ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PADA OBSTETRI GYNEKOLOGY
(ABORTUS)
DI SUSUN OLEH
PADA OBSTETRI GYNEKOLOGY
(ABORTUS)
DI SUSUN OLEH
SURIANI
2011.157
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN BUTON
TAHUN AKADEMIK
2012/2013
2011.157
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN BUTON
TAHUN AKADEMIK
2012/2013
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena definisi viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
Jenis- jenis abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1. Abortus apontan : apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
a. Abortus iminens(keguguran mengancam) : abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b. Abortus incipiens : abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian abdomen bawah atau pada punggung.
c. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) : sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi pada trimester ke II
d. Abortus kompletus : keguguran lengkap
e. Missed abortus ( keguguran tertunda ) : keadaan dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
f. Abortus Habitualis : keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga kali.
g. Abortus infeksiosus dan abortus septik : abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.
2. Abortus provocatus (disengaja , digugurkan) :
a. Abortus provocatus therapeuticus adalah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit berat.
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
3. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
a. penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
b. toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus,
c. penyakit menahun, dan
d. kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
4. faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
C. PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Abortus komplet
a. Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang
b. Servik tertutup atau terbuka.
c. uterus lebih kecil dari ukuran normal
d. Gejala sedikit atau tanpa nyeri perut bawah.
2. Abortus inkompli=et
a. setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
b. sering servik tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap korpus allenum, maka utherus akan berusaha menelurkannya dengan kontraksi, tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
c. Perdarahan sedang hingga masif
d. Gejala / tanda : kram/ nyeriakaut perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3. Abortus incipiens
a. perdarahan banyak
b. nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c. akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
4. Abortus iminiens
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali,kram perut bawah dan utherus lunak
c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d. Serviks tertutup
5. Missed abortion
a. rahim tidak membesar, malahan mengecil karenaair ketubanmasrasi janain
b. buah dada mengecil kembali
c. amenore berlangsung terus
F. KOMPLIKASI
a. Perdarah perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretasi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut syok hemorogik, dan infeksi berat atau sepsis disebuyt septik , infeksi dan tetanus, payah ginjal
b. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah ( kapita selekta kedokteran ).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif
2. Ultra Sonografi Kondisi janin/cavum ut terdapat janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht Status Hemodinamika Penurunan (< 35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
6. Kultur Kuman spesifik Ditemukan kuman
H. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminiens :
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Jangan melakukan aktifitas fissik yang berlebihan atau hubungan seks
c. Jika terjadi perdarahan
Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi
Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG ), lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lai, perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan utherus yang lebih besar dari apa yang diharapkan, mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
Tidak perlu terapai hormonal ( estrogen atau progresteron
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa mencegah abortus.
2. abortus insipiens
a. jika usia kehamilan kurang 16 minggu lakukan evaluasi uterus denga aspirasi vakum manual, jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
persiapan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari uterus
berikan ergromentin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
b. jika kehamilan lebih dari 16 minggu
Tungu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hasil konsepsi.
Jika perliu lakuakn infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV
c. Pastikan untuk memantau kondisi ibu setelah penangan
d. Tirah baring total
e. Tindakan observasi yang cermat terhadap bahan yang keluar dari vagina.
f. Pengawasanm sering dan adekut terhadap tanda tanda vital
3. Abortus inkomplet
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui servik.Jika perdarahan berhenti, beri ergrometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 4090 mcg per oral
b. Jika perdarahan banyak atau terus menerus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu , evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vacum manual
Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergrometin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 mi cairan IV ( garam fisiologik atau RL ) dengan kecepatan 40 tetes permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervagina setiap 4 jam samapi terjadi ekspulsi hasil konsepsi ( max 800 mcg )
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan, pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin di perlukan untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4. abortus komplit
a. tidak perlu evaluasi lagi
b. Observasi untuk melihat perdarah banyak
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
d. Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu.Jika anemia berat berikan transfusi darah
e. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah perdarahan
b. Pemeriksaaan uteri
1. Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
2. Tnggi dan besarnya sudah mengecil
3. Fundus tidak teraba diatas simpisis
4. Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5. DJJ dalam batas tertentu atau dapat menunjukkan takikardi/ bradikardi
6. Abdomen keras seperti papan uterus tegang dan dengnan pembesaran simetris atau asimetri
c. Pemeriksan dalam
1. Servik uteri menutup
2. Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
3. Besarnya rahim telah mengecil
4. Konsistensinya melunak
d. Kaji TTV
1. TD normal
2. Nadi normal
3. Pernafasan normal
4. Suhu normal.
e. Pengkajian psikologi
1. Cemas ketakutan
2. Gelisah
3. Koping individu
f. Pengkajian data yang mungkin muncul
1. Nyeri dengan hemorogi retroplasenta
2. Nyeri tekan nyata atau berat secara umum atau local
3. Nyeri punggung bawah
4. Hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisn kapiler, kulit dingin dan lembab, pucat, pusing
5. Mual
6. Muntah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi serviks,
2. Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
3. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
hallo sobat karna asuhan keperawatan susah diposting jadi download saja pada link di bawah ini di jamin lengkap ohhh jangan lupa skip ad biar apdol,.,
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena definisi viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
Jenis- jenis abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1. Abortus apontan : apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
a. Abortus iminens(keguguran mengancam) : abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b. Abortus incipiens : abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian abdomen bawah atau pada punggung.
c. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) : sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi pada trimester ke II
d. Abortus kompletus : keguguran lengkap
e. Missed abortus ( keguguran tertunda ) : keadaan dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
f. Abortus Habitualis : keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga kali.
g. Abortus infeksiosus dan abortus septik : abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.
2. Abortus provocatus (disengaja , digugurkan) :
a. Abortus provocatus therapeuticus adalah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit berat.
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
3. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
a. penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
b. toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus,
c. penyakit menahun, dan
d. kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
4. faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
C. PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Abortus komplet
a. Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang
b. Servik tertutup atau terbuka.
c. uterus lebih kecil dari ukuran normal
d. Gejala sedikit atau tanpa nyeri perut bawah.
2. Abortus inkompli=et
a. setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
b. sering servik tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap korpus allenum, maka utherus akan berusaha menelurkannya dengan kontraksi, tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
c. Perdarahan sedang hingga masif
d. Gejala / tanda : kram/ nyeriakaut perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3. Abortus incipiens
a. perdarahan banyak
b. nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c. akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
4. Abortus iminiens
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali,kram perut bawah dan utherus lunak
c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d. Serviks tertutup
5. Missed abortion
a. rahim tidak membesar, malahan mengecil karenaair ketubanmasrasi janain
b. buah dada mengecil kembali
c. amenore berlangsung terus
F. KOMPLIKASI
a. Perdarah perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretasi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut syok hemorogik, dan infeksi berat atau sepsis disebuyt septik , infeksi dan tetanus, payah ginjal
b. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah ( kapita selekta kedokteran ).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif
2. Ultra Sonografi Kondisi janin/cavum ut terdapat janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht Status Hemodinamika Penurunan (< 35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
6. Kultur Kuman spesifik Ditemukan kuman
H. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminiens :
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Jangan melakukan aktifitas fissik yang berlebihan atau hubungan seks
c. Jika terjadi perdarahan
Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi
Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG ), lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lai, perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan utherus yang lebih besar dari apa yang diharapkan, mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
Tidak perlu terapai hormonal ( estrogen atau progresteron
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa mencegah abortus.
2. abortus insipiens
a. jika usia kehamilan kurang 16 minggu lakukan evaluasi uterus denga aspirasi vakum manual, jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
persiapan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari uterus
berikan ergromentin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
b. jika kehamilan lebih dari 16 minggu
Tungu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hasil konsepsi.
Jika perliu lakuakn infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV
c. Pastikan untuk memantau kondisi ibu setelah penangan
d. Tirah baring total
e. Tindakan observasi yang cermat terhadap bahan yang keluar dari vagina.
f. Pengawasanm sering dan adekut terhadap tanda tanda vital
3. Abortus inkomplet
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui servik.Jika perdarahan berhenti, beri ergrometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 4090 mcg per oral
b. Jika perdarahan banyak atau terus menerus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu , evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vacum manual
Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergrometin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 mi cairan IV ( garam fisiologik atau RL ) dengan kecepatan 40 tetes permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervagina setiap 4 jam samapi terjadi ekspulsi hasil konsepsi ( max 800 mcg )
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan, pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin di perlukan untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4. abortus komplit
a. tidak perlu evaluasi lagi
b. Observasi untuk melihat perdarah banyak
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
d. Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu.Jika anemia berat berikan transfusi darah
e. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah perdarahan
b. Pemeriksaaan uteri
1. Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
2. Tnggi dan besarnya sudah mengecil
3. Fundus tidak teraba diatas simpisis
4. Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5. DJJ dalam batas tertentu atau dapat menunjukkan takikardi/ bradikardi
6. Abdomen keras seperti papan uterus tegang dan dengnan pembesaran simetris atau asimetri
c. Pemeriksan dalam
1. Servik uteri menutup
2. Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
3. Besarnya rahim telah mengecil
4. Konsistensinya melunak
d. Kaji TTV
1. TD normal
2. Nadi normal
3. Pernafasan normal
4. Suhu normal.
e. Pengkajian psikologi
1. Cemas ketakutan
2. Gelisah
3. Koping individu
f. Pengkajian data yang mungkin muncul
1. Nyeri dengan hemorogi retroplasenta
2. Nyeri tekan nyata atau berat secara umum atau local
3. Nyeri punggung bawah
4. Hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisn kapiler, kulit dingin dan lembab, pucat, pusing
5. Mual
6. Muntah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi serviks,
2. Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
3. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
hallo sobat karna asuhan keperawatan susah diposting jadi download saja pada link di bawah ini di jamin lengkap ohhh jangan lupa skip ad biar apdol,.,
No comments:
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya