ABSTRAK
ANGGUN. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kota Baubau. (Dibimbing oleh Ni’ma Meilani dan Wahid Ode).
Pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kelurahan Kaisabu Baru adalah langsung di buang kelahan kosong, selokan dan samping rumah, padahal membuang sampah bukan pada tempat pembuangan sementara (TPS) dapat memberikan dampak negatif dari segi kesehatan maupun estetika lingkungan masyarakat, serta tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk penampungan sampah rumah tangga.
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study, dengan jumlah sampel 225 responden yang dipilih secara simple random sampling. Data di analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga.
Berdasarkan hasil uji Chi Square di dapatkan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p= 0,009; x2= 1,000), sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p=19,869; x2= 0,000), tindakan dengan pengelolaan sampah rumah tangga (p= 0,868; x2= 0,437). Sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan dan tindakan masyarakat tidak berhubungan dengan pengelolaan sampah rumah tangga, sedangkan sikap masyarakat ada hubungan dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru.
Dari hasil penelitian saran yang diajukan kepada instansi terkait untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan pengelolaan sampah, sehingga masyarakat dapat ikut serta melaksanakan kebersihan lingkungan disekitarnya agar terhindar dari masalah penyakit yang disebabkan oleh sampah yang tidak diolah dengan baik oleh masyarakat.
Kata Kunci : Perilaku Masyarakat dan Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga
Daftar Pustaka : 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah pepatah mengatakan “kebersihan pangkal kesehatan” artinya, lingkungan yang sehat berawal dari lingkungan yang bersih. Salah satu penyebab lingkungan kotor adalah sampah, yang disebabkan adanya aktivitas manusia. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Dengan demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu sampah tidak bisa lepas dari ‘pengelolaan’. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
Kehadiran sampah merupakan hal yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan pencemaran apabila daya asimilasi alam tidak mampu lagi mendukungnya. Selain itu sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut dapat hidup berbagai organisme penyebab penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara vektor.
Selain dapat menyebabkan penyakit, dari segi estetika sampah akan menjadi hal terburuk yang merusak pemandangan serta menimbulkan bau tidak sedap yang akan menjadi tolak ukur identitas kota dalam segala aspek. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola perkotaan adalah penanganan masalah persampahan. Berdasarkan data BPS Nasional tahun 2009, sekitar 80 ribu ton/hari. Sampah tersebut dihasilkan dari 220 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia atau produksi sampah 800 gram/hari/orang dari 384 kota. Dan tahun 2010 sampah yang dihasilkan setiap harinya adalah sekitar 128 ribu ton/hari. Serta tahun 2011 sampah yang dihasilkan setiap harinya adalah sekitar 167 ribu ton/hari. Menurut laporan Dinas Kebersihan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Baubau tahun 2012 menunjukkan bahwa produksi sampah yang dihasilkan penduduk Kota Baubau pada tahun 2011 sekitar 323 m3 per hari. Dimana sampah yang terangkut ke TPA sebanyak 108 m3 per hari.
Penduduk di Kelurahan Kaisabu Baru cukup padat penduduknya yaitu 544 KK atau 2.194 jiwa dari jumlah tersebut terdapat penduduk laki-laki sebanyak 986 jiwa dan perempuan sebanyak 1.208 jiwa. Sehingga limbah rumah tangga atau sampah yang dihasilkanpun lebih banyak, akhirnya menambah banyaknya jumlah atau volume sampah yang ada di Kota Baubau yaitu pada tahun 2011 jumlah sampah yang di hasilkan sekitar 5,43 m3 per hari, dimana sampah yang di buang di lahan kosong yaitu sekitar 6,72%. Menurut data EHRA (Environmental Health Risk Assesment) kota Baubau tahun 2012 pengolahan sampah dibuang ke lahan kosong tertinggi digunakan kepala keluarga (KK) Kecamatan Sorawolio 26.88% meliputi Kelurahan Kaisabu Baru. Serta tidak adanya fasilitas pengambilan sampah di Kelurahan kaisabu Baru yang menjadi penghambat dari pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil observasi terhadap kebiasaan keluarga mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru, ditemukan sebagian besar keluarga membuang sampah kelahan kosong, selokan dan samping rumah, padahal membuang sampah bukan pada tempat pembuangan sementara (TPS) dapat memberikan dampak negatif dari segi kesehatan maupun estetika lingkungan masyarakat. Selain itu masyarakat di Kelurahan Kaisabu Baru mempunyai tingkat pendidikan yang baik (pada umumnya lulus SLTA) bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi, dengan status sosial ekonomi menengah keatas.
Uraian tersebut memberikan gambaran yang jelas bahwa disatu sisi adanya pertambahan jumlah penduduk yang terus-menerus. Disisi lain adalah perlunya perhatian dari semua pihak baik aparat terkait maupun masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah yang ditimbulkan disamping perlunya menekan pembiayaan pengelolaan persampahan melalui berbagai pendekatan terutama perlunya melibatkan masyarakat, karena pengetahuan, sikap dan tindakan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat, dimana pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui, kepandaian.
Pada prinsipnya Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin L. Bloom dalam Notoatmodjo (2003), seoarang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu sebagai berikut: pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.
Berkaitan dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang ada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio, inilah yang melatarbelakangi ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap fenomena pengelolaan sampah rumah tangga dengan judul “Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota BauBau”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru.
2. Apakah ada hubungan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
3. Apakah ada hubungan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau.
b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kota Baubau.
c. Untuk mengetahui hubungan antara tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat mendatangkan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan informasi atau gambaran tentang pengelolaan sampah oleh masyarakat Kelurahan Kaisabu Baru, sehingga diharapkan dapat menjadi referensi dalam membentuk konsep pengelolaan sampah yang sesuai dengan karakteristik lingkungan dan sosial.
2. Dari informasi tentang pengelolaan sampah di Kelurahan Kaisabu Baru seperti yang dimaksudkan, maka bagi Pemerintah Kota Baubau, diharapkan dapat di pakai sebagai salah satu acuan dalam membuat kebijakan di bidang persampahan yang lebih mendekatkan kepada peran masyarakat dalam mengelolah sampah dan agar bisa mengetahui factor apa yang menjadi penghambat sampah di Kelurahan Kaisabu Baru sampai pada keadaan yang belum terstruktur tentang pengolahaan sampah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas diamati lansung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Green (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah Faktor predisposisi, faktor mempermudah dan faktor yang memperkuat, aspek perilaku manusia dan lingkungan.
Teori yang berorientasi pada lingkungan dalam psikologi lebih banyak dikaji berdasarkan behavioristik, yaitu teori yang memandang perilaku manusia lebih ditentukan oleh faktor lingkungan dimana manusia hidup. Adanya perbedaan lokasi dimana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang berbeda (Helmi, 2005). Dari pernyataan tersebut diatas memberikan gambaran tentang keanekaragaman perilaku manusia yang dilatarbelakangi oleh lingkungan yang akan membentuk karakteristik perilaku manusia.
Pengertian Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme dalam hal ini manusia terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan yang menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojdo, 2005) Perilaku atau aktfitas individu dalam pengertian yang lebih luas mencakup perilaku yang nampak (over behavior) dan perilaku yang tidak nampak (inert behavior).
Perilaku manusia tidak muncul dengan sendirinya tanpa pengaruh stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun demikian, sebagian besar perilaku manusia adalah akibat respon terhadap stimulus eksternal yang diterima (Bimo, 2004). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sementara (Lewin, 2005) merumuskan satu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) dengan rumus: B = f(P.E).
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu tersebut.
a. Jenis Perilaku
Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Perilaku alami (innate behavior)
Perilaku alami yang berupa reflek dan insting adalah perilaku yang dibawa manusia sejak manusia dilahirkan. Sedangkan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar, yang selanjutnya disebut sebagai perilaku psikologis. (Skinner, 2005)
2. Perilaku operan (operant behavior)
Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih dominan berpengaruh akibat dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan dapat dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat untuk di kendalikan.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga berpengaruh terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor lingkungan dan individu adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar, 2005). Dalam hubungan antara perilaku dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme social, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum).
2. Faktor Individu
Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat intelegensia, pengalaman pribadi, sifat kepribadian dan motif. (Azwar, 2005)
c. Pembentukan Perilaku
Pembentukan perilaku sangat diperlukan untuk mengendalikan perilaku manusia agar seperti yang diharapkan (Bimo, 2004) antara lain dengan:
1. Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), adalah pembentukan perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan memberikan pengertian.
3. Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada.
2.2 Tinjauan Umum Sampah
a. Pengertian Sampah
Menurut defenisi (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Candra Budiman, 2007)
Menurut Azrul A, (2005) sampah adalah sesuatu yag tidak terpakai, terbuang, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang berasal dari kegiatan manusia (termasuk industri) tetapi bukan biologis (karena manusia tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).
Sampah adalah sebagai benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang berdasarkan masalah dan cara-cara penanganannya, Wastes dapat digolong-golongkan yaitu :
1. Solit Wastes atau Refuse, yaitu sampah padat
2. Liquid Wastes atau Wastes Water, yaitu sampah cair atau air buangan Atmospherric Wastes, yaitu sampah gas.
3. Human Wastes atau Excreta diposal, kotoran manusia.
4. Manure, yaitu kotoran hewan.
5. Special Wastes, yaitu sampah berbahaya.
b. Pengertian sampah rumah tangga
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).
Selanjutnya Widyadmoko (2002), mengelompokan sampah rumah tangga yaitu sampah yang bersal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah yaitu sebagai berikut:
1. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah kering yaitu sampah yang tediri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas, dan sampah nonlogam, misalnya, kertas, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.
3. Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar, seperti meja, kulkas,kursi, radio dan peralatan dapur.
1) Berdasarkan jenis dan sumbernya sampah dapat dibedakan atas sampah domestik, sampah komersial, sampah industri dan limbah. Secara rician uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis sampah ini beragam tetapi pada umumnya berupa sampah dapur.
b. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari perdagangan atau jasa komersial baik warung, toko, ataupun pasar.
c. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari buangan proses industri. Oleh karena itu, jenis, jumlah, dan komposisi limbah tergantung pada jenis industrinya.
2) Berdasarkan bentuknya sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:
a. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
b. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
c. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
d. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.
c. Dampak Sampah
Sampah yang dihasilkan mempunyai dampak bagi semua aspek kehidupan. Menurut Nur (2008), dampak dari adanya sampah dapat mengganggu kesehatan. Sampah yang ditempatkan di suatu kawasan atau tempat yang tidak memadai dapat dijadikan tempat berkembangnya beberapa organisme pembawa penyakit (vektor penyakit), seperti contoh timbulnya penyakit jamur, diare, kolera, demam berdarah (haemorhagic fever). Selain itu juga dapat menimbulkan penyakit taenia serta keracunan akibat adanya sampah B3. Selain berbahanya bagi kesehatan, ternyata sampah juga dapat menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Sebagai contoh adanya tumpukan sampah akan menghasilkan lindi (leachete) sehingga dapat memcemari air dan tanah yang berada disekitarnya. Selain itu sampah yang dibuang ke dalam saluran air entah itu got, selokan ataupun sungai dapat mengakibatkan penyumbatan aliran air, sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan bahkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan tempat jika sudah mengering akan mudah terbakar, sehingga dapat memicu kebakaran. Adanya sampah yang berpengaruh dalam sektor kesehatan dan lingkungan, akan berdampak juga pada aspek sosial dan ekonomi.
Lingkungan yang kotor dapat mengakibatkan keadaan yang kurang nyaman, entah dari bau yang menyengat atau pandangan yang tidak enak. Jika hal tersebut terjadi seperti di tempat pariwisata, maka akan mengurangi jumlah pengunjung yang datang. Tidak hanya itu, karena sampah juga dapat berdampak pada kesehatan, maka jika dalam suatu kawasan terserang penyakit secara luas, maka akan ada peningkatan biaya hidup secara tidak langsung (Basriyanta, 2007).
2.3 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
a. Pengertian Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah membuang atau memusnakan sampah agar tidak menumpuk atau berceceran di berbagai tempat yang akan menimbulkan pencemaran. Pola pengelolaan sampah di banyak daerah di Indonesia masih terbagi atas 2 (dua) kelompok pengeloalaan yaitu antara pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat dari timbulan, pewadahan, pengangkutan dan pembuangan akhir atau pemusnahan atau sampai ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah yang melayani pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengolahan Persampahan yang terkait dengan tema perilaku pengelolaan sampah disebutkan antara lain, kebijakan pengurangan sampah semaksiamal mungkin dimulai dari sumbernya dengan pola meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang upaya 3R (reduce, reuse, recycle) dan mengembangkan sistem insentif dan disinsentif. Dalam hal partisipasi masyarakat kebijakan yang dituangkan adalah meningkatkan pemahaman sejak dini, menyebarluaskan pemahaman tentang sampah kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah, meningkatkan pembinaan pengeloaan sampah khususnya kepada kaum perempuan.
b. Konsep Pengelolaan Sampah 3R
Pengelolaan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan berbagai macam cara. Teknik pengelolaan sampah yang pada awalnya menggunakan pendekatan kumpul-angkut-buang, kini telah mulai mengarah pada pengelolaan sampah berupa reduce-reuse-recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang sampah.
Teknik pengelolaan sampah dengan pola 3R, secara umum adalah sebagai berikut:
1. Reduce (pengurangan volume)
Ada beberapa cara untuk melakukan pengurangan volume sampah, antara lain:
a. Incenerator (pembakaran), Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta memperkecil volume maupu berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA.
b. Balling (pemadatan), Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi volume dan efisiensi transportasi sampah.
c. Composting (pengomposan), Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan sampah organik menjadi material kompos, sperti humus dengan memanfaatkan aktivitas bakteri.
d. Pulverization (penghalusan), Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume, memudahkan pekerjaan penimpunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya pembusukan dan stabilisasi.
2. Reuse
Reuse adalah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan sampah menjadi bahan yang dapat di pergunakan kembali. Misalnya sampah konstruksi bangunan.
3. Recycle
Recycle adalah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik (misalnya: botol-botol bekas, kaleng, kardus dan lainnya) dari tumpukan sampah untuk diproses kembali menjadi bahan baku atau barang yang lebih berguna.
Dalam konteks pengelolaan sampah rumah tangga yang merupakan bagian dari pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang bersifat pendukung dan bersifat penghambat. Faktor yang bersifat pendukung antara lain: kebijakan dan strategi, industri daur ulang, teknologi dan program-program pembinaan kebersihan. Sedangkan faktor yang bersifat penghambat antara lain, implementasi kebijakan yang belum sepenuhnya terealisasi, keterbatarasan sarana prasarana persampahan dan perilaku masyarakat yang belum mengarah kepada perilaku positif dalam mengelola sampah yang telah dihasilkannya.
Faktor perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga merupakan pondasi awal dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang dapat memberikan dampak yang cukup signifikan. Perilaku positif dalam memanajemen sampah semenjak dari sumbernya akan mempermudah dalam tata kelola persampahan yang akhirnya memberikan dampak kepada kualitas kebersihan lingkungan permukiman khususnya dan perkotaan pada umumnya.
2.4 Tinjauan Umum Tentang Perilaku dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
a. Tinjauan Tentang Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Sampah
Manusia sesuai kodratnya diberikan kelebihan ilmu pengetahuan yang secara alami (instinctive) dapat muncul dengan sendirinya tergantung kepada kepekaan dalam menanggapi ataupun membaca fenomena alam dan kemudian menerjemahkan kedalam dunia nyata sebagai tindakan manusia. Manusia selalu diuji kepekaannya dalam menanggapi tanda-tanda alam, untuk itu manusia selalu meningkatkan kemampuan budaya, mulai dari budaya yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup hingga budaya untuk membuat rekayasa menciptakan lingkungan hidup yang nyaman, sejahtera dan berkelanjutan.
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 2006). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Azwar, 2006).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan di TPS. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengolahan, pengangkutan dan pembuangan di TPS, sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan
Adalah kegiatan pemindahan sampah dari wadah sampah menuju lokasi pembuangan sementara (TPS).
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
b) Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c) Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
6. Pembuangan di TPS
Pada prinsipnya, pembuangan sampah di TPS harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan.
b. Tinjauan Tentang Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah
Reaksi perasaan terhadap suatu obyek yaitu kegiatan pengelolaan persampahan, baik perasaan yang mendukung atau tidak mendukung obyek tersebut yang kemudian terwujud di dalam perilaku tertentu yang terjadi di dalam masing-masing individu masyarakat.
Dengan adanya sikap dan tingkat pendidikan, akan semakin jelas bahwa keduanya sangat berpengaruh terhadap proses pelaksanaan partisipasi terutama dalam rangka pengelolaan sampah. Adanya sikap yang positif (merespon) terhadap kegiatan pengeloloaan sampah namun tidak didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai.
Pengelolaan sampah dipengaruhi oleh interaksi sosial pula. Disini berlaku asumsi bahwa antara perilaku masyarakat yang satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi, artinya sebenarnya ada sebagian masyarakat memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan melakukan pemilahan sampah, tetapi karena lingkungan tempat masyarakat tinggal tersebut tidak mendukung maka perilaku pemilahan sampah tidak lagi dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, media masa, institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama serta faktor emosi individu tersebut.
Menurut Handayani (2010) sikap atau attitude adalah pernyataan evaluatif positif atau negatif tentang objek, orang ataupun peristiwa. Sikap terdiri atas tiga komponen yaitu:
a) Komponen kognitif yang berisi persepsi, pendapat/ide kepercayaan terhadap seseorang/objek,
b) Komponen afektif yaitu emosi atau perasaan, dan
c) Kecenderungan untuk bertindak.
c. Tinjauan Tentang Tindakan Terhadap Pengelolaan Sampah
Perilaku dimana seseorang atau sekelompok masyarakat yang ikut berpartisipasi dengan buah pikirannya (saran dan pendapat), terlibat dalam kegiatan fisik (seperti bergotong royong dalam kegiatan pengolahan sampah) dan atau terlibat dalam pemberian sumbngan material (uang, barang dan keahlian).
Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yag mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek ilegal dalam pengelolaan sampah.
Sistem manajemen persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga (Hadiwiardjo, 2007). Para pemulung dapat ditingkatkan harkat dan martabatnya menjadi mitra pada industry kecil pengolah baha sampah menjadi bahan baku. Dana untuk membayar imbalan dari para pegawai/petugas yang terlibat dalam kebersihan Kota.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :
1. Persepsi (perseption)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respons Terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa.
Derajat kesehatan manusia paling besar di pengaruhi oleh lingkungan dan perilaku manusia sendiri, sehingga jika perilaku manusia misalanya dalam persampahan tidak terkendali, lingkungan akan terancam dan akan terjadi gangguan kesehatan.
Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam pengelolaan sampah di masyarakat bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang baik, bersih dan sehat khususnya bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan sampah di dimasyarakat meliputi tahap penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
TIPS DOWNLOAD : TUNGGU 5 Detik DAN SKIP ADD
ABSTRAK
DAFTAR TABEL
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
KUISIONER
HASIL ANALISA DATA
Semoga Berhasil..
Your article is very good, so I have the inspiration to make different titles. Thanks
ReplyDeletePantangan Makanan Penyakit Gondok
thx...
DeleteAJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "
numpang share ya min :)
sih Sering kalah main Poker Online?Ingin gampang menang? Masih Bingung Bossku Cari BO Poker Yang Aman & Terpercaya ???
ReplyDeleteDi sinilah tempatnya MEJAONLINE, Agen Poker Dengan Tingkat Kemenangan yang Paling Besar.
Dengan Server IDNPLAY Situs Taruhan Judi poker RECOMMENDED Banget Nii Guys ^_^ !!!
Bisa juga di buatkan ID khusus yang Hoki untuk anda.
INFO chat aku ya ^^
WA : +855-1679-8223
Poker Online Tercepat
Poker Online Terbaik
Ceme Online
Domino QQ
Poker Online Indonesia
HANYA di AGENS128 DEPOSIT 25RB !!!
ReplyDeletebermain live online SABUNG AYAM di AGENS128
BONUSS 10% NEW MEMBER !!!
Tunggu Apalagii Langsung saja BERGABUNG dengan AGENS128 dan Masih banyak PROMO dan BONUSS Menarik !!!
INFO lebih lanjut bisa langsung ke https://bit.ly/2N7pcGJ
Untuk info lebih lanjut hub contact :
Whatsapp : 0852-2255-5128
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856