Dosen : Ns. Devi Aprilya R, S.Kep.
ASKEP LABIO PALATOCHIZIN
OLEH :
KELOMPOK III
1. ASRULA ADIATMA : 13010021
2. DARNIANTO : 13010049
3. LILI STEVANY A. :13010042
4. WA AFINI ALIBAKAR : 13010036
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
IST BUTON
TAHUN 2012 / 2013
OLEH :
KELOMPOK III
1. ASRULA ADIATMA : 13010021
2. DARNIANTO : 13010049
3. LILI STEVANY A. :13010042
4. WA AFINI ALIBAKAR : 13010036
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
IST BUTON
TAHUN 2012 / 2013
BAB I
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).
Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).
Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya labio palatoshcizis yaitu:
• Faktor herediter.
• Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui.
• Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu.
• Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen (agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
• Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
• Mutasi genetic atau teratogen.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.
Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.
Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu, maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).
D. MANIFESTASI KLINIS
• Deformitas pada bibir.
• Kesukaran dalam menghisap/makan.
• Kelainan susunan archumdentis.
• Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
• Gangguan komunikasi verbal.
• Regurgitasi makanan.
• Pada labio skisis, distorsi pada hidung, tampak sebagian atau keduanya, adanya celah pada bibir
• Pada Palati skisis:
Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
Ada rongga pada hidung.
Distorsi hidung.
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jari.
Kesukaran dalam menghisap/makan.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
Penanganan : bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan, mencegah kelainan, meningkatkan tumbuh kembang anak. Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai ”rules of overten” yaitu : umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), tidak ada infeksi mulut, saluran pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung dilakukan pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18 bulan, pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone skingraft”, dan koreksi dengan flap pharing. Bila terlalu awal sulit karena rongga mulut kecil. Terlambat, proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet. Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan klien.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.
• Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.
• Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari orkumaxilaris.
• Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.
• MRI.
G. KOMPLIKASI
• Gangguan bicara.
• Terjadinya atitis media.
• Aspirasi.
• Distress pernafasan.
• Resiko infeksi saluran nafas.
• Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
• Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
• Masalah gigi.
• Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Identitas klien
Riwayat kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labio palatochizin dari keluarga, berat/panjang saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernapasan atas.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi kecatatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
3. Pemeriksaan penunjang
Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.
Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.
Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari orkumaxilaris.
Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.
MRI.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kopyng keluarga melemah b/d situasi lain atau krisis perkembangan/keadaan dari orang terdekat mengalami labiopalatochizin.
b. Kerusakan komunikasi verbal b/d ketidakseimbangan.
c. Resiko aspirasi b/d kondisi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas.
C. INTERVENSI
1. Kopyng keluarga melemah b/d situasi lain atau krisis perkembangan/keadaan dari orang terdekat mungkin muncul kepermukaan.
Tujuan:
Koping keluarga adekuat. Dengan kriteria hasil : Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas, Menggunakan startegi pengurangan stress
Intervensi:
Dengarkan apa yang diungkapkan.
Bangun hubungan kepercayaan dalam keluarga.
Ajarkan pengobatan dan rencana keperawatan untuk keluarga.
Gunakan mekanisme kopoing adaptif.
Konsultasikan dengan anggota keluarga utnk menambahkan kopoing yang efektif.
2. Kerusakan komunikasi verbal b/d ketidakseimbangan.
Tujuan:
Menggunakan pesan tertulis, Menggunakan bahasa percakapan vocal, Menggunakan percakapan yang jelas, Menggunakan gambar/lukisan, Menggunakan bahasa non verba.
Intervensi:
Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas.
Gunakan kalimat yang singkat.
Bantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien.
Komunikasi dengan pasien dengan menggunakan bahasa yang jelas.
Dengarkan pasien dengan baik.
3. Resiko aspirasi b/d kondisi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas.
Tujuan:
Resiko terkontrol.
Intervensi:
Tawarkan makanan / cairan yang dapat dibentuk menjadi bolu sebelum ditelan.
Hindari penggunaan cairan / penggunaan agen amat tebal.
Sarankan untuk berkonsultasi ke Patologi.
Posisikan 900 atau lebih jika memungkinkan.
Cek NGT sebelum memberi makan.
D. IMPLEMENTASI
1. Kopyng keluarga melemah b/d situasi lain atau krisis perkembangan/keadaan dari orang terdekat mungkin muncul kepermukaan.
Mendengarkan apa yang diungkapkan.
Membangun hubungan kepercayaan dalam keluarga.
Mengajarkan pengobatan dan rencana keperawatan untuk keluarga.
Menggunakan mekanisme kopoing adaptif.
Mengkonsultasikan dengan anggota keluarga utnk menambahkan kopoing yang efektif.
2. Kerusakan komunikasi verbal b/d ketidakseimbangan.
Menganjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas.
Menggunakan kalimat yang singkat.
Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien.
Berkomunikasi dengan pasien dengan menggunakan bahasa yang jelas.
Mendengarkan pasien dengan baik.
3. Resiko aspirasi b/d kondisi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas.
Menawarkan makanan / cairan yang dapat dibentuk menjadi bolu sebelum ditelan.
Menghindari penggunaan cairan / penggunaan agen amat tebal.
Menyarankan untuk konsultasi ke Patologi.
Memposisikan 900 atau lebih jika memungkinkan.
Mencek NGT sebelum memberi makan.
E. EVALUAS
1. Koping keluarga adekuat
2. Menggunakan pesan tertulis, Menggunakan bahasa percakapan vocal, Menggunakan percakapan yang jelas, Menggunakan gambar/lukisan, Menggunakan bahasa non verba.
3. Resiko terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
http://elnersing.blogspot.com/2011/07/v-behaviorurldefaultvmlo_25.html.
(di akses 24 april 2012).
0 Response to "contoh askep LABIO PALATOCHIZIN"
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya