contoh askep OSTEOMIELITIS

Makalah              :     ASKEP OSTEOMIELITIS
Dosen Pengampuh      :     Ns. Ridwan Saifun, S.Kep

ASKEP OSTEOMIELITIS

ASKEP OSTEOMIELITIS
Di susun oleh : kelompok III


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
IST BUTON
2012/2013
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,…
    Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas petunjuk-Nya jualah sehingga kolompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASKEP OSTEOMIELITIS”.  Mudah-mudahan apa yang di sajikan dalam makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi  mengenai osteomielitis dan penanganannya.
    Tentu saja masih banyak kekurangan dan kelemahan yang akan ditemui dalam makalah ini, hal ini tidak terlepas dari masih minimnya pengetahuan dan adanya beberapa kendala dan keterbatasan kami sebagai kelompok penyusun makalah. Misalnya kekurangan buku – buku panduan atau referensi. Namun demikian dengan adanya semangat dan dukungan moral dari berbagai pihak yang turut membantu dalam menyusun, mudah-mudahan  makalah ini dapat memberi manfaat dan mudah dipahami oleh pembaca  sebagaimana adanya.   Untuk itu tak lupa pula kami sebagai kelompok penyusun makalah, menyampaikan terima kasih kepada teman – teman sekalian.
    Akhirnya, kami sebagai kelompok penyusun berharap penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi pembaca yang berkompoten dalam hal ini … Amin,,,!!

Bau – Bau , 01 April 2012

Kelompok III

PENYUSUN


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri. Namun jamur dan virus yang bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang tengkorak dan mandibula. Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakinkan bahwa informasi, akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh. Padahal yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena kelenjar lain tersebut punya aliran darah yang baik (terproteksi oleh sistem imun tubuh). Kecuali apabila terdapat sendi buatan di bagian tubuh yang lain dalam keadaan ini benda asing tersebut menjadi pathogen.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius dan diagnosa osteomielitis ditentukan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologik. Selain infeksi pada tulang, infeksi juga dapat menyerang persendian.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan dewasa tentang Asuhan Keperawatan Osteomielitis
2. TUJUAN KHUSUS
    1.   Mengetahui pengertian Osteomielitis
    2.   Mengetahui penyebab terjadinya Osteomielitis
    3.    Mengetahui patofisiologi Osteomielitis
    4.    Mengetahui manifestasi klinis Osteomielitis
    5.    Mengetahui komplikasi osteomielitis
    6.    Mengetahui pencegahan Osteomielisis
    7.    Mengetahui penatalaksanaan Osteomielitis
    8.    Mengetahui proses asuhan keperawatan Osteomielitis

3. RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana pengertian Osteomielitis?
2.    Bagaimana penyebab terjadinya Osteomielitis?
3.    Bagaimana patofisiologi Osteomielitis?
4.    Bagaimana manifestasi klinis Osteomielitis?
5.    Bagaimanah komplikasi osteomielitis?
6.    Bagaimana pencegahan Osteomielitis?
7.    Bagaimana Penatalaksanaan Osteomielitis?
8.    Bagaimana Proses asuhan keperawatan Osteomielitis?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae
2.   Osteomyelitis adalah infeksi tulang
3.  Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus
4. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.
B. Etiologi Osteomielitis
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi  kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
C.    Patofisiologi Osteomielitis
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada  pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
D.    Manifestasi Klinis Osteomielitis
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
Klasifikasi Osteomielitis
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1.    Osteomyelitis Primer  adalah kuman-kuman mencapai tulang
2.  Osteomyelitis Sekunder melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a.    Steomyelitis akut
1.    Nyeri daerah lesi
2.    Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
3.    Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
4.    Pembengkakan lokal
5.    Kemerahan
6.    Suhu raba hangat
7.    Gangguan fungsi
8.    Lab = anemia, leukositosis
b.    Osteomyelitis kronis
1.    Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
2.    Gejala-gejala umum tidak ada
3.    Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
4.    Lab = LED meningkat   
E.    Komplikasi osteomielitis
Komplikasi yang terjadi pada osteomielitis adalah :
1.    Komplikasi dini :
a.    Septicemia
b.    Pembentukan abses
c.    Septic arthritis
2.    Komplikaasi lanjut :
a.    Osteomielitis kronis
b.    Fraktur patologis
c.    Kontraktur sendi
d.    Gangguan pertumbuhan tulang


F.    Pencegahan Osteomielitis
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.
G.    Penatalaksanaan Osteomielitis
Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debri demen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian pada osteomielitis
   1.    Anamnesa
Anamnesa meliputi
a.  Identitas klien : Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Pekerjaan, Agama,dsb.
b. Keluhan utama : Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kaji adanya faktor risiko (mis. diabetes, terapi kortikoster
oid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
d.  Riwayat penyakit sekarang : Adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat dan nyeri tekan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.
e.  Riwayat psikososial : Adanya stress dapat meningkatka rasa nyeri, merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap kondisi yang dialami saat ini.
2.  Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi, nyeri lokal.
Pengkajian Nyeri
a. Provokes/ Palliativ : Pemicu terjadinya nyeri yaitu adanya infeksi, trauma (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang ).
b. Quality / Quantity : Kualitas dari nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit seperti digencet. Kuantitas dari nyeri, dimana nyeri terjadi beberapa menit, jam, hari, bulan, dsb ).
c. Region /radiasi ; daerah di mana nyeri terjadi pada organ tubuh yaitu pada  osteo atau daerah tulang.
d. Severe / scale : intensitas nyeri
e. Time : waktu terjadinya nyeri, pada waktu pagi hari, siang, atau malam hari.
3.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan laboratorium
Pada fase akut ditemukan CPR yang meninggi, laju endap darah yang meninggi dan leukosit meningkat.
b.    Pemeriksaan radiologik
Pada fase akut gambaran radiologic tidak menunjukkan kelainan. Pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan skuester.
c.    Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 l gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
d.    Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
e.    Bone scan
Pada pemeriksaan sidik tulang dengan menggunakan tehcnetum-99 maka akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa peningkatan uptake pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah pembentukan tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat ditemukan atau ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga dengan menggunakan gallium.
f.    X Ray
Pada fase akut belum terlihat kelainan-kelainan patologis pada tulang dan hanya dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak saja, setelah lebih dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar X ray yaitu gambaran “Brodies ances”.

B. Diagnosa Keperawatan
1.   Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Keruskan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri,alat immobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses            tulang.
4. Gangguan integritas jarimgan berhubungan dengan inflamasi, luka.
C. Intervensi Keperawatan
1.    Diagnosa : nyeri berhubungan dengan imflamasi dan pembengkakan.
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan   terkontrol.
     Criteria hasil:
1.    Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol.
2.    Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.
3.    Mengikuti program farmakologis yang diresepkan..
Intervensi    Rasional
1.    Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas( skala 0-4).
R/ nyri merupakan respon subjektif yang dapat di kaji dengan menggunakan skalanyeri.
2.    Atur posisi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi
R/ dapat mengurangi nyeri pada daeah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.
3.    Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
R/  Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
4.    Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninovasi.
R/ pendekatan dengan melakukan relaksasi dan tindakan farmakologik lain menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyari.
5.    Dorong untuk mengubah posisi.
R/ Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong tulang yang sakit di atas dan di bawah,hindari gerakan yang menyentak.
6.    Kolaborasi pemberian analgesic
R/analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang

2.    Diagnose : Keruskan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri,alat immobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik.
Criteria hasil :
1.   Mempertahankan fungsi posisi.
2.   Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
3.    Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas.

Intervensi    Rasional
1.    Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada tulang.
R/  mengurangi rasa sakit dan dapat di hindari
2.    Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
R/ demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, misalnya trapeze.
3.    Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
R/ pasien mampu melakukan aktivitas sendri
4.    Berikan lingkungan yang aman misalnya menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet, peggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat.
R/ memudahkan untuk melakukan aktivitas
5.    Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga latihan resistif dan isometric jika memungkinkan.   
R/ Tingkat aktifitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dari proses inflamasi.
6.    Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi
R/ sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

3.    Diagnose : Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan  abses tulang .
Tujuan  : seteleh dilakukan intervensi keperawatan tidak terjadi penyebaran infeksi dan infeksi dapat terkontrol.
Criteria hasil:
1.    Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.
2.    Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
Intervensi    Rasional
1.    Pantau tanda-tanda vital secara tepat khususnya selama awal terapi.
R/tanda-tanad vital dapat teratasi
2.    Batasi pengunjung sesuai indikasi.
R/dapat beristirahat dengan baik
3.    Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.
R/ Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
4.    Awasi keefektifan terapi antmikrobia.
R/ menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.
5.    Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
R/ antibiotic berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.


4.    Diagnosa : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan inflamasi, luka.
Tujuan            :  Dalam 7 x 24 jam integritas jaringan membaik secara optimal
Criteria Hasil :  pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
    Intervensi  Rasional
1.    Kaji kerusakan jaringan lunak.
R/ menjadi data dasar untuk member informasi tentang intervensi perawatan luka, alatm dan jenis larutan apa yang akan di gunakan.
2.    Lakukan perawatan luka: lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
R/ perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman lansung ke area luka.
3.    Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan dan mengurangi stimulus nyeri, bila perban melekat kuat, perban di guyur dengan NaCl.
R/ manajemen membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke perban dapat menguranign stimulus nyeri dan dapat menghindari terjadinya perdarahan pad luka.
4.    Lakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan NaCl.
R/ teknik membuang jaringan dan kuman di area luka sehingga keluar dari area luka.
5.    Tutup luka dengan kasa steril atau kompres ddengan NaCl yang di campur dengan antibiotic.
R/ NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah di absorbs oleh jaringa dari pada larutan antiseptik.
7.    Kolaborasi dengan pemberian antibiotik/antimikroba
R/ antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur (reaksi sensitive) dapat membunuh atau mematikan kuman yang menginvasi jaringan tulang.

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
Melaporkan berkurangnya nyeri
Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
Memakai antibiotika sesuai resep
Suhu badan normal
Tidak ada pembengkakan
Tidak ada pus
Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
Biarkan darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
Memakai antibiotika sesuai resep
Melindungi tulang yang lemah
Memperlihatkan perawatan luka yang benar
Melaporkan bila ada masalah segera

BAB IV
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri. Namun jamur dan virus yang bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang tengkorak dan mandibula.

B.  SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan osteomyelitis. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
Muttaqin, Arif, (2008) Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskulosskeletal, EGC : Jakarta
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9712.htm
http://www.transplantation.ru/osteomyelitis.php


0 Response to "contoh askep OSTEOMIELITIS"

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya