PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk itu pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual.
Pelayanan tersebut dapat dilakukan di RS atau institusi kesehatan lainnya secara profesional dengan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia melalui proses pendekatan dengan didasari oleh kiat dan ilmu, keperawatan sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara tepat guna dan penuh rasa tanggung jawab.
Hepatitis A sampai hepatitis C berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi kedokteran, terutama di bidang biologi molekuler, dapat dipastikan abjad hepatitis tersebut akan segera bertambah. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2000, hal : 351)
Hepatitis merupakan penyakit menular terutama untuk kalangan petugas kesehatan, utamanya : dokter, perawat, petugas laboratorium, karena selalu kontak dengan cairan tubuh penderita. Dari 10 penyakit saluran pencernaan di Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Januari – Desember 2002 dengan penderita sebanyak 244 pasien, hepatitis akut berada pada urutan kedua dengan jumlah pasien 35 orang (14,34 %) terdiri dari laki – laki 29 pasien (11, 89%) dan wanita 6 pasien (2,46%).
Melihat bahwa penyakit hati termasuk penyakit yang berat dan mempunyai insiden yang tinggi serta prognosa yang buruk pada orang yang menderita penyakit tersebut maka diperhatikan tenaga keperawatan yang bertindak cepat, tepat dan komprehensif.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis menyusun karya tulis dengan judul “Asuhan keperawatan klien Ny. “.F” dengan Hepatitis Acut Di Ruang Perawatan Lontara I Interna Atas Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar”
B. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi lingkup batasan masalah adalah sebagai berikut : memberikan Asuhan keperawatan klien Ny. “.F” dengan Hepatitis Acut Di Ruang Perawatan Lontara I Interna Atas Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang dilakukan selama 2 hari.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Dapat menambah wawasan pengetahuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit hepatitis acut.
b. Dapat sebagai bahan informasi kepada sesama pelaksana perawatan yang menyangkut peningkatan mutu pelayanan perawatan khusus pada klien dengan penyakit hepatoma.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan gambaran dan pengalaman dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan klien hepatitis acut.
b. Mendapatkan pengalaman dalam menyusun rencana keperawatan klien dengan hepatitis acut.
c. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan tindakan pada klien hepatoma.
d. Mendapatkan gambaran dalam melakukan evaluasi keperawatan pada klien hepatitis acut.
e. Mendapatkan pengetahuan tentang hambatan-hambatan yang timbul dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis acut.
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Keperawatan Tidung D III Khusus Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khusus pada bagian terkait.
3. Sebagai bahan bacaan.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan digunakan dalam penyusunan laporan kasus ini, adalah ;
1. Studi kepustakaan
Dalam metode ini penulis memperoleh informasi dari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan dibahas sebagai landasan/teoritis yang digunakan dalam penyusunan laporan ini.
2. Studi kasus
Melalui asuhan keperawatan pasien yang dirawat di Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang terdiri dari 4 tahap yaitu : tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Observasi
Mengambil secara langsung keadaan klien dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
b. Metode wawancara
Metode wawancara meliputi tanya-jawab kepada klien, keluarga klien, dokter serta tenaga kesehatan yang menangani klien.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih jelasnya dalam laporan studi kasus ini penulis dengan menyusun dengan sistimatika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Yang membahas tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistimatika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari konsep dasar medis dan konsep asuhan keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Menguraikan tentang pengkajian data klien hepatoma yang meliputi : analisa data, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan antara teori dan praktek asuhan keperawatan pada klien hepatits acut dengan kenyataan di lapangan.
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Hepatitis acut/hepatitis A adalah :
Virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal oral. Virus ini yang menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukkan oleh virus hepatitis darah.
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr, atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum fasiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum fasiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritonium viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Di bawah peritonium terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kaspul glisson, yang meliputi seluruh permukaan organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hato, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu.
Setiap lobus hati menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk lobus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperi kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer merupakan sistem monosit-makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hatu merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit disekresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk empedu yang makin lama makin besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta yang menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena porta berbeda dengan vena lain karena :
1) Tekanan sedikit lebih tinggi.
2) Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif lebih banyak.
3) Mengandung lebih banyak zat makanan.
4) Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
Volume total darah yang melalui hati 100 – 1500 ml tiap menit dan dialirkan melalui vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena kava inferior.
b. Fungsi hati
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh.
Dari berbagai fungsi tersebut di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa :
1) Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empdu adalah air (97 %), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol, dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonyugasi).
Garam empedu penting untuk penernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu diabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonyugasi dan resekresi.
Walaupun bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
2) Fungsi metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus.
Monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati (glikogenesis). Dari teori glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subkutan. Hati juga mampu mensintesis glukosa dari protein dan lemak (glukogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.
3) Fungsi pertahanan tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konyugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologi tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperan penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfatogositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.
4) Fungsi vaskuler hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteri hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.
3. Etiologi
a. Virus hepatitis mengacu pada adanya peradangan hati. Secara patologi dapat disebabkan oleh zat kimia atau infeksi.
b. Virus hepatitis yang ditularkan secara parenteral dan seksual yaitu hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D. (diketahui sebagai hepatitis delta). Hepatitis B penularannya yang paling serius adalah secara parenteral dan ibu terinfeksi penyakit lebih rendah
c. Hepatitis C
Sebelumnya tidak diketahui virusnya dan sekarang teridentifikasi sehingga disebut hepatitis C dengan melalui penulisan tes antibodi sehingga dapat ditentukan bahwa hepatitis C bisa tertular karena jarum suntik/pemberian cara parenteral (intra vena).
4. Patofisiologi
Pada penderita hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan hepatitis D yaitu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh melalui membran mukosa/merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati replikasi 2 – 6 minggu/sampai 6 bulan pejamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat untuk yang mengalami gejala : tingkat kerusakan hati dan hubungannya dengan demam yang diikuti dengan kekuningan, artritis, nyeri perut dan mual. Pada kasus yang ekstrim dapat terjadi kerusakan pada hati (hepatomegali). (Buku Ajar Keperawatan)
(Hudak dan Gallo, 1994).
5. Manifestasi klinik
Pada minggu 1 – 2 demam/awal penyakit kadang-kadang tidak ada keluhan sehingga kebanyakan pasien datang dalam keadaan studi lanjut. Keluhannya terasa nyeri pada perut kanan atas, tidak ada nafsu makan karena perut terasa kenyang, berat badan menurut drastis. Kadang ada keluhan dari pasien adanya pembengkakan perut kanan atas atau daerah epigastrium
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Uji faal hati untuk mengetahui adanya obstruksi saluran empedu/adanya sel-sel hati yang rusak.
b. SGOT dan SGPT.
c. Posfatase alkali.
d. Laktat dehidrogenase.
e. Peningkatan alfa-L fukosidase.
7. Komplikasi
a. Hyperkalsemia oleh karena terjadinya peningkatan reabsorbsi tulang sehingga dapat terjadi peningkatan berbagai hormon : paratiroid dan lain-lain.
b. Hypekolisterolemia adanya peningkatan sintetis kolesterol oleh tumor. Ini disebabkan oleh karena hilangnya mekanisme umpan balik negatif, sehingga terjadi kerusakan pada peningkatan membran sel.
c. Alfa foto protein terdeteksinya glikogen motenik pada fetus umum 6 sampai 7 minggu kehamilan.
8. Pencegahan
Jika infeksi hepatitis B dapat dikendalikan dengan vaksin, maka insidens karsinoma hepatoseluler akan turun angka kematiannya. Karena pada frevakusi pembawa hepatitis B yang tinggi.
9. Pengobatan
a. Diberi vaksin hepatitis B bila ada pasangan setiap kasus HBE AGS positif.
b. Tidak ada aturan diet dilarang tetapi pemakaian alkohol dikurangi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Pada sub bab ini, penulis akan menguraikan tentang proses keperawatan sebagai dasar dari pelayanan profesional.
Proses perawatan adalah metode pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan tersebut. untuk melaksanakan asuhan keperawatan digunakan suatu pendekatan proses perawatan yang terdiri dari langkah-langkah ilmiah yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang kesemuanya saling berkesinambungan dan dalam prakteknya dilaksanakan pada semua tingkat usia dengan berbagai kondisi.
1. Tahap pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Riwayat penggunaan alkohol yang lama, penyakit hati karena alkohol, riwayat penyakit kandung empedu, trauma pada hati perdarahan saluran makanan, saluran cerna atas, perdarahan yang disebabkan oleh varises oesofagus, penggunaan obat-obat yang mempengaruhi fungsi hati.
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : letargi, penurunan massa otot/tonus
c. Sirkulasi
Gejala : riwayat GJK, kolik, perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (mall fungsi hati menimbulkan gagal hati).
Tanda : disaritmia bunyi jantung ekstra (53, 54).
DVJ : vena abdomen distensi
d. Eliminasi
Gejala : flatus.
Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites).
Penurunan atau tidak ada tanda bising usus, faeces warna tanah liat, melena, urine gelap, pekak.
e. Makanan/cairan
Gejala : anorexia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah.
Tanda : penurunan BB atau cairan, penggunaan jaringan, edema umum pada jaringan, kulit kering, turgor jelek, ikterik, angioma spider, nafas berbatu/foetor, hepatikus, perdarahan gusi.
f. Neurosensori
Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.
Tanda : perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tak lancar. Asterik (enselopati hepatik)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer
Tanda : prilaku berhati-hati, distraksi, fokus pada diri sendiri.
h. Pernafasan
Gejala : dispna
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru-paru terbatas (asites), hipoksia
i. Keamanan
Gejala : pruritus.
Tanda : demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), ikterik, ekimosis, peteksi, angioma spider/telengiektatis, eritema, palimar.
j. Seksualitas
Gejala : gangguan mesntruasi, impoten.
Tanda : atropi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada bawah lengan, pubis).
2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, retensi natrium.
c. Resiko tinggi terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
d. Resiko tinggi terhadap pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru asites.
e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan gangguan faktor pembekuan gangguan absorbsi vitamin K.
f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir berhubungan dengan peningkatan serum amonia ; perubahan proses fisiologi.
g. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan biofisika/pribadi rentan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi ketidakbiasaan terhadap sumber informasi.
3. Perencanaan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan.
1) Tujuan : peningkatan berat badan, nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi labih lanjut.
2) Intervensi
a) Ukur masukan nutrisi.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defesiensi
b) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : sebagai indikator langsung nutrisi.
c) Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan tipe diet.
Rasional : diet penting untuk penyembuhan.
d) Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : buruknya toleransi terhadap makanan mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
e) Batasi masukan kafein, makanan berbumbu dan yang mengandung gas
Rasional : membantu dalam menurunkan oitasi gaster dan ketidaknyamanan abdomen.
f) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar.
Rasional : menghindari terjadinya perdarahan dan varises esofagus.
g) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
Rasional : menghindari persaan tidak enak pada mulut.
h) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian tinggi kalori.
Rasional : makanan tinggi kalori penting untuk klien sebab pemasukan terbatas. Karbohidrat akan disalurkan untuk energi pemberian lemak yang tinggi kurang baik, karena hati tidak berfungsi dengan baik.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, retensi natrium.
1) Tujuan : balance volume cairan antara pemasukan dan pengeluaran, tidak terjadi oedema.
2) Intervensi :
a) Ukur dan catat cairan yang masuk dan keluar setiap 24 jam.
Rasional : menilai keefektivan pengobatan yang diberikan dan pemasukan cairan yang adekuat.
b) Monitor tekanan darah dan CVP (central venous pressure). Catat adanya pembesaran vena jugularis dan vena abdominal.
Rasional : tekanan darah biasanya meningkat berhubungan dengan volume cairan yang berlebihan. Jika ada pembesaran vena jugularis berarti ada cairan yang keluar dari ruang pembuluh darah karena vaskuler congestion.
c) Kaji keadaan pernafasan dan catat kenaikan respiratory rete dispnoe.
d) Kaji derajat dari oedema.
Rasional : cairan yang berada dalam jaringan berasal dari hasil sodium sehingga terjadi penyimpangan air dan penurunan albumin.
e) Ukur lingkar abdomen.
Rasional : menggambarkan akumulasi hasil dari asotes.
f) Berikan perawatan mulut.
Rasional : menurunkan rasa haus.
g) Penatalaksanaan pemberian diuretik.
Rasional : untuk mengontrol oedema dan acites, menghambat efek aldosteron meningkatkan ekskresi air.
c. Resiko tinggi terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
1) Tujuan : meningkatkan integritas kulit dan mencegah iritasi pada kulit.
2) Intervensi :
a) Pertahankan kebersihan kulit tanpa menyebabkan kulit kering.
Rasional : kekeringan dapat meningkatkan efektivitas kulit dengan merangsang ujung saraf.
b) Cegah pernafasan terhadap suhu yang berlebihan dengan mempertahankan suhu ruangan dinin dan kelembaban yang rendah.
Rasional : menghindari terjadinya kekeringan kulit.
c) Ubah posisi dengan jadwal teratur.
Rasional : pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk sirkulasi.
d) Tinggikan ekstremitas bawah.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema.
e) Pertahankan seprei kering dan bekas lipatan.
Rasional : kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan resiko kerusakan kulit.
f) Gunting kuku jari hingga pendek.
Rasional : mencegah pasien dari luka tambahan.
d. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru asites.
1) Tujuan : mempertahankan pola nafas tetap efektif, bebas dispnea dan cyanosis.
2) Intervensi :
a) Awasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.
Rasional : pernafasan dangkal/cepat (dispnea) mungkin ada hubungannya dengan hipoksia.
b) Auskultasi pola nafas
Rasional : menunjukkan adanya komplikasi.
c) Selidiki perubahan tingkat kesadaran.
Rasional : perubahan mental menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan.
d) Pertahankan posisi kepala tempat tidur tinggi.
Rasional : memudahkan pernafasan dan mengurangi tekanan pada diafragma.
e) Ubah posisi dengan sering, dorong nafas dalam.
Rasional : membantu ekspansi paru dan mobilisasi sekret.
f) Awasi suhu dan catat menggigil.
Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, pneumonia.
e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan gangguan faktor pembekuan gangguan absorbsi vitamin K.
1) Tujuan : tidak terjadi cedera atau perdarahan.
2) Intervensi :
a) Kaji adanya tanda-tanda dan adanya gejala perdarahan.
Rasional : resiko perdarahan tinggi karena gangguan dalam hemostatis darah.
b) Observasi adanya petekei, echimosis dan perdarahan.
Rasional : coagulation interna disease sub akut dapat terjadi sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan.
c) Awasi tekanan darah, nadi dan centra venous pressure bila ada.
Rasional : peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah centra venous pressure menunjukkan kehilangan cairan dan darah sirkulasi.
d) Catat perubahan mental/tingkat kesadaran.
Rasional : perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemia, hipoksemia.
e) Hindari pengukuran suhu rectal.
Rasional : rektal paling rentan untuk robek.
f) Anjurkan menggunakan sikat gigi halus.
Rasional : meminimalkan resiko perdarahan.
g) Hindari penggunaan produk yang mengandung aspirin.
Rasional : koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan.
h) Kolaborasi dengan laboratorium pemeriksaan Hb/Hl dan faktor pembekuan.
f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir berhubungan dengan peningkatan serum amonia ; perubahan proses fisiologi.
1) Tujuan : mempertahankan tingkat mental/orientasi kenyataan.
2) Intervensi :
a) Observasi perubahan prilaku dan mental.
Rasional : pengkajian terhadap status mental dan prilaku penting karena fluktuasi alami dari koma hepatik.
b) Catat terjadinya aktivitas kejang.
Rasional : menunjukkan terjadinya peningkatan kadar amonia serum, peningkatan terjadinya ensepalopati.
c) Orientasikan kembali pada waktu, tempat dan orang sesuai kebutuhan.
Rasional : membantu dalam mempertahankan orientasi kenyataan menurunkan ansietas.
d) Pertahankan kenyamanan lingkungan tenang.
Rasional : menurunkan rangsangan berlebihan dan membantu menurunkan ansietas.
e) Pasang pengaman tempat tidur.
Rasional : menurunkan resiko cedera bila bingung, kejang.
f) Selidiki peningkatan suhu, awasi tanda infeksi.
Rasional : infeksi dapat mencetuskan encelopati hepatik.
g. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan biofisika/pribadi
1) Tujuan : menyatakan perubahan/penerimaan diri pada situasi yang ada.
2) Intervensi :
a) Diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah, jelaskan hubungan antara gejala dengan awal penyakit.
Rasional : pasien sangat sensitif pada perubahan suhu dan juga mengalami perasaan bersalah.
b) Berikan perawatan dengan prilaku bersahabat.
Rasional : membantu pasien untuk merasakan nilai pribadi.
c) Motivasi keluarga untuk menyatakan perasaan.
Rasional : kebutuhan dukungan emosi tanpa penilaian.
d) Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan penampilan.
Rasional : pasien dapat memperlihatkan perubahan/kurang menarik berhubungan dengan ikterik.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi ketidakbiasaan terhadap sumber informasi.
1) Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit.
2) Intervensi :
a) Kaji ulang proses penyakit/prognosis yang akan datang.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang dapat membuat pilihan informasi.
b) Tekankan pentingnya menghindari alkohol.
Rasional : predisposisi terjadinya hepatoma.
c) Informasikan pada pasien tentang efek gangguan obat pada hepatoma dan pentingnya obat yang melalui resep.
Rasional : beberapa obat bersifat hepatoksis selain itu kerusakan hari menurunkan kemampuan metabolisme semua obat.
d) Tekankan pentingnya nutrisi.
Rasional : pemeliharaan diet yang tepat menghindari makanan tinggi amonia membantu memperbaiki gejala dan membantu mencegah kerusakan hati.
4. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawaan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan fungsi pernafasan, menghilangkan nyeri dan meningkatkan istirahat, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Meningkatkan asupan nutrisi. Memberikan informasi tentang penyakit, prosedur dan kebutuhan pengobatan (Doenges E. Marylnn, dkk, 2000).
5. Evaluasi
Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus-menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon klien revisi intervensi keperawatan hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : pola nafas efektif, nyeri teratasi/terkontrol, tidak terjadi kekurangan volume cairan, kebutuhan nutrisi terpenuhi, klien mengatakan pemahaman tentang penyakitnya (Keliat Anna Budi, 1994).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tgl. Masuk RS : 20 – 02 – 2003
Tgl. Pengkajian : 03 – 04 – 2003
No. Register : 09 04 78
Diagnosa Medis : Hepatitis Acut
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Ny. “F”
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Sarjana (S1)
Pekerjaan : -
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Telkom Mas Blok B3/152
b. Identitas penanggung
Nama : Tn. “M”
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : Sarjana (S1)
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Telkom Mas Blok B3/152
Pendapatan/bulan : Rp. 2. 000. 000,-
No. Askes : 180 103 055 922.2
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Nyeri pada perut kanan atas.
2) Riwayat keluhan utama : Demam dialami ? 10 hari yang lalu sebelum masuk RS, keluhan disertai menggigil, sakit kepala, mata kuning, mual.
3) Faktor pencetus : Tidak diketahui penyebabnya oleh klien.
4) Sifat keluhan : Hilang timbul
5) Lokasi dan penyebaran : Perut kanan bawah, perut kiri bawah.
6) Skala keluhan : Nyeri sedang (Nilai 2)
7) Hal yang memperberat : Klien megeluh nyeri bertambah bila makan dan minum banyak.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Klien pernah dirawat di RS. Dadi dengan operasi tonsilitis tahun 1981.
2) Klien pernah menderita penyakit thyfus abdominalis pada tahun 1988 di Rumah Sakit Daya.
3) Klien tidak pernah merokok
4) Klien pernah menderita penyakit :
a) Kronis : Amandel
b) Akut : Thyfus abdominalis pada tahun 1988 di RS. Daya.
5) Tidak ada riwayat pengobatan transfusi.
6) Tidak ada riwayat alergi
7) Kebiasaan tidak minum alkohol, kopi dan tidak makan tape.
8) Riwayat kesehatan sebelum masuk rumah sakit, ? 10 hari yang lalu klien demam dan sakit kepala.
c. Riwayat kesehatan keluarga
a. Orang tua dari ibu meninggal pada usia lanjut tidak diketahui penyebabnya oleh klien.
b. Kakek dari bapak meninggal pada usia lanjut tidak diketahui penyebabnya oleh klien.
c. Mertua meninggal pada usia lanjut tidak diketahui penyebabnya oleh klien.
d. Tidak ada riwayat penyakit keturunan
3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan : Sakit sedang
b. TB : 165 cm BB : 56 kg Sebelum sakit BB : 60 kg
c. Tanda – tanda vital :
T : 100/70 mmHg
N : 88x/menit
S : 360 C
P : 20 x/menit
d. Kulit
1) Kuning seluruh tubuh
2) Turgor lembab
3) Kebiasaan perawatan kulit : Mandi lap basah
4) Adanya perubahan kulit kuning seluruh tubuh.
5) Keadaan klien nampak kotor
e. Kepala
1) Rambut
Inspeksi :
- Distribusi rambut merata
- Rambut nampak kusut
- Tidak ada alopesia
- Tidak ada perubahan tekstur
Palpasi
- Rambut tidak mudah rontok
2) Keadaan kulit kepala
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya ketombe, iritasi, benjolan, luka.
- Warna kulit ikterus
Palpasi :
- Nyeri tekan tidak ada
- Benjolan tidak ada
- Riwayat trauma tidak ada
f. Muka
Inspeksi :
- Bentuk simetris kiri dan kanan
- Ekspresi wajah meringis bila timbul nyeri.
- Muka klien nampak kusam
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
g. Mata
Inspeksi :
- Palpebra tidak oedema
- Sklera kuning
- Conjungtiva tidak anemis
- Pupil isokor dan mengecil dengan respon cahaya.
- Pergerakan bola mata kiri kanan depan baik
- Posisi mata simetris kiri dan kanan
- Klien tidak memakai alat bantu kaca mata
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada peningkatan TIO
h. Hidung
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya polip
- Tidak ada deviasi septum
- Tidak ada sekret/cairan
- Tidak nampak adanya peradangan
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksillaris dan frontalis
i. Telinga
Inspeksi :
- Kedua telinga simetris kiri dan kanan
- Tidak nampak serumen
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan pinna
- Tidak teraba adanya massa.
j. Mulut
Inspeksi :
- Gigi nampak bersih
- Mulut klien nampak kotor dan berbau.
- Bibir kering
- Gigi caries dan berlubang di kanan molar 2
Palpasi :
- Gusi tidak ada peradangan
- Tidak memakai gigi palsu
- Lidah nampak kotor
k. Leher
Inspeksi :
- Tidak nampak pembesaran tyroid
- Tidak nampak adanya distensi vena jugularis
Palpasi :
- Kelenjar tiroid tidak teraba
- Tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis
- Kelenjar limfe tidak ada pembesaran
l. Ketiak
Inspeksi :
- Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi :
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
- Tidak ada nyeri tekan
m. Thoraks dan paru
Inspeksi :
- Bentuk dada normal
- Pergerakan dada simetris kiri dan kanan
- Payudara tidak ada kelainan
- Jenis pernafasan thoracoabdominal
- Frekuensi pernafasan 20x/menit
- Irama reguler berisi
Palpasi :
- Vokal fremitus tidak ada kelainan
- Nyeri tekan dada kanan bawah
Auskultasi :
- Suara nafas bronchovesikuler
- Suara napas tambahan tidak ada
Perkusi :
- Pekak pada daerah hepar
- Terdengar sonor di seluruh lapang paru
n. Abdomen
Inspeksi :
- Perut nampak kembung
- Perut nampak tegang.
- Kulit licin/mengkilat
- Tampak tegang
- Tidak ada bekas luka
- Klien mengeluh nyeri pada perut kanan atas.
Auskultasi :
- Pristaltik usus kesan normal 6 x/menit
- Tidak terdengar bising usus
Perkusi :
- Pekak pada kuadran kanan atas
- Redup pada kuadran kanan bawah
- Perkusi pekak pada daerah hepar.
- Redup pada kuadran kir bawah
Palpasi :
- Limpa tidak teraba
- Ginjal tidak teraba
- Nyeri tekan pada perut kanan atas
- Lingkar perut 100 cm
o. Genitalia dan anus
Tidak dilakukan pengkajian karena klien mengatakan tidak bersedia dan tidak ada keluhan.
p. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Inspeksi :
- Nampak simetris kiri dan kanan
- Infus terpasang di lengan kiri bawah
- Tidak ada bekas luka
- Dapat melakukan pergerakan dengan perlahan-lahan
- Kekuatan otot dapat melakukan tahanan dengan nilai 40 yaitu dapat melakukan gerakan normal peuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Tonus otot kenyal
- Tidak teraba adanya massa
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi :
- Nampak simetris kiri dan kanan
- Tidak nampak adanya bekas luka
- Dapat bergerak bebas sesuai rentang gerak sendi
- Tidak ada pitting oedema
Palpasi :
- Klien tidak merasa nyeri tungkai bawah
- Tonus otot kenyal
- Tidak teraba adanya massa.
4. Pola kegiatan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Kebiasaan
- Pola makan : Nasi, ikan dan sayur
- Frekuensi makan : 3 x sehari
- Nafsu makan : baik
- Makanan pantang : Daging ayam dan gula
- Banyaknya minum dalam sehari : 6 – 8 gelas/hari (1600 cc)
- Minuman : Sirup ABC
2) Perubahan selama sakit
- Nafsu makan : Klien mengeluh nafsu makan kurang
- Jenis makanan : Bubur TKTP
- Keluarga mengatakan porsi makan dihabiskan hanya 3 – 4 sendok dari porsi yang diberikan.
- Klien mengeluh mual.
- Porsi makan tidak dihabiskan ¾ porsi.
- Intake cairan infus Asering : Dextrose 5 % 1 : 1 28 tetes/menit botol ke 53.
b. Eliminasi
1) BAK
a) Kebiasaan
- Frekuensi : 3 – 4 kali dalam sehari
- Warna : kuning tua
- Bau : pesing
b) Perubahan selama sakit
- Frekuensi : 2 – 3 kali/hari tiap bak ? 100 cc
- Warna : kuning tua
2) BAB
a) Kebiasaan
- Frekuensi : 1 x dalam sehari
- Warna : Kuning
- Konsistensi : Agak keras
b) Perubahan selama sakit
- Frekuensi : 2 kali sehari
- Warna : Kuning muda
- Konsistensi : Keras
c. Olah raga dan aktivitas
1) Sebelum sakit :
- Klien tidak pernah berolah raga
- Kegiatan yang dilakukan hanya pekerjaan rumah tangga
2) Setelah sakit :
- Aktivitas klien terbatas
- Klien hanya dapat bangun dan duduk di tempat tidur, berjalan ke WC.
- Kebutuhan klien dilayani di tempat tidur
- Keluarga klien mengatakan kebutuhan dilayani di tempat tidur
- Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Klien mendapat perawatan bedrest.
d. Istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit
- Tidur malam jam 21.00 s.d jam 05.00 (7 jam)
- Tidur siang kadang - kadang
- Klien tidak mudah terbangun
2) Setelah sakit
- Tidur malam jam 22.00 s.d jam 05.00 (6 jam)
- Tidur siang tidak pernah
- Klien mudah terbangun bila timbul rasa nyeri
e. Personal hygiene
1) Kebiasaan
- Mandi 1 kali sehari
- Cuci rambut 2 x seminggu
- Gosok gigi 3 kali sehari
2) Selama di RS (selama di rawat)
- Keluarga mengatakan klien tidak pernah mandi sejak masuk rumah sakit.
- Keluarga mengatakan klien hanya dilap basah oleh keluarga tiap 3 hari sekali.
- Klien mengatakan belum pernah cuci rambut sejak masuk di rumah sakit.
- Klien mengatakan kadang-kadang gosok gigi.
5. Pola interaksi sosial
a. Orang terdekat dengan klien adalah suami.
b. Klien mudah mendapat teman
c. Bila ada masalah dimusyawarakan dengan keluarga
6. Keadaan psikologis selama sakit
a. Klien berharap agar cepat sembuh.
b. Ekspresi wajah agak murung
7. Kesehatan sosial
a. Keadaan rumah dan lingkungan bersih.
b. Status rumah milik sendiri
c. Lingkungan rumah tidak bising
d. Tidak banjir bila musim hujan
8. Kegiatan keagamaan
a. Kebiasaan
Klien rajin melaksanakan shalat 5 waktu
b. Perubahan selama sakit
Klien tidak pernah melaksanakan shalat
9. Perawatan dan pengobatan
a. Perawatan
1) Istirahat baring
2) Diet Bubur TKTP RL
b. Pengobatan sebelum masuk rumah sakit, klien berobat di dokter praktek, nama obat tidak diingat oleh klien.
c. Selama masuk rumah sakit
1) Infus Asering : Dekstrose 5 % 1 : 1 20 tetes/menit
2) Amcillin 1 gr/8 jam
3) Hepatofalk 3 x 1 tablet
4) Paracetamol 500 mg 3 x 1 tablet
5) Imreg 2 x 1 tablet
10. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah :
- Creatinin darah : 0,42 mg/dl Pr. 1,1
- Bil. Total : 15,69 mg/dl Pr. 1,1
- Bil. Direct : 9, 29 mg/dl Pr. 0,30
- SGOT : 9,37 u/L Pr 32
- SGPT : 419 u/L Pr 31
- LED Jam I : 85 mm Pr. < 20
II : 107 mm
Urine warna kuning tua.
USG Kesan Hepatomegali.
B. Klasifikasi Data
Data subyektif
- Klien mengeluh nyeri pada perut kanan atas.
- Klien mengatakan sakit bertambah bila makan dan minum banyak
- Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul.
- Klien mengeluh nafsu makan kurang.
- Klien mengeluh mual
- Keluarga mengatakan porsi makan dihabiskan hanya 3 – 4 sendok dari porsi yang diberikan.
- Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Keluarga klien mengatakan kebutuhan dilayani di tempat tidur
- Keluarga mengatakan klien tidak pernah mandi sejak masuk rumah sakit.
- Keluarga mengatakan klien hanya dilap basah oleh keluarga tiap 3 hari sekali.
- Klien mengatakan belum pernah cuci rambut sejak masuk di rumah sakit.
- Klien mengatakan kadang-kadang gosok gigi.
Data obyektif
- Skala nyeri sedang (nilai 2)
- Nyeri tekan pada perut kanan atas
- Ekspresi wajah meringis bila timbul nyeri.
- Perut nampak kembung
- USG kesan hepatomegali
- Sklera kuning
- Perkusi pekak pada daerah hepar
- Perut nampak tegang
- Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi)
- Berat badan turun 4 kg selama sakit (dari 60 kg menjadi 56 kg)
- Hasil laboratorium :
Creatinin darah 0,42 mg/dl
Bilirubin total 15,69 gr/dl
Bilirubin direkt 9,29 mg/dl
SGOT 937 u/L
SGPT 419 u/L
- Keadaan umum lemah
- Klien terapi bedrest
- Kebutuhan klien dilayani di tempat tidur.
- Keadaan klien nampak kotor
- Rambut nampak kusut
- Muka klien nampak kusam
- Mulut klien nampak kotor dan berbau.
- Tanda-tanda vital :
T : 100/70 mmHg N : 88 x/menit
S : 36,40 C P : 20x/menit
C. Analisa Data
D. Prioritas Masalah dan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nyeri pada perut kanan atas.
- Klien mengatakan sakit bertambah bila makan dan minum banyak
- Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul.
DO :
- Skala nyeri sedang (nilai 4)
- Nyeri tekan pada perut kanan atas
- Ekspresi wajah meringis bila timbul nyeri.
- Perut nampak kembung
- USG kesan hepatomegali
- Sklera kuning
- Perkusi pekak pada daerah hepar
- Perut nampak tegang
- Tanda-tanda vital :
T : 100/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,40 C
P : 20x/menit
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan:
DS :
- Klien mengeluh nafsu makan kurang.
- Klien mengeluh mual
- Keluarga mengatakan porsi makan dihabiskan hanya 3 – 4 sendok dari porsi yang diberikan.
DO :
- Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi)
- Berat badan turun 4 kg selama sakit (dari 60 kg menjadi 56 kg)
- Hasil laboratorium :
Creatinin darah 0,42 mg/dl
Bilirubin total 15,69 gr/dl
Bilirubin direkt 9,29 mg/dl
SGOT 937 u/L
SGPT 419 u/L
3. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Keluarga mengatakan kebutuhan klien dibantu di tempat tidur.
DO :
- Keadaan umum lemah
- Klien terapi bedrest
- Kebutuhan klien dilayani di tempat tidur.
- TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,40 C
P : 20x/menit
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
DS :
- Keluarga klien mengatakan kebutuhan dilayani di tempat tidur
- Keluarga mengatakan klien tidak pernah mandi sejak masuk rumah sakit.
- Keluarga mengatakan klien hanya dilap basah oleh keluarga tiap 3 hari sekali.
- Klien mengatakan belum pernah cuci rambut sejak masuk di rumah sakit.
- Klien mengatakan kadang-kadang gosok gigi.
DO :
- Keadaan klien nampak kotor
- Rambut nampak kusut
- Muka klien nampak kusam
- Mulut klien nampak kotor dan berbau.
file lengkap
As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on given topic and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a lot. This is my first time see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m not just one having all the enjoyment right here! I just couldn’t leave your website before telling you that I truly enjoyed the best high quality articles you present for your visitors? Will be returning again frequently to check up on brand new posts.
ReplyDeleteObat Maag
Obat Tipes
Obat Maag