pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada balita di puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana Provinsi Maluku Utara



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri seseorang dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan. Pemberian vaksin pada balita melalui injeksi, misalnya vaksin BCG, DPT, Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui mampu memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif, mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit menular. (Vera,2009).
Selain untuk tiap-tiap jenis imunisasi, anak disebut sudah mendapat imunisasi lengkap bila sudah mendapatkan semua jenis  imunisasi satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, tiga kali polio, dan satu kali imunisasi campak (Riskesdes, 2010)
1
 
1
 
Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainnya. Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhasil meningkatkan angka harapan hidup. Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap risiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta membesar-besarkan risiko beberapa vaksin. (Davies, 2011, http//google.com diakses tanggal 8 Agustus 2011)  
Penelitian Davies di Sydney mengemukakan bahwa 43% situs yang ada di internet merupakan situs anti vaksinasi. Semua keadaan ini pada akhirnya dapat menyebabkan rendahnya angka cakupan yang ingin dicapai. Menurut Lubis, dari suatu penelitian yang dilakukan Gunawan didapatkan bahwa kurangnya informasi (60-75%), kurang motivasi (2-3%) serta hambatan lainnya (23-37%) merupakan penyebab kurangnya peran serta ibu rumah tangga dalam hal pengetahuan ibu balita tentang pentingnya imunisasi dasar pada balita.
Dengan tersedianya vaksin sehingga banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius,di masa balita sekarang ini sudah jarang ditemukan. Namun sayangnya, menurut Sri Redjeki umumnya ibu di Indonesia cenderung menganggap anaknya sudah cukup mendapat vaksin kalau sudah melewati usia satu tahun. Padahal dalam usia satu tahun itu, ada beberapa vaksin yang lupa diberikan. Apalagi jika pada usia satu tahun itu anak mendapat adik lagi. "Maka vaksin tambahan kerap terlupakan, sangat disayangkan. Padahal kalau pun terlambat, vaksin masih perlu tetap diberikan. "Lebih baik vaksin diberikan terlambat daripada tidak sama sekali."
Hasil penelitian Darmaningsih (2007) di Makassar menyatakan bahwa ditemukan adanya hubungan antara status imunisasi dasar lengkap dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi, pendidikan ibu, dan jarak ke tempat pelayanan kesehatan. Diantara beberapa faktor tersebut, pengetahuan ibu tentang imunisasi merupakan suatu faktor yang sangat erat hubungannya dengan status imunnisasi pada bayi. Sementara Vera,2009 menekankan kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu karena masih rendah kesadaran yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan.
Angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2007 angka cakupan imunisasi dasar mencapai 95,3%, tahun 2008 angka cakupan imunisasi dasar mencapai 96, 8 % dan angka cakupan tahun 2009 mencapai 97,5% (Koran Plus Media indonesia, 2010 ).
Imunisasi dasar yang dapat menimbulkan reaksi panas pada balita yaitu pada saat pemberian DPT dan Campak, kebanyakan anak akan menderita panas  sore hari  setelah mendapatkan imunisasi DPT  tapi panas ini akan sembuh 1-2 hari akan merasa nyeri,sakit, kemerahan, di daerah suntikan. Pembengkakan yang terjadi lebih dari 1minggu disebabkan oleh peradangan. Sedangkan panas yang terjadi pada saat pemberian vaksin campak berlangsung selama 1-3 hari yaitu 1minggu penyuntikan.      
Hasil laporan Puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana pada tahun 2008 cakupan imunisasi yang telah dicapai adalah sebagai berikut, BCG (71,,22%) DPT (70,24%), Polio (66,81%), Campak (79,44%), dan Hepatitis B3 (40,35%). Sedangkan pada tahun 2009 tercatat BCG (77,41%), DPT (75,50%) Polio (69,10%), Campak (87,38%) dan pada tahun 2010 jumlah balita yang mendapatkan imunisasi dasar di Puskesmas mencapai (72%) Berdasarkan laporan dari Puskesmas Waitina, terlihat ada peningkatan dari tahun sebelumnya tetapi belum mencapai target 100%.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada balita di puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana Provinsi Maluku Utara.
B.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana tahun 2011 ?

C.    TUJUAN PENELITIAN
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana Provinsi Maluku Utara.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana.
b.    Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana
D.    MANFAAT PENELITIAN 
1.    Bagi Puskesmas Waitina
Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan agar dapat meningkatkan pelayanan dan program imunisasi dikalangan masyarakat dengan mengembangkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana sehingga warga masyarakat dapat lebih produktif dan terbebas dari ancaman penyakit yang berkaitan dengan imunisasi.



2.    Bagi Institusi
Memberikan sumbangsih ilmiah bagi peningkatan pengetahuan, terutama yang terkait dengan imunisasi dan sebagai bahan referensi tambahan bagi penelitian selanjutnya terkait imunisasi.
3.    Bagi Ibu Balita
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan baru terutama bagi ibu yang memiliki anak balita sehingga pada akhirnya ikut berperan aktif dalam program imunisasi.
4.    Bagi peneliti
Sangat bermanfaat guna untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis suatu masalah, selain itu penulis juga mampu mendapatkan wacana baru tentang imunisasi.








 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Tinjauan tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1.    Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.    Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3.    Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4.    Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5.    Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap.
B.   Tinjauan tentang Imunisasi
1.    Defenisi Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, masalah tingginya angka kematian bayi masih merupakan masalah nasional. Penyebab kematian bayi tersebut sebagian besar adalah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, antara lain tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio dan campak, sehingga dengan intervensi imunisasi sebenarnya angka kematian bayi dapat diturunkan. Imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan dan perlindungan pada anak dengan memasukkan vaksin kebal ke dalam tubuh anak sehingga bila anak tersebut dihinggapi kuman penyakit tidak sampai meninggal atau cacat.
Dalam pelaksanaan program imunisasi, keberhasilannya tergantung pada faktor pelayanan kesehatan, masyarakat umum dan faktor ibu sendiri. Diimunisasi tidaknya seorang anak dipengaruhi beberapa faktor dari ibu antara lain tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi, dan jumlah anak yang dimiliki.
2.    Manfaat Imunisasi
Imunisasi merupakan alternative yang paling efektif dan efisien dilihat dari sudut ekonomi untuk dilaksanakan secara nasional dalam rangka mencegah berbagai penyakit infeksi di masyarakat.
Upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi telah diakui keberhasilannya. Walaupun demikian, apabila cakupan imunisasi tidak dipertahankan tetap tinggi maka wabah penyakit akan menjadi ancaman. Mengingat pemberian antibiotika yang tidak menyelesaikan semua masalah penyakit infeksi, maka lebih bijak apabila kita dapat mencegah terjangkitnya penyakit.
Manfaat imunisasi dapat dirasakan dalam tiga katergori yaitu secara individu, social, dan dalam menunjang system kesehatan nasional. Singkatnya apabila seorang balita telah mendapatkan imunisasi maka akan dapat terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak anak yang mendapat imunisasi, maka akan terjadi penurunan pada angka kesakitan dan kematian. Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit dari balita ke balita lain atau kepada orang dewasa yang hidup bersamanya. Inilah yang disebut keuntungan social, karena dalam hal ini anak yang tidak diImunisasi akan juga terlindung (kekebalan komunitas).
Menurunnya angka kesakitan akan menurunkan pula biaya pengobatan dan perawatan di Rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan yang dapat terjadi yang akan menjadi beban seumur hidup. Dengan mencegah seorang balita dari penyakit infeksi berarti akan meningkatkan hidup balita dan meningkatkan daya produktifitasnya kelak.
a.    Manfaat Imunisasi Berdasarkan Jenis Imunisasi
1)    Imunisasi BCG : imunisasi BCG akan memberikan ketahanan terhadap penyakit TB (tuberculosis) berkaitan dengan keberadaan virus Tubercel bacilli yang hidup didalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya kedalam tubuh, alias vaksinasi BCG (bacillus calmette Guerin)
2)    Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak adalah cara pencegahan penyakit campak yang paling efektif. Meskipun campak hanya menulari satu kali seumur hidup. Namun penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian.
3)     Imunisasi hepatits B : imunisasi hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dianjurkan saat bayi berumur 1 bulan kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan. Imunisasi ini bermanfaat untuk melindungi bayi dari virus hepatitis B.
4)    Imunisasi Polio : penyakit polio telah memakan korban cukup banyak sehingga target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio 0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan tiga kali saat bayi berumur 2,4 dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini diulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Vaksin ini bermanfaat untuk melindungi balita dari penyakit polio.
5)    Iminisasi DPT : Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligu, Difteri, tetanus, dan pertusis. Vaksin ini diberikan pertamakali saat balita berumur lebih dari 6 minggu lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DPT diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun, pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program bias.
b.    Manfaat Imunisasi Bagi Ibu
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005).
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).
Tetanus timbul jika ketika spora bakteri Clostridium Tetani masuk ke dalam luka atau tali pusat (pada bayi baru lahir). Spora secara umum terdapat pada tanah. Manusia dari segala umur bisa terkena tetanus, tetapi penyakit ini lebih sering ditemukan dan bersifat serius pada bayi baru lahir(tetanus neonatal).
Tetanus neonatal yang biasanya bersifat fatal, terutama sering ditemukan didaerah rural dimana persalinan terjadi di rumah tanpa prosedur yang cukup steril.
Tetanus dapat dicegah dengan melakukan imunisasi Tetanus-Toxoid (TT). Tetanus neonatal bisa dicegah dengan mengimunisasi wanita usia subur (WUS), baik saat hamil maupun di luar kehamilan. Hal ini akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Juga tak kalah pentingnya, proses pertolongan persalinan yang bersih (steril) bisa mencegah tetanus neonatal dan ibu.
9.   Manfaat imunisasi TT ibu hamil adala sebagai berikut :
a)    Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
b)     Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000)
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004).
3.    Jenis-Jenis Imunisasi Dan Waktu Pemberian Serta Kegunaannya
Secara garis besar, imunisasi ada dua:
a.    Imunisasi yang diwajibkan
Imunisai yang diwajibkan diantaranya:
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/ ulangan
Imunisasi untuk melawan
BCG
Waktu lahir
--
Tuberkulosis
Hepatitis B
Waktulahir-dosis I
1 bulan-dosis 2
6 bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12 tahun-booster 3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
Campak
9 bulan
-
Campak







B.Imunisasi yang dianjurkan

Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air





4.    Efek samping Imunisasi
            Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima  lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Penyebab kejadian ikutan imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan faktor penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI dapat menjadi dua yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodul/pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan. (Podang, E, 2011).
a.    BCG
Reaksi normal : Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm.
Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.
Reaksi berat : Kadang terjadi peradangan  setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
Reaksi yang lebih cepat : Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
b.    DPT
Panas : Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
Rasa sakit di daerah suntikan : Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
Peradangan : Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena :
·         Telah tersentuh,
·         Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril,
·         Sterilisasi kurang lama,
·         Pencemaran oleh kuman.
Kejang-kejang : Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.



c.    Polio
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.
d.    Hepatitis D
Efek samping : tidak ada
e.    Campak
Efek samping vaksin campak  : panas dan kemerahan.
Anak-anak mungkin panas selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan. (Smallcrab, 2011.
http://www.smallcrab.com/anak-anak/713-efek-samping-imunisasi diakses tanggal 28 September 2011).
C.   Tinjauan tentang Balita
a.    Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan  manusia yang berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun.
b.    Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
c.    Secara psikologis, rentang usia tersebut dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas- tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya.
d.    Pada setiap tahap perkembangan, terdapat beberapa aspek fisik dan psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi secara umum menunjukkan bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa, sedangkan saat anak memasuki awal masa kanak-kanak, ketergantungan mulai berkurang dan ada harapan serta perlakuan tertentu dari kelompok sosial serta mulai tumbuh kemandirian, yang akan berakhir saat anak mulai masuk sekolah dasar. Perkembangan pada setiap aspek memiliki tingkat dan kecepatan yang berbeda-beda baik, tergantung dari faktor individu maupun lingkungan yang menstimulirnya. Seluruh perkembangan ini akan dilampaui anak dan setiap aspek perkembangannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain.
e.    Bedasarkan hal tersebut, maka tumbuh kembang anak serta kemampuan mereka dapat diidentifikasi lebih awal, yang selanjutnya dapat dikembangkan. Berbekal pemahaman tentang perkembangan anak balita maka orang tua atau orang.
D.   Kerangka Konseptual Penelitian
1.    Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan member landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. ( A. Aziz Alimul Hidayat : 12 ).
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi, penulis mencoba melakukan pengukuran melalui metode penelitian terhadap pengetahuan sebagai berikut :
-       PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG IMUNISASI
-       PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG EFEK SAMPING
 
Independen                                                              Dependen



 




Keterangan :                         
 :    Variabel independen                              :   Variabel dependen
                        : Variabel yang tidak diteliti

2.    Definisi operasional
a.    Pengetahuan ibu tentang manfaat Imunisasi.
Yang dimaksud pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dalam penelitian ini adalah pemahaman responden tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan manfaat imunisasi, yang diketahui melalui jawaban yang dikemukakan responden.
b.    Pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi
Yang dimaksud pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi dalam penelitian ini adalah pemahaman responden tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan efek samping imunisasi dalam hal ini suatu kejadian sakit setelah menerima imunisasi, yang diketahui melalui jawaban yang dikemukakan responden berdasarkan kuesioner, dimana wujud manifestasi efek samping tersebut yaitu melalui gejala klinis dan gejala sistemik.

0 Response to "pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada balita di puskesmas Waitina Mangoli Utara Kabupaten Sanana Provinsi Maluku Utara"

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya