BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sehat 2010 merupakan salah
satu agenda dalam pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kualitas sumber
daya yang sehat, cerdas, dan produktif serta mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk merupakan basis
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Melaksanakan pemantauan
konsumsi dan status gizi penduduk secara berkala diberbagai tingkat
administrasi menjadi sangat penting untuk mengetahui besarnya masalah yang
perlu segera ditangani (Depkes RI, 2000)
Gizi
merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Peran
gizi dalam pembangunan, kualitas sumber daya manusia telah dibuktikan dari
berbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan tidak hanya mempengaruhi
kecerdasan dan produktifitas dimasa dewasa. Keadaan gizi seseorang dikatakan
baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara pertumbuhan fisik dan
perkembangannya (Suhardjo, 2003).
Masa Balita
merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian serius. Pada
masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan
fisik dan perkembangan psikomotorik Balita, maka perlu makanan bergizi seimbang
(Depkes RI, 2000).
Pada anak
Balita sering terjadi pergeseran status gizi kearah yang lebih baik atau kearah
yang kurang. Pergeseran status gizi ini tidak hanya disebabkan karena kurangnya
jumlah makanan yang dikonsumsi akan tetapi kualitas dari makanan juga ikut
mempengaruhi (Markum, 1991).
Pemantauan
secara berkala konsumsi dan status gizi penduduk khususnya anak Balita sangat
diperlukan untuk mengantisipasi berbagai gejolak yang mungkin terjadi seperti
krisis ekonomi, kerawanan pangan dan sebagainya. Penduduk miskin di pedesaan
terutama yang tidak mencukupi lahan pertanian dan penduduk miskin di daerah
kumuh perkotaan merupakan kelompok masyarakat yang pertama kali akan mengalami
kekurangan gizi pada saat terjadi gejolak krisis atau kerawanan pangan (Depkes
RI, 2000).
Pola
pertumbuhan yang berkaitan dengan malnutrisi ditandai dengan penurunan awal
berat badan dan diikuti dengan kelambatan pencapaian tinggi badan. Seorang Balita yang mempunyai berat badan
tidak normal akan mempengaruhi proses pertumbuhan serta pembentukan susunan
organ tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan berat badan Balita
adalah rendahnya konsumsi zat gizi yang diperlukan seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Apabila seseorang anak mempunyai berat
badan dibawah normal akan mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.
Berdasarkan
Sensus Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2000 dengan perkiraan jumlah Balita
sebanyak 20 juta. Dari jumlah tersebut maka Balita yang mengalami gizi buruk
tingkat berat sebanyak 160.000 anak, Balita yang bergizi buruk sebanyak
1.360.000 anak, jumlah Balita yang bergizi kurang sebanyak 3,4 juta anak,
jumlah Balita dengan gizi normal 14,4 juta anak dan anak Balita yang bergizi
lebih sebanyak 660.000 anak (Nainggolan, 2002).
Menurut
data dari Dinas Kesehatan Kota Bau-Bau tahun 2007 dari jumlah Balita 12.825
orang terdapat 40 anak dengan status gizi buruk, 706 dengan status gizi kurang
dan 146 dengan gizi lebih. Khusus Puskesmas Bataraguru dari 1862 Balita
terdapat 9 anak dengan status gizi buruk, 74 dengan gizi kurang dan 35 orang
dengan gizi lebih.
Masalah
gizi di atas tidak hanya disebabkan oleh faktor internal seperti jumlah asupan
nutrisi dan status kesehatan akan tetapi dapat pula diakibatkan oleh faktor
eksternal seperti sosial ekonomi, keluarga, pengetahuan, penyediaan makanan di
rumah tangga, perilaku dan sosial budaya.
Dari uraian
di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Studi Pengetahuan Ibu terhadap Status Gizi
pada Balita di Posyandu Delta Puskesmas
Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun
2008”.
B. Rumusan Masalah
1.
Pernyataan Masalah
Masalah
gizi pada anak Balita merupakan masalah yang sangat kompleks. Masalah ini tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor internal seperti jumlah dan mutu makanan tetapi
dapat pula karena faktor eksternal seperti pendidikan, ekonomi, perilaku,
sosial budaya dan ketersediaan bahan makanan di rumah tangga. Dengan
pengetahuan ibu yang memadai tentang gizi akan meningkatkan status gizi pada
anak Balita.
2.
Pertanyaan Masalah
a.
Bagaimanakah pengetahuan ibu
terhadap status gizi Balita ?
b. Bagaimana pengetahuan ibu dalam menentukan
status gizi pada Balita ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu
terhadap status gizi pada Balita di Posyandu Delta Puskesmas Bataraguru
Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengidentifikasi
pengetahuan ibu terhadap status gizi pada Balita di Posyandu Delta Puskesmas
Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008.
b.
Untuk mengidentifikasi pengetahuan
ibu dalam menentukan status gizi pada Balita di Posyandu Delta Puskesmas
Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti merupakan
pengalaman berharga dalam memperluas wawasan keilmuan khususnya dibidang
penelitian.
2. Dapat menjadi salah satu sumber informasi
bagi Puskesmas Bataraguru dan Dinas Kesehatan Kota Bau-Bau dalam meningkatkan
derajat kesehatan khususnya kesehatan anak Balita.
3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman
yang siap untuk digunakan. Adapun
pengalaman itu diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan itu
sendiri diperoleh dari beberapa faktor antara lain adalah pendidikan formal,
akan tetapi tidak mutlak pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pendidikan
non formal (Ancok, 1989).
Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan melalui panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
raba dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 1997).
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Rogers, (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan,
yakni :
- Awarenees (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
- Interest (merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus, disini sikap subyek sudah mulai timbul.
- Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
- Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
- Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun
demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting)
sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahun dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :
- Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, mengidentifikasi dan sebagainya.
- Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai
kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
- Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam
konteks atau situasi yang misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan hasil. Penelitian dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
- Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dengan penggunaan kata kerja membuat bagan, membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya.
- Sintesis (syntesis)
Suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru misalnya dapat memecahkan,
merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
- Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada.
Menurut Best, (1989) dan Anderson, (1990) mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan terdiri atas 2 (dua) macam ditinjau dari sifat dan cara
penerapannya
- Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan dan verbal. Isi dari pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi lisan atau tulisan. Menurut Evans, (1991) pengetahuan deklaratif berisi konsep dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat statement (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan.
- Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmani yang cenderung bersifat dinamis.
Menurut
Best, (1989) mengatakan ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang
disimpan memori manusia terdiri atas dua macam :
- Semantic Memory (memori semantik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
- Episode memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Best, (1989) berpendapat bahwa antara item pengetahuan
episodik dan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang memungkinkan
bergabungnya item memori episodik dan memori semantik.
Pendidikan
adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan
(Muhibbin Syah, 2002).
Tardif,
(1987) seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin banyak memiliki ilmu pengetahuan dan
wawasannya semakin luas sehingga proses pengubahan sikap dan tinkah laku akan
semakin baik. Reber, (1988) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan seseorang
akan mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan tindakan seseorang, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang kecenderungan untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya akan semakin besar.
Koos,
(1954) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
tinggi pengetahuannya dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui proses
alamiah manusia setelah ia mengalami, mengamati, menyaksikan dan mengerjakan
sesuatu sejak ia lahir sampai dewasa khususnya melalui pendidikan. Sedangkan
menurut teori yang dikemukakan oleh Ancok (1981) bahwa pengetahuan diperoleh
bukan saja melalui pendidikan.
Koentjaraningrat,
(1977) mengemukakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan seseorang menyebabkan
meningkanya kemampuan dalam menyerap pengetahuan. Ngadiarti, (1985) mengatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
tingkat pengetahuannya.
Beker dan
Reinke, (1994) mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat relevan dengan
tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut teori yang
dikemukakan oleh Lawrence Green mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah
satu faktor penentu (predisposing
factors) bagi perilaku seseorang.
B. Tinjauan Umum Tentang Ibu
Ibu adalah jendela pertama
yang menguak dunia keilmuan dan pengertian batin seorang anak manusia
(Imsa-Sister Website).
Ibu adalah
seseorang yang telah memiliki potensi dan kesempatan melukis dan mewarnai
kehidupan anaknya. Ibu akan membimbing anak-anaknya memahami realitas kehidupan
didunia, didalam keluarga dan dunia yang global.
Seorang ibu
hendaknya mampu memberikan bimbingan bagi perkembangan emosi, fisik, mental dan
spritual anak. Seorang ibu yang menyayangi anak-anaknya tidak akan tenang bila
tidak bisa mendampingi dan mengetahui perkembangan anak-anaknya secara
intensif.
Ketika anak
masih bayi seorang ibu hampir menghabiskan 24 jam waktunya untuk merawat dan
melayani bayi, ia menyusui, menjaga dari segala gangguan, mengganti popok,
mendekapkan bila menangis dan masih banyak lagi tugas yang harus dilakukannya.
Kesibukan ibu tidak akan berhenti semata-mata karena anak telah beranjak remaja
dan besar, bertambah besar anak maka bertambah besar pula problem yang harus
dihadapi sang ibu.
Peran ibu :
1. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.
2. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga.
3. Sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya.
4. Pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dalam peranan sosialnya.
5. Sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
6. Ibu juga berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
C. Tinjauan Umum tentang Gizi
1. Pengertian
Gizi adalah
merupakan suatu proses pada makhluk hidup untuk mengambil dan mengubah zat-zat
padat dan cair dari luar tubuh yang digunakan untuk memelihara kehidupan,
pertumbuhan, fungsi-fungsi normal organisme dan menghasilkan energi (tenaga).
Zat gizi
atau zat makanan merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan.
Status gizi
adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan
antara gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dipihak lain yang
terpikat melalui variabel tertentu dengan menggunakan indikator berat badan dan
lingkar lengan atas. Status gizi merupakan juga suatu keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan pengguna makanan oleh tubuh (Habitch, 1979).
Defisiensi
status gizi menurut Suharjo (1996) adalah keadaan kesehatan individu atau
kelompok yang ditentukan fisik akan energi dan zat-zat gizi lainnya yang
diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya secara antropometri.
2. Fungsi Zat Gizi
Menurut sedioetama (1987) ada 5 fungsi zat gizi yaitu :
a. Sumber energi atau tenaga, jika fungsi ini
terganggu maka orang akan menjadi berkurang geraknya atau kurang giat dan
merasa cepat lelah.
b. Menyokong pertumbuhan badan
c. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang
rusak atau aus terpakai yaitu mengganti sel yang tampak jelas pada luka yaitu
terjadinya jaringan penutup pada luka
d. Mengatur metabolisme dan berbagai
keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan, air, asam, basa, dan mineral)
e. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
terhadap berbagai penyakit sebagai antioksida dan antibodi.
3. Penilaian Status Gizi
a. Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu :
1) Antropometri
a) Antropometri adalah ukuran tubuh manusia
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubung dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
b) Antropometri secara umum digunakan untuk
melihat ketidakseimbanganasupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,
otot dan jumlah air dalam tubuh.
2) Klinis
a) Pemeriksaan klinis adalah metode yang
sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi.
b) Penggunaan metode ini umumnya untuk survei
klinis secara cepat (rapid clinical serveys). Survey ini dirancang untuk
deteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih dari gizi
3) Biokimia
a) Penilaian adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
b) Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi.
4) Biofisik
a) Penentuan status gizi secara biofisik
adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
b) Umumnya dapat dipergunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemi. Cara yang digunakan adalah
adaptasi gelap.
b. Penilaian status gizi secara tidak
langsung.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi 3 yaitu ;
1) Survei konsumsi makanan
a) Survei konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi.
b) Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan atau
kekurangan zat gizi.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan
statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
a) Bengoa (1999) mengungkapkan bahwa
malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi berbagai faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari ekologi seperti iklim, tanah dan irigasi.
b) Pengujuran faktor dipandang sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi (Schrimshau, 1964).
Penilaian
status gizi langsung dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinik. Sedangkan
penilaian status gizi tidak langsung pada dasarnya dilakukan dengan malnutrisi
yang mana dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas berbagai jenis penyakit
pada berbagai golongan umur sehingga diperoleh gambaran status gizi tersebut
(Suharjo, 1999).
D.
Tinjauan Umum tentang Gizi Pada
Balita
1.
Pengertian
Gizi
seimbang adalah makanan yang dikonsumsi Balita dalam satu hari yang beraneka
ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
Untuk
mencegah terjadinya berbagai gangguan dan masalah psikososial diperlukan adanya
perilaku penunjang daripada orang tua, ibu, atau pengasuh dalam keluarganya
untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang kepada Balitanya. Keadaan
ini tercermin dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang Balita yang optimal.
2.
Keadaan Gizi Balita
Balita
dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang dimakan
sehari-hari. Kebutuhan gizi Balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
kegiatan dan suhu lingkungan (udara dingin atau panas). Kebutuhan gizi tersebut
terdiri dari energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang diperlukan dalam Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi (WKNPG) tahun 1988, umur dikelompokan menjadi 0-6 bulan, 7-12 bulan,
1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-12 tahun dengan catatan pengelompokan diatas tidak
membeda-bedakan jenis kelamin.
3.
Manfaat Gizi pada Balita
Manfaat zat gizi pada Balita adalah
sebagai berikut :
a. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil
energi, tenaga. Contoh : bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti
beras, jagung, sagu, ubi, singkong, sukun, gula murni. Contoh bahan makanan
sumber lemak : daging berlemak, margarin, minyak goreng, jeroan, keju, dan
lain-lain.
b. Protein, berguna untuk
pertumbuhan/pemeliharaan. Contoh bahan makanan sumber protein hewani : daging,
ikan, ayam, hati, telur, susu dan hasil olahnya dan lain-lain. Contoh bahan
makanan sumber protein nabati : kacang-kacangan, tempe, tahu dan
lain-lain.
c. Vitamin dan mineral, berguna sebagai
pengatur. Contoh bahan makanan sumebr vitamin dan mineral sayur dan
buah-buahan.
4.
Akibat Zat Gizi pada Balita
Akibat zat gizi pada Balita dapat
mengakibatkan berbagai gangguan yaitu :
a. Gizi lebih : masalah ini disebabkan
karena konsumsi makanan yang melebihi dari yang dibutuhkan terutama konsumsi
lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni. Pada umumnya masalah ini banyak
terdapat didaerah perkotaan dengan dijumpainya Balita kegemukan.
b. Gizi kurang : yang disebabkan karena
konsumsi gizi yang tidak mencukup kebutuhannya dalam waktu tertentu.
c. Gizi buruk : bila kondisi gizi kurang
berlangsung lama, maka akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada
keadaan ini dapat menjadi kwasiorkor dan marasmus yang biasanya disertai dengan
penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit pencernaan, ISPA, anemia.
d. Anemia Gizi Besi (AGB) : penyakit ini
lebih dikenal penyakit kurang darah, yang disebabkan kekurangan zat besi dalam
jumlah yang tidak mecukupi keutuhan sehari-hari. Kehilangan zat gizi besi yang
meningkat disebabkan antara lain karena infeksi cacing. Tanda-tanda AGB adalah
pucat, lesu, lemah, pusing, berkunang-kunang yang lebih dikenal dengan 5 L
9lesu, lemah, letih, lelah dan lalai). Kadar HB normal untuk Balita adalah 11,9
%.
e. Kekurangan vitamin A : disebabkan konsumsi
vitamin A tidak mencukupi kebutuhannya. Kurang vitamin A disebut pada awalnya
menderita buta senja yaitu ketidakmampuanmelihat pada cahaya remang-remang pada
sore hari. Kemudian (bila tidak diobati) pada bola matanya timbul bercak putih
yang disebut bercak bitot dan pada akhirnya menderita kebutaan.
f. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) :
disebabkan karena konsumsi yodium tidak mencukupi kebutuhan. Kekurangan yodium
dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam
makanan sehari-hari dapat menurunkan kecerdasan anak.
5. Masalah Gizi pada Balita
a. Macam, besar dan luasnya masalah
Berdasarkan
data Susenas 1998 dijumpai prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) pada Balita
sebesar dengan jumlah Balita 23.323.731 :
1) Kurang Energi Protein (KEP) ringan 4.576.035 (19,6%)
2) Kurang Energi Protein (KEP) sedang 1.954.500 (8,4%)
3) Kurang Energi Protein (KEP) berat 972.292 (4,2%)
Sementara
itu kekurangan vitamin A klinis yang dijumpai adalah prevalensi
xerophtalmia yang ditandai
dengan bercak bitot pada mata (x
1b) telah menurun dengan tajam dari 1,3% pada tahun 1978 menjadi0,33% pada tahun
1992.
Dengan
keberhasilan ini maka masalah kebutaan akibat kekueangan vitamin secara
nasional bukan masalah kesehatan masyarakat lagi jika mengacu kepada kriteria
WHO (x 1b : 0,5%). Data prevalensi anemi gizi besi pada Balita berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 adalah 35,7% pada laki-laki,
42,2% pada perempuan. Dalam tulisan terdahulu dikatakan bahwa GAKY dapat
berpengaruh terhadap kecerdasan anak berdasarkan berbagai penelitian ditemukan
defisit IQ akibat GAKY sebesar : defisit IQ penderita kretin 50 poin, penderita
gondok 10 poin sehingga dapat diperkirakan defisit yang terjadi akibat GAKY di
Indonesia sebanyak 140 juta IQ poin setiap tahun.
b.
Kaitan masalah gizi dan masalah
lain
Gangguan gizi pada Balita dapat
mempengaruhi sumber daya manusia generasi penerus, dimana Balita merupakan aset
bangsa misalnya kekurangan energi protein, kekurangan yodium (GAKY)
mengakibatkan kesiapan masuk sekolah yang rendah dan tingkat drop out sekolah
yang tinggi.
Akibat gizi lebih mempunyai resiko tinggi
terhadap penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi dan
diabetes.
6. Cara Memantau Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan Balita dapat diketahui
apabila setiap bulan ditimbang dan hasil penimbangan dicatat di KMS dan antara
titik Berat Badan dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan
ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak
tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada Balita yang sehat berat
badannya akan selalu naik mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya
a.
Balita naik berat badannya bila
:
Garis pertumbuhannya naik mengikuti
salah satu pita warna atau garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna
atasnya.
b.
Balita tidak naik berat
badannya bila :
Garis pertumbuhannya turun atau garis pertumbuhannya
mendatar atau garis pertumbuhannya naik tetapi pindah kepita warna dibawahnya.
c.
Berat badan Balita dibawah
garis merah artinya pertumbuhan Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu
perhatian khusus sehingga harus langsung dirujuk ke puskesmas/rumah sakit.
d.
Berat badan Balita tiga bulan
berturut-turut tidak naik artinya Balita mengalami gangguan pertumbuhan
sehingga harus langsung dirujuk ke puskesmas/rumah sakit.
e.
Balita tumbuh baik bila garis
berat badan anak naik setiap bulannya.
f.
Balita sehat jika berat
badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna
diatasnya.
Penentuan gizi Balita buku pedoman
PSG dan kriteria berdasarkan buku rujukan NCHS WHO sebagai berikut :
a.
Status gizi lebih bila BB/U :
> + 3 SD
b.
Gizi kurang bila BB/U : ≥ -2 SD sampai dengan + 2 SD
c.
Gizi buruk bila BB/U : ≥ -3 SD sampai dengan < -2 SD
d.
Gizi buruk bila : < -3 SD
7. Perlunya Gizi Seimbang Untuk Kesehatan Balita
Pada
dasarnya masalah gizi timbul karena perilaku gizi seseorang yang salah yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gazinxa. Bila koncumsi
selalu kurang dari kecukupan giZinya maka seseorang akan melderita gizi kurang.
Sebaliknya jika konsumsi melebihi cecukupan gizinya maka yafg bersangkutal akan
eenderita gizi (ebi(. Akabat dari masalah galda tersebut penyakitpUn dApat t mbul menyertai penderita gizi kurang atau
le@ih.
Ketidakseimbangan makanAn pada mara Balita akan mengakibatkan kelainan
fhsik dan mental yang d!pat manghambat perkembangan dan pertumbuhan Balita
selanjudnya. Untuk memenuhi kebutuhan gizi Balita perlu disampaikan pesa-pesan
sebagai berikut :
a. Pesan 1 : makanlah anekaragam makanan
untuk Balita
b. Pesan 2 : makanlah makanan untuk memenuhi
kecukupan energi Balita
c. Pesan 3 : gunakan garam beryodium untuk
makanan Balita
d. Pesan 4 : makanlah makanan sumber zat besi
untuk Balita
e.
Pesan 5 : biasakan makan pagi
untuk Balita
f.
Pesan 6 : minumlah air bersih,
aman dan cukup jumlahnya untuk Balita
g.
Pesan 7 : bacalah label pada
makanan yang dikemas untuk Balita.
E. Tinjauan UmumTentang Anak Balida
1. Pengertian
Masa Balita
adalah merupakan masa kehidupan yanF s`ngat penting dan peRlu perh`tiaj yang
sangat serius karena pada m!Sa )ni bErlangsung proses t5mbuh keibang yang
sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembane!n psikomotorik, lental dan
sosial, karena itu pErhatian yang diberikan akan sangat menentukan kwalitas
kehidupan ma.usia dimasa depan (Depkes RI, 2000). Anak usia 1-5 tahen ierupakan
kalompok usia dalam masa Balita setelah kelompok umur 0-1 tahun.
2. Perkembangan dan Pertumbuhan
Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
perkembangan (Supariasa, 2002). Ada pula yang mendefinisikan bahwa perkembangan
adalah penampilan kemampuan yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat
khususnya diotak.
Pertumbuhan
adalah meningkatnya jumlah sel-sel tubuh, pertumbuhan yang optimal sangat
dipengaruhi oleh potensi biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis
seseorang merupakan hasil intEraksi berbacai faktor yang qaling berkaitan yaitu
faktor genetik, lingkungaf, biopsikososial dan perilaku. Proses ifi san'at
kompleks dan unik dan akhirnya berbdda-bed! dan memberikan ciri pada setiap
anak (Qupariasa, 2002).
3. Fakdor,Faktor Yang MempengaruhiTumBuh kembang
Beberapa
ahli dibidanf ttmbuh kelbafg anak mengungkapkaN konsep yang berbeda-beda
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Namun demikian
perbedaan tersebut dapat pula ditarik beberapa kesimPulan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang. Parsamaan tersebut mengatakan bahwA tumbuh
kembang dipengaruhi 2 f`ktor yaitu faktor eksternal Dan faktnr iNternal
(Supabaasa, 2002),
a. Fajtor Eksternal
Faktor lingkungan sangat
menentukan tercapainya potensi gdnetik yang optimal. Apabila kondisi lingkungan
kurang menduku,g atau jel%K maka pot%nsi genetik xang optimaltidak terca`ai.
Lingkungan ini meliputi lingkungan bio-psiko-sorial yang akan mempengaruhi
setiap indiv)du mudai dari maqa konsepsi samp!i akhir hayatnya& Secara
garis Besar faktor lingkungan ini dapat dibagi dua yaitu faktor 0renatal dan
lingkungan pasca natal.
b. Faktor internal
Faitor internal antaba lain
teRmasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan paTologis, jenis kelamin, ras
at`u suku bangsa. Apabila potensi gefetik ini bisa berinteraksi dal!m
lingkungan yang baik dan optimal maka akan menghasilkan tembuh kembang 8ang
optimal pula. Gangguan tumbuh kembang
lebih se2ing diakibatkan oleh fakdor gendtik dan lingkungan yang tidak
memUngkinkan seseorang tuMbuh secara optimal$
0 Response to "Studi Pengetahuan Ibu terhadap Status Gizi pada Balita di Posyandu Delta Lingkungan Bataraguru Kelurahan Bataraguru Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau Tahun 2008"
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya