan usus besar.
•    Sstadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh, seperti paru-paru dan permukaan liver.

F.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1.    Pemeriksan darah lengkap
2.    Pemeriksaan kimia darah
3.     Serum HCG
4.    Alfa fetoprotein
5.    Analisa air kemih
6.    Pemeriksaan saluran pencernaan
7.     Laparatomi
8.    CT scan atau MRI perut.

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS
•    Operasi
Pada umumnya dilakukan:
o    Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya
o    Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba fallopii
o    Omentektomi yaiut mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut.
•    Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
•    Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.

H.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1.    Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur- struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2.    Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1.    Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2.    Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3.    Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah

BAB II
KONSEP KEPERAWTAN

A.    PENGKAJIAN
    Data diri klien
    Data biologis/fisiologis        :  keluhan utama, riwayat keluhan utama
    Riwayat kesehatan masa lalu
    Riwayat kesehatan keluarga
    Riwayat reproduksi        :  siklus haid, durasi haid
    Riwayat obstetric             :  kehamilan, persalinan, nifas.
    Data psikologis/sosiologis      : reaksi emosional setelah penyakit diketahui
    Aktifitas/istrahat
Gejala    : Kelemahan dan/keletihan
  Perubahan pada pola istrahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas.
    Eliminasi
Gejala    : Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri saat berkemih, sering berkemih.
Tanda    : Perubahan pada bising usus, distensi Abdomen

    Nyeri/Keamanan
Gejala    : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalny ketidaknyamanan   ringan  sampai nyeri berat.
    Integritas ego
Gejala    : Faktor stress ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara  mengatasi stress (mis, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual.
      Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya pembesaran  pada daerah pelvis
    Seksualitas
Gejala    : Masalah pada seksualitas mis, dampak pada hubungan, perubahan     pada tingkat kepuasan
    Makanan/Cairan
Gejala    : Kebiasaan diet buruk (mis.rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet.
     Anoreksia, mual/muntah
    Intoleransi terhadap makanan
    Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya masa otot.
Tanda    : Perubahan pada kelambanan/turgor kulit, edema

B.    DIAGNOSA
1.   Nyeri berhubungan dengan kompresi serabut saraf daerah pelvis.
2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah akibat penekanan usus.
3.    Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan penekanan pada daerah pelvis
4.    Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

C.    INTERVENSI
1.   Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan kompresi serabut saraf daerah pelvis
Tujuan : nyeri dapat terkontrol
Intervensi :
    Kaji derajat nyeri dalam menggunakan skala 1-10, karakter nyeri, dan lokasinya.
Rasional : pengkajian membantu dalam penepatan tindakan yang tepat.
    Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukan factor pencetus/pemberat.
    Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.
Rasional : posisi yang tidak menekan abdomen menghindari terjadinya nyeri.
    Ajarkan pasien teknik relaksasi/napas dalam.
Rasional : efektif untuk meminimalkan nyeri.
    Jelaskan pembatasan aktivitas pada pasien.
Rasional : pemahaman pasien membantu dalam upaya untuk bekerja sama.
    Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : analgetik dapat menghilangkan nyeri.

2.    Diagnosa 2
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah akibat penekanan usus
Tujuan : klien akan menunjukkan kebutuhan nutrisi yang adekuat Intervensi :
    Anjurkan pemberian makanan atau nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
Rasional : porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
    Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
Rasional : pendidikan kesehatan mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
    Timbang berat badan dengan frekuensi sering
Rasional : merupakan indikasi pemantauan adanya perkembangan asupan nutrisi
    Kolaborasikan pemberian nutrisi dengan ahli gizi
Rasional : kolaborasi asupan nutrisi dapat membantu peningkatan nutrisi.

3.    Diagnosa 3
Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan penekanan pada daerah pelvis
Tujuan : pola eliminasi pasien kembali normal.
Intervensi :
    Kaji pola eliminasi pasien, bandingkan dengan pola eliminasi sebelumnya.
Rasional : memberikan pedoman dalam penentuan tindakan.
    Kaji factor pencetus gangguan saat berkemih/BAB.
Rasional : nyeri saat tertekannya kista dapat menjadi factor penyebab kesulitan berkemih/BAB.
    Anjurkan pasien untuk tidak terlalu mengedan saat berkemih/BAB.
Rasional : mengedan menimbulkan tekanan pada abdomen dan mencetus nyeri yang justru mengganggu pola berkemih pasien.
    Lakukan kateterisasi jika diinstruksikan.
Rasional : merupakan alternative pengeluaran urine yang tertahan dalam kandung kemih.
    Kolaborasi tentang diet rendah serat.
Rasional : makan rendah serat tidak memperberat kerja usus.

4.    Diagnosa 4
Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
Tujuan: Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi:
    Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas
Rasional: ansietas ringan  dapat ditunjukan dengan peka rangsang dan insomnia
    Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional: rentang perhatian mgkn menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
    Jelaskan prosedur tindakan
Rasional: Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan presepsi
    Kurangi stimulasi dari luar
Rasional: Menciptakan lingkunag yang terapeutik
patofisiologo
 
skip add untuk lanjut

No comments:

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya