BAB I
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN.
Multiple mieloma (mieloma sel plasma, plascytoma) adalah penyakit sel plasma maligna yang menginfiltrasi tulang dan jaringan –jaringan yang lemah yang terjadi pada pria & wanita dan biasanya menyerang pada usia pertengahan dan lanjut. Dengan karakteristik penyakit :
1. Kerusakan tulang yang menyebar.
2. Anemia.
3. Hiperkalsemia.
4. Hiperurisemia.
B. ETIOLOGI.
Secara umum kanker dapat disebabkan oleh :
1. Idiopatik.(belum diketahui penyebabnya).
2. Lingkungan. :
• zat kimia.
• Virus.
• Radiasi : Radiasi sinar X maupun sinar Ultra violet.
3. Genetika.
C. PATOFISIOLOGI.
Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat limfosit B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel. Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma.
Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan bagian dari kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal paling erat hubungannya dengan sel Multipel mieloma umumnya dianggap baik sebagai sel memori diaktifkan B atau para pendahulu untuk sel plasma, plasmablast tersebut.
Sistim kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan ulang, kontrol ini hilang. Seringkali, bergerak gen promotor (atau translocates) untuk kromosom yang merangsang gen antibodi terhadap overproduksi.
Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat (pada kromosom keempat belas, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23 dan 20q11) sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini menyebabkan mutasi diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal yang penting dalam patogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan genomik yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan translokasi. 14 kelainan kromosom yang diamati pada sekitar 50% dari semua kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari) ketiga belas kromosom juga diamati pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama IL-6) oleh sel plasma menyebabkan banyak kerusakan lokal mereka, seperti osteoporosis, dan menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas berkembang. Angiogenesis (daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang dihasilkan disimpan dalam berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan berbagai gejala myeloma terkait lainnya.
Tumor ini berasal dan lokasi awalnya pada sumsum tulang, pada stadium lebih lanjut akan melibatkan Nodus Limfa, hati, Spleen, serta ginjal.Sel-sel plasma yang belum matang mengalami proliferasi dan menyebar secara luas didalam rongga sumsum keseluruh skleton.Tulang yang sering terkena adalah tempat sumsum hemopoiletik aktif antara lain spina, tengkorak, rusuk, sternum, pelvis dan ujung bagian atas dari humerus.Gejala yang timbul berupa perasaan sakit seperti rematik disekitar punggung, tungkai bawah dan kadang-kadang menimbulkan patah tulang patogenik.
Gejala yang timbul berasal dari sel-sel tumor plasma yang berproliferasi dari sumsum tulang (mieleum) kedalam jaringan tulang keras yang menimbulkan korasi pada tulang.
E. MANIFESTASI KLINIS.
Multipel mieloma seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah. Nyeri tulang biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah penderita mengalami :
1. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel darah merah di sumsum tulang.
2. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan infeksi.
3. Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-Jones) merusak ginjal.
Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya aliran darah ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit kepala.
F. TINGKATAN PENYAKIT.
Berdasarkan kelas.
? STADIUM I :
1. Pasien dengan jumlah sel kurang dari 0,6 triliun sel/m2.
2. Radiologi :
• Ditemukan mieloma soliter.
• Rangka tubuh normal
3. Laboratorium :
• kadar hemoglobin lebih dari 10 mg/dl.
• Kadar kalsium serum kurang atau sama dengan 12 mg/dl.
• Ig G kurang dari 5 gr/dl dalam serum.
• Ig A kurang dari 3 gr/dl dalam serum.
? STADIUM II :
1. Pasien dengan jumlah sel antara 0,6 – 1,2 triliun sel/m2.
2. Radiologik : tidak cocok dengan stadium I dan II.
3. Laboratorik : tidak cocok dengan stadium I dan II.
? STADIUM III :
1. Pasien dengan jumlah sel lebih dari 1,2 triliun /m2 sel plasma.
2. Radiologik : dijumpai lesi osteolitik yang luas.
3. Laboratorik :
• Kadar hemoglobin kurang dari 8,5 gr/dl.
• Kadar kalsium serum lebih dari 12 mg/dl.
• Ig G lebih dari 7 gr/dl.
• Ig A lebih dari 5 gr/dl.
SUB KLASIFIKASI :
a. Kreatinin serum kurang/sama dengan 2 mg/dl.
b. Kreatinin serum lebih dari 2 mg/dl.
CATATAN :
- Pasien I A : Dengan harapan hidup rerata 19 bulan.
- Pasien III B : Dengan harapan hidup rerata 5 bulan.
G. KRITERIA DIAGNOSIS.
1. Dari pemeriksaan sumsum tulang/tubuh lain terlihat sel plasma abnormal.
2. Adanya protein mieloma dalam serum/urien disertai penurunan kadar Ig.
3. Gambaran radiologik yang khas yaitu lesi osteolitik.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS.
1. Skan (MRI, CT) & Usg untuk diagnostik identifikasi metastatik & evaluasi pengobatan.
2. Biopsi (aspirasi, eksisi) untuk diagnosa banding.
3. Penanda tumor, misalnya Antigen Spesifik Prostat, HCG dll, membantu dalam mendiagnosa
• kanker.
• Tes Kimia skrining Elektrolit : tes ginjal (BUN), tes hepar, tes tulang.
• Tes Ig, jumlah sel plasma.
• Jumlah darah lengkap.
• Sinar X untuk mengetahui osterolitik.
I. KOMPLIKASI.
1. Kerusakan produksi antibody menyebabkan sering kambuhnya infeksi.
2. Neorologis (paraplegia karena kolapsnya struktur-struktur pendukung, infiltrasi akar syaraf atau
• kompresi korda karena tumor sel-sel plasma).
• Fraktur patologis.
• Renal dan hematologis. (gangguan).
J. PENATALAKSANAAN.
1. Perlu diingat bahwa penyakit ini tidak dapat disembuhkan.
2. Pusat perhatian pada therapi adalah untuk menekan pertumbuhan sel-sel plasma dan untukmengontrol rasa sakit, pasien dapat bergerak aktif serta menghindari demineralisasi tulang.
3. Kemotherapy merupakan pengobatan utama.
4. Pengobatan dengan bahan alkilat ( malphalan) dan cyctophasphamide (cytoxan) biasanya digunakan dengan atau tanpa prednisone:
a. Malphalan 10 mg/m2/ hari selama 4 hari.Diulang 4 – 6 minggu kemudian.
b. Prednisone 60 mg/m2/hari selama 4 hari.Diulang 4 –6 minggu kemudian.
5. Therapy radiasi kepada lesi,nyeri tulang lokal & pada fraktur tulang patologik.
6. Jika rasa sakit hebat mungkin diperlukan pemberian analgetik dan narkotika.
7. Anjurkan untuk ambulasi kecuali bila lesi terjadi pada spina.
8. Untuk mengontrol kadar Ca serum dan mencegah Hiperkalsemia dan Hiperurisemia klien harus dijaga agar tetap terhindar dengan minum lebih banyak 2 –3 liter/ hari.
9. Infus cairan + prednisone bila terdapat Hiperkalsemia.
10. Langkah-langkah untuk mencegah infeksi :
a. Menjauhkan dari penderita infeksi saluran nafas atas.
b. Pengawasan medis.
c. Antibiotik.
d. Istirahat yang cukup.
e. Perawatan yang bersifat menghibur dan suportif sangat diperlukan karena penyakit ini dapat berakhir dengan patal.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA DASAR PENGKAJIAN.
1. Aktivitas dan istirahat.
Gejala :
? kelemahan / keletihan.
? Perubahan pola istirahat & kebiasaan tidur malam hari karena ada yang mempengaruhi tidur (nyeri, ansietas, berkeringat malam).
? Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi.
Gejala :
? palpitasi, nyeri dada pada kerja yang berlebihan.
? Kebiasaan terjadi perubahan TD.
3. Integritas Ego.
Gejala :
? faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal : merokok, minum alkohol, keyakinan religius / spiritual).
? Masalah perubahan penampilan misal , alopesia, lesi cacat, pembedahan.
? Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda :
? Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi.
Gejala :
? Perubahan pola defekasi, misalnya ; darah pada feces, nyeri saat defekasi.
? Perubahan eliminasi urien, misal ; nyeri atau rasa terbakar pada saat BAK, hematuri, sering kencing.
Tanda :
? Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5. Makanan / cairan.
Gejala :
? Kebiasaan diet buruk, misalnya ; rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet.
? Anoreksia, mual / muntah, intoleransi makanan.
? Perubahan pada BB, penurunan BB yang hebat (kaheksia, berkurangnya masa otot).
Tanda :
? Perubahan pada kelembabab / turgor kulit, edema.
6. Neorosensori.
Gejala :
? Pusing, sinkop.
7. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
? Tidak ada nyeri atau nyeri dengan derajat bervariasi, ketidaknyamanan ringan sampai berat. (dihubungkan dengan proses penyakit).
8. Pernafasan.
Gejala :
? Merokok, pemajanan abses.
9. Keamanan.
Gejala :
? Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
? Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda :
? Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas.
Gejala :
? Dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan.
? Multigravida, pasangan sex multiple, aktivitas sexual dini, herpes genital.
11. Interaksi Sosial.
Gejala :
? Kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan, masalah fungsi / tanggung jawab peran.
12. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
? Riwayat kanker keluarga.
? Sisi primer ; penyakit primer.
? Penyakit metastatik, sisi tambahan yang terlibat.
? Riwayat pengobatan ; pengobatan sebelumnya.
a. Pengelompokan Data
Data Subyektif :
? Klien mengatakan nyeri
? Klien mengatakan cepat lemah dan kelelahan
Data Obyektif :
? Klien tampak meringis.
? Klien tampak lemah.
? Klien tampak letih.
? Terdapat tumor.
? Anemia
? Ig abnormal.
b. Analisa Data (lengkap)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d proses patologik penyakit.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulus skeletal, penurunan kekuatan, kelelahan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kerusakan pada produksi antibody.
4. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
Arif Mansjoer and Friends. 2001.“Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi 3. Media Aesculapius. Makassar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
El cáncer colorrectal, el cáncer del intestino grueso, es el cuarto cáncer más común en América del Norte. Muchos casos de cáncer colorrectal están asociados con bajos niveles de actividad física y con dietas bajas en frutas y verduras. Las personas con antecedentes familiares de la enfermedad tienen un mayor riesgo. Me desmoroné con esta enfermedad durante 5 años y también con muchos pensamientos aterradores en mi cabeza porque estaba esperando la muerte todos los días de mi vida hasta que mi hijo vino a mí en el hospital explicándome que había encontrado un curandero de hierbas de Nigeria para curar mi cáncer colorrectal. Mi hijo me pidió que lo dejara probar porque hemos escuchado muchos estafadores que pretenden curar todo tipo de enfermedades con hierbas medicinales y algunos de ellos nunca consiguen un resultado positivo al final de todo, pero teníamos mucha confianza en este médico de hierbas, como dije que lo probáramos y me envió una medicina de hierbas para beber durante tres semanas. Estoy compartiendo este testimonio aquí para que la gente que está enferma se ponga en contacto con este hombre maravilloso, su nombre es Dr. Itua. Y su contacto es Whatsapp_+2348149277967____Email_drituaherbalcenter@gmail.com.
ReplyDeleteÉl puede curar esas enfermedades como:
Cáncer de vejiga
Cáncer de mama
Cáncer colorrectal
Cáncer de riñón
Leucemia
Cáncer de pulmón
Linfoma no Hodgkin
Cáncer de próstata
Cáncer de piel
Cáncer de útero
VIH/Sida
Golpe
Herpes
Hepatitis
Hechizo de amor
Diabetes