KONSEP MEDIS
1.1 Pengertian
• Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994).
• Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).
• Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Ilmu Kandungan, 1999)
1.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus soleh hormon estrogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen.
2. Progesteron
3. Hormon pertumbuhan
Selain itu, Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur
2. Paritas
3. Faktor ras dan genetik
4. Fungsi ovarium
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
• Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
• Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
• Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
1.4 Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.
1.5 Gambaran Klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
• Perdarahan abnormal
• Penekanan rahim yang membesar :
o Terasa berat di abdomen bagian bawah.
o Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis.
o Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
• Nyeri, dapat disebabkan oleh :
o Penekanan saraf.
o Torsi bertangkai.
o Submukosa mioma terlahir.
o Infeksi pada mioma.
• Infertilitas.
• Kongesti vena,
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
1.6 Komplikasi
1) Perdarahan sampai terjadi anemia.
2) Torsi tangkai mioma dari :
a) Mioma uteri subserosa.
b) Mioma uteri submukosa.
3) Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4) Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
? Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
? Infertilitas.
? Abortus.
? Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
? Inersia uteri.
? Gangguan jalan persalinan.
? Perdarahan post partum.
? Retensi plasenta.
? Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
? Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
? Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
1.7 Pemeriksaan penunjang
a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
b. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
c. Foto BNO/IVP
d. Histerografi dan histeroskopi
e. Laparaskopi
f. Laboratorium
g. Tes kehamilan.
1.8 Diagnosis banding
1. Tumor solid ovarium.
2. Uterus gravid.
3. Kelainan bawaan rahim.
4. Endometriosis, adenomiosis.
5. Perdarahan uterus disfungsional
1.9 Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut :
• Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
• Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
• Pemberian zat besi.
• Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali.
2. Penanganan operatif, bila :
• Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
• Pertumbuhan tumor cepat.
• Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
• Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
• Hipermenorea pada mioma submukosa.
• Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a) Enukleasi Mioma
b) Histerektomi
c). Miomektomi
3. Penanganan Radioterapi
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data :
- Klien Mengeluh nyeri saat menstruasi
- Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK
- Klien mengeluh kesulitan untuk BAK.
- Klien mengatakan takut dengan perdarahan yang terjadi
- Klien mengatakan tidak mengerti tentang kondisi yang dialaminya.
- Klien nampak gelisah
- pasien nampak meringis
- Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal.
- Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat tumor
- Klien sering bertanya
- Klien tampak terlihat kebingungan
- Klien mengatakan lemah.
- Klien mengeluh mengalami pendarahan.
- Berat badan menurun.
- Menurunnya turgor kulit.
- Kulit nampak kering.
- Klien nampak lemah.
b. Klasifikasi Data
c. Analisa Data (LEGKAP)
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kekurangan volume cairan (pre op) berhubungan dengan perdarahan abnormal yang ditandai dengan perdarahan pervagina berlebihan, pasien lemah, sklera pucat.
Kekurangan volume cairan (post op) berhubungan dengan adanya darah akibat pembedahan.
2) Nyeri (pre op) berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan otot dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.
Nyeri(post op) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat insisi pada saat pembedahan.
3) Gangguan pola eliminasi disuria berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan vesika urinaria.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang prosedur pengobatan.
5) Ansietas (pre dan post op) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN (lemgkap)
DAFTAR PUSTAKA
Ester. Monica, S.Kp (2001), Keperawatan Medikal Bedah : EGC. Jakarta.
Engram. Barbara (1998), Rencana Askep Medikal Bedah Volume I : EGC. Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Penerbit: EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC
Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC
Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2. Jakarta : EGC.
0 Response to "CONTOH ASKEP MIOMA UTERI"
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya