contoh askep CA SERVIKS

Tugas            : Askep   
Dosen pengampuh    : Ns.Watmawati, S.Kep





ASKEP CA SERVIKS

http://asmanurs3.blogspot.com/

 Disusun Oleh
Kelompok IV
Adnan Rasid           (13010041)
Darnianto                (13010049)
Lilies Stevany          (13010043)
La Tamrin Buton   (13010026)
Sutriani                    (1301003)
Sahaya                     (13010042)
Wa Ode Ernawati  (13010048)

SEKOLAH   TINGGI   ILMU   KESEHATAN
(STIKES)   IST   BUTON
TAHUN   AKADEMIK
2011 / 2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat Allah SWT. Atas  segala karuniaNYA telah memberikan penulis kemampuan untuk  menyelesaikan tugas tepat waktu.
Kepada dosen pembimbing mata kulia “KEPERAWATAN DEWASA III” diucapkan banyak terima kasih karena atas dorongan yang tiada perna henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini.
Makalah askep  yang berjudul “CA CERVIX” ini penulis persembahkan kepada teman-teman STIKES IST BUTON  dan mahasiswa dari instansi lain yang ingin mencari referensi seputar askep Ca Cervix
Dalam pembuatan karya yang tidak sempurna ini kami penulis banyak menemukan kendala terutama saat pencarian referensi. Olehnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan pada pembuatan karya-karya yang lain…Wasalam!!



  Baubau, 8 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL
KATA PENGANTAR     i
DAFTAR ISI    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………………………………………………….  1
B.    Tujuan ………………………………………………………………………….  2
C.    Rumusan Masalah………………………………………………………………  3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi ……………………………………………………………………… .   4
B.    Etiologi…………………………………………………………………………  4
C.    Manifestasi klinis………………………………………………………………  6
D.    Patofisiologi …………………………………………………………………...  6
E.    Insident………………………………………………………………………...   8
F.    Pencegahan…………………………………………………………………….   8
G.    Penatalaksanaan……………………………………………………………….   8
BAB III  ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian ……………………………………………………………………  10
B.    Diagnosa ……………………………………………………………………..  12
C.    Intervevsi ……………………………………………………………………   12
D.    Implementas …………………………………………………………………  14
E.    Evaluasi ……………………………………………………………………..   16
BAB IVPENUJTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………….  17
B.    Saran ………………………………………………………………………...  17
DAFTAR PUSTAKA 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara  berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami. Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B.   Tujuan
  1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami tentang Ca  serviks, konsep medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.
2. Tujuan khusus
        1. mengetahui pengertian ca servik
        2. mengetahui etiologi terjadinya ca serviks
        3. mengetahui manifestasi klinis ca serviks
        4. mengetahui patofisiologi ca serviks
5. mengetahui insident ca  serviks
        6. mengetahui pencegahahan ca serviks
7. mengetahui penatalaksanaan ca serviks
        8. mengetahui proses asuhan keperawatan ca serviks

C.   Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang ada pada penulisan makalah ini, yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan ca cerviks?
2. Bagaimana etiologi ca cerviks?
3. Bagaimana manifestasi klinis ca cerviks?
4. Bagaimana patofisiologi ca cerviks?
5. Bagaimana insident ca cerviks?
6. Bagaiman penccegahan ca cerviks?
7. Bagaimana penatalaksanaan ca serviks?
8. Bagaimana proses asuhan keperawatan ca cerviks?

BAB II
    PEMBAHASAN

A.  Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Kanker serviks adalah kondisi yang jarang terjadi di banding sebelumnya akibat deteksi dini dengan pap smer. Selama 40 tahun terakhir, kanker servikal invasif telah menurun dari 45 kasus /100 ribu hingga 15 kasus/100 ribu wanita. Meskipun demikian, kondisi ini masih merupakan kanker reproduktif wanita ke tiga yang paling umum, tidak termaksud kanker payudara kondisi ini paling sering pada usia 30-45 tahun, tetapi dapat terjadi diusia dini 18 tahun aktivitas seksual berhubungan dengan angka kejadian kanker servikal pada wanita dibawah usia 25 tahun, dengan riwayat pasangan seksual lebih dari 1 orang dan beberapa kehamilan dini, angka kejadian ini lebih prefalen. Penelitian menunjukan bahwa tipe kanker ini kemungkinan ditularkan secara seksual.
Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Penyebab pertama kanker serviks yaitu HPV. Sementara seseorang yang terkena infeksi ini memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat. Infeksi HPV kebanyakan di derita oleh perempuan, terutama pada kelompok muda.
B.  Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f.  Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C.  Manifestasi Klinis
a.    Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
b. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
c.    Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
 D.  Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
Klasifikasi  Kanker serviks
a.    stage 0 : membrane basalis masi utuh
b.    stage I : proses terbatas pada serviks waluapun ada perluasan ke korpus uteri
c.    stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
d.    stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e.    stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi 2/3 proksimale
f.    stage IIa : penyebaran  hanya ke vagina, pramaterium
g.    stage IIb : penyebaran ke paramaterium  tetapi belum sampai ke dinding panggul
h.    stage IIIa : Sudah sampai dinding panggula dan 1/3 bagian bawah vagina
i.    stage IIIB : sudah sampai dinding panggul
j.    stage IV  : proses keganasasn usdah keluar dari panggul kecil
k.    stage IVa : proses keganasan sudah sampai ke mukosa rectum, vesika urinaria atau sudah keluar dari penggul kecil.
l.    stage IVb : telah terjadi metastasi.

E. insident
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.l
F.  Pencegahan
1. Melakukan Hubungan Seks dengan Aman
2. Tidak Berganti-Ganti Pasangan
3. Melakukan Pemeriksaan Kanker Serviks Secara TeratuR
4. Tidak Merokok
5. Imunisasi HPV
G. Penatalaksanaan
a. Irradiasi
• Dapat dipakai untuk semua stadium
• Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
• Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
b. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
• Kerentanan kandungan kencing
• Diarrhea
• Perdarahan rectal
• Fistula vesico atau rectovaginalis
d. Operasi
• Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
• Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi
• Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f.  Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.      5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

BAB III
    ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkaijan
1. Anamnesa
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
 Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.

f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
2. Pemeriksaan Fisik
    Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
    palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
3. Pemeriksaan Dignostik
a. Sitologi
b. Biopsi
c. Kolposkopi
d. Servikografi
e. Gineskopi
f. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif).


B. Diagnosa Keperawatan
a.  Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c. Nyeri b/d penekanan pada saraf serviks di tandai dengan iritasi pada vagina serta mukosa vulva.
d.  Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
e. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
C. Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
•    Berikan cairan secara cepat.
•    Pantau dan atur kecepatan infus.
•    Kolaborasi dalam pemberian infuse
•    Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombost
b.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
 Tujuan:
Masukan nutrisi yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.

Intervensi:
•    Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
•    Pantau masukan makanan oleh klien.
•    Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
•    Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
•    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet   yang ditentukan

c.    Nyeri b/d penekanan pada saraf serviks di tandai dengan iritasi pada vagina serta
 mukosa vulva.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien tahu cara mengatasi nyeri.

Intervensi :
•    Kaji lokasi, tipe, durasi, dan frekuensi nyeri – PQRS
•    Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-5; 0 berarti tidak ada nyeri dan 5 nyeri berat.
•    Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
•    Libatkan keluarga dalam melakukan intervensi
•    Kolaborasi pemberian analgetik

d.     Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
•    Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
•    Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
•    Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
•    Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
•    Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

e.    Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan  terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
•    Baringkan pasien diatas tempat tidur.
•    Kaji kepatenan kateter abdomen.
•    Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
•    Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.


D. implementasi
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
•    memberikan cairan secara cepat.
•    memantau dan atur kecepatan infus.
•    mengkolaborasi dalam pemberian infuse
•    mengkolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombost
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
•    mengkaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
•    memantau masukan makanan oleh klien.
•    menganjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
•    melakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
•    mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet   yang ditentukan

c.    Nyeri b/d penekanan pada saraf serviks di tandai dengan iritasi pada vagina serta mukosa vulva.
•    mengkaji lokasi, tipe, durasi, dan frekuensi nyeri – PQRS
•    mengkaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-5; 0 berarti tidak ada nyeri dan 5 nyeri berat.
•    menganjarkan teknik relaksasi dan distraksi
•    melibatkan keluarga dalam melakukan intervensi
•    mengkolaborasi pemberian analgetik

d.    Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
•    memantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
•    menempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
•    membantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
•    menganjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
•    mengkolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

e.    Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan  terbatasnya informasi.
•    mebaringkan pasien diatas tempat tidur.
•    mengkaji kepatenan kateter abdomen.
•    mengobservasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
•    menjelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Mampu mengenali dan menanganni anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi pendarahan.
b.  Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
c.  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien tahu cara mengatasi nyeri.
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi
e.  Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
  
BAB IV
         PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
b. Jumlah kehamilan dan partus
c. Jumlah perkawinan
d. Infeksi virus
e. Sosial Ekonomi
f. Hygiene dan sirkumsisi
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep Ca serviks serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
  
DAFTAR PUSTAKA

Ghofar Abdul.2005. Cara Mudah Mengenal Dan Mengobati Kanker. Jakarta:
      Flamingo
Brenda dan Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah II. Jakarta. EGC
dr. Ova Emilia, M.Med, Ph.D, Sp. OG(K), dkk. 2010. Bebas Ancaman Kanker
      Serviks. Yogyakarta: Media Presindo
http://referensikesehatan.blogspot.com/2012/02/askep-maternitas-kanker-ca-serviks.html ( di akses 19 maret 2012)
Susan Martin Tucker, dkk. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC, 1998.

0 Response to "contoh askep CA SERVIKS"

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya