Studi Pengetahuan Keluarga Terhadap Cara Pengolahan Sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Tahun 2011



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Visi Indonesia Sehat yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Depkes RI. 2010).Manarefrensinya
Dari segi perilaku sehat, perilaku masyarakat Indonesia Sehat  yang diharapkan adalah perilaku yang bersifat produktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Pencapaian tersebut didukung dengan telah ditetapkannya Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Untuk melaksanakan program Promosi Kesehatan di Daerah telah ditetapkan Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.Manarefrensinya
Melalui visi ini pembangunan kesehatan dilandaskan kepada paradigma sehat, yang ini pokoknya menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional. Paradigma ini yang akan mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit atau pencegahan kesehatan (preventif), dengan tanpa mengesampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Dimana dalam upaya preventif yang paling diperhatikan adalah pengelolaan sampah yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan juga sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai, dan lautan.Manarefrensinaya
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam
semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang
diperlukan. Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.
Pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Sedangkan dalam ilmu kesehatan
lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Sumber : (http://www.diskusiskripsi.com/2010/05/pengelolaan-sampah-secara-terpadu, Diakses tanggal 20 Juli 2011).
Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Buton adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat beranggapan bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan mudah dan murah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit.
Upaya peningkatan perilaku sehat dikeluarga belum menunjukkan hasil yang optimal. Khususnya di Kecamatan Sampolawa, pengelolaan sampah yang baik masih kurang diperhatikan. Berdasarkan hasil PKL data Asuhan Keperawatan  Komunitas dikelurahan Jaya Bakti Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Tahun 2011 tentang pengelolahan sampah, yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah sebesar 560 KK (90,03%), sebagian besar pengelolaan sampah dirumah tangga dilakukan dipantai sebanyak 394 KK (71,6 %), dihutan 48 KK (8,4%), Sembarang tempat 51 (9,1%), dibuang dikali 21(3,7%), dibakar 46 (8,2%), keadaaan tempat pembuangan sampah banyak lalat 326 (52,4%), bau busuk 248 (39,9%), kondisi tempat pembuangan sampah terbuka 52 (83,9%) dan tertutup 10 (36.1%). Sedangkan terpelihara 48 (7,7 %). Dari 14 daftar masalah kesehatan tertinggi di Kelurahan Jaya Bakti yang tertinggi adalah keadaan tempat sampah tidak terpelihara (87,5%), tidak mempunyai tempat sampah (84,69%). Dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa seluruh rumah tangga lingkungan Makolona tidak mempunyai tempat pembuangan sampah.
Diduga kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengolahan sampah menjadi faktor penyebab tingginya angka kejadian tersebut. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Pengetahuan Keluarga Terhadap Cara Pengolahan Sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Tahun 2011”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pernyataan Masalah
Pengelolaan sampah memiliki faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah, keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang persampahan dan penegakan hukumnya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam menangani sampah secara mandiri masih dalam katagori sedang sampai rendah, masyarakat masih enggan melakukan pemilahan sampah.





2.      Pertanyaan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, yang menjadi pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimanakah pengetahuan tentang pengolahan sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton ?
b.      Bagaimanakah cara keluarga dalam menangani sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum pengetahuan keluarga terhadap cara pengolahan sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton.
2.      Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pengolahan sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton.
b.      Untuk mengidentifikasi cara keluarga dalam pengolahan sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2.      Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pijakan bagi penelitian berikutnya agar dapat dikaji lebih mendalam.
3.      Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Buton dan Puskesmas dalam penentuan arah kebijakan program.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan melalui panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa raba dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Dikutip Notoatmodjo, S 2003. Hal 121-122).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Rogers, 1974 Dikutip Notoatmodjo,  Hal 122-123) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
1.      Awarenees (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
2.      Interest (Merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus, disini sikap subyek sudah mulai timbul.
3.      Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.      Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
5.      Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :
1.      Tahu (know) ; Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, mengidentifikasi dan sebagainya.
2.      Memahami (comprehention) ; Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3.      Aplikasi (application) ; Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil. Penelitian dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.      Analisis (analysis) ; Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dengan penggunaan kata kerja membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5.      Sintesis (syntesis) ; Suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru misalnya dapat memecahkan, merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6.      Evaluasi (evaluation) ; Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Menurut Best (1989) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan memori manusia terdiri atas dua macam :
  1. Semantic Memory (memori semantik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
  2. Episode memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.

Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2002). Tardif (1987) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak memiliki ilmu pengetahuan dan wawasannya semakin luas sehingga proses pengubahan sikap dan tinkah laku akan semakin baik. Reber (1988) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan tindakan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang kecenderungan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya akan semakin besar.
Koos (1954) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pengetahuannya dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui proses alamiah manusia setelah ia mengalami, mengamati, menyaksikan dan mengerjakan sesuatu sejak ia lahir sampai dewasa khususnya melalui pendidikan. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Ancok (1981) dikutip Muhibbin Syah (2002) bahwa pengetahuan diperoleh bukan saja melalui pendidikan.
Koentjaraningrat(1977) dikutip Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan seseorang menyebabkan meningkanya kemampuan dalam menyerap pengetahuan. Ngadiarti (1985) dikutip Muhibbin syah (2002) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Beker dan Reinke (1994) dikutip Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat relevan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penentu (predisposing factors) bagi perilaku seseorang.

B.     Tinjauan Umum Tentang Keluarga
1.      Pengertian
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. (Dikutip Suprajitno,2004. Hal 1)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1978. Dikutip Supartini,Y. Hal 22).
2.      Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah :
a.         Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b.        Matrilinear adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c.         Matrilokal adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d.        Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e.         Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Sumber : http://wawan-satu.blogspot.com/2009/11/struktur-keluarga.html

3.      Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a.       Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b.      Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c.       Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Sumber : http://wawan-satu.blogspot.com/2009/11/struktur-keluarga.html



4.      Tipe/Bentuk Keluarga.
a.       Keluarga inti (Nuchlear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
b.      Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek , kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c.       Kelurga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
d.      Orang tua tunggal (single paren family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau tinggal pasangannya.
e.       Ibu dan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
f.       Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.
g.      Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family)
Sumber : (Dikutip Suprajitno,2004. Hal 2)

5.      Peranan Keluarga.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a.       Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b.      Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c.       Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spritual.
Sumber: (Dikutip Friedman, M. Hal 295)

6.      Tugas-Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan  keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a.       Mengenal masalah kesehatan keluarga
b.      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
c.       Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d.      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e.       Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
Sumber: (Dikutip Suprajitno,2004. Hal 17-18)

7.      Fungsi Keluarga.
a.       Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b.      Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c.       Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d.      Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.       Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.
Sumber :(Dikutip Friedman, M 1998. Hal 13)

C.    Tinjauan Umum tentang sampah
1.        Defenisi
Sampah adalah sesuatu bahan atau bahan benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. (Dikutip Notoatmodjo, S 1997. Hal 166)
Sampah adalah setiap bahan/material yang untuk sementara tidak dapat dipergunakan lagi dan harus dibuang atau dimusnakan. (Dikutip Daniur,1995. Hal 44)

2.        Sumber- Sumber Sampah
a.       Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik, kertas, plastic, daun, dan sebagainya. Pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun- daunan dari kebun atau taman.
b.      Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainnya. Sampah ini berupa kertas, plastic, botol, daun, dan sebagainya.
c.       Sampah yang berasal dari perkantoran.
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan , perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya sampah ini berupa kertas-kertas, plastic, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah dibakar (Rabbish).



d.      Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, daun-daunan, plastic dan sebagainya.
e.       Sampah yang berasal dari industri
Sampah ini berkawasan dari industry, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industry dan segala sampah dari proses produksi, misalnya sampah-sampah yang pengempakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainnya.
f.       Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini dari hasil perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
g.      Sampah yang berasal dari pertambangan.
Sampah ini berasal dari pertambangan, dan jenisnya tergantung  dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
h.      Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya.
Sumber : (Dikutip Notoatmodjo,1997. Hal 166-167)



3.      Jenis-jenis sampah
Kalau kita berbicara sampah, sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yaitu sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (Fume Smoke). Seperti telah dibuatkan batasan diatas, bahwa dalam konteks ini hanya akan dibahas sampah padat. Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni :
a.       Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi :
1)      Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastic, dan sebagainya.
2)      Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun, daunan, buah-buahan dan sebagainya.
b.      Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar.
1)      Sampah yang mudah dibakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastic, kain bekas, dan sebagainya.
2)      Sampah yang tidak dapat dibakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.
c.       Berdasarkan karekteristik sampah
1)      Garbage, yaitu jenis sampah adalah sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.
2)      Rabish, yaitu sampah dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastic, dan sebagainya, maupun yang mudah tidak terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya.
3)      Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan  yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.
4)      Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran macam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya
5)      Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-pabrik.
6)      Bangkai binatang, yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
7)      Bangkai kendaraan, yaitu bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya
8)      Sampah pembangunan yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya,  yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambo dan sebagainya.
Sumber : (Dikutip Notoatmodjo, 1997.Hal167-168)

4.      Faktor- faktor yang mempengaruhi sampah.
Sampah baik kuantitas maupun kuliatasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting antara lain :
a.       Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengolahan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahnya penduduk.
b.      Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan social ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualiatas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.
c.       Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, .
Sumber : (Dikutip Soemirat, J 1994. Hal 154)

5.      Efek Sampah Terhadap Manusia Dan Lingkungan

a.       Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai ( pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, kecoak, nyamuk dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
1)      Penyakit ispa, diare, malaria, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur airminum.
2)      Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita.
3)      Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
b.      Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa species akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem peraiaran biologis.
c.       Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
1)      Membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat.
2)      Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
3)      Menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat
4)      Menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase dan lain-lain.   
Sumber : http.//:www.scrib.com/vii. cara-cara pengolahan sampah.

6.      Pengolahan sampah
Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyrakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (Bacteri Pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/ penyebar penyakit (Vector). Oleh sabab itu sampah harus dikelolah dengan baik sampai sekecil mungkin tidak menggangu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengolahan sampah baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan yang dimaksud pengolahan sampah disini adalah pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
Cara pengolahan sampah sebagai berikut :
a.       Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau intitusi yang menghasilkan sampah. Oleh sabab itu mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ketempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ketempat penampungan akhir (TPA).
Mekanisme, system, atau cara pengangkutanya untuk didaerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh pertisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelolah oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan (TPS), maupun (TPA).
b.      Pemusnaan dan pengolahan sampah
Pemusnaan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan memulai berbagai cara, antaran lain sebagai berikut :
1)      Ditanam (Landfill) yaitu pemusnaan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan tanah.
2)      Dibakar (Inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran (incinerator)
3)      Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organic daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Didaerah pedesaaan hal ini sudah biasa, sedangkan didaerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan anorganik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik  dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung.
Sumber : (Dikutip Notoatmodjo,1997. Hal 169)
7.      Manfaat pengelolaan sampah
a.       Penghematan sumber daya alam
b.      Penghematan energi
c.       Penghematan lahan TPA
d.      Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
e.       Mengurangi pencemaran

8.      Sistem pengolahan sampah
Ada 5 sistem pengelolaan sampah, yaitu:   
a.       Penyapuan/ pewadahan. Sampah-sampah yang dihasilkan dimasukkan di suatu tempat (bak/ tempat sampah) terlebih dahulu.
b.      Pengumpulan dan pengelolaan Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan dikelompokkan/ dipisahkan antara sampah organik  dan sampah anorganik.
c.       Pengangkutan Sampah-sampah domestik diambil oleh petugas kebersihan daerah atau tukang sampah di wilayah tersebut ke TPS. Pengangkutan ini biasanya dilakukan oleh 1-2 orang dengan menggunakan gerobak atau mobil karena banyaknya sampah.
d.      TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) Sampah-sampah tadi diletakkan, disatukan dari setiap rumah-rumah pada satu desa atau kelurahan  ke suatu tempat sampah yang berukuran  besar secara sementara.
e.       TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah-sampah yang ada di TPS kemudian diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan Kota untuk dibuang pada tempat pembuangan akhir. Sampah disini dapat diolah dan dikelola menjadi barang bernilai ekonomi sedangkan sampah yang berbahaya dan tidak dapat diolah dibakar diinsenerator.
Sumber: http.//:com.scribd/vii. cara-cara pengolahan sampah

9.      Prinsip- prinsip pengolahan sampah
Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dari pembakaran yaitu seperti yang diterangkan dalam Web Wahli. Ada empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah ini. Keempat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4 R yang meliputi:
a.       Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b.      Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c.       Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d.      Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. Sumber: http://www.scribd.com/doc/33074261/Pembuangan-Sampah.
Menurut  Juli Soemirat Slamet,1994. Hal 156 dengan kenyataan yang ada saat ini ialah sampah sulit dikelolah oleh karena berbagai berikut :
a.       Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari pada kemampuan masyarakat untuk mengelolah dan memahami persoalan persampahan
b.      Meningkatkan tingkat hidup masyarakat,yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
c.       Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan kontruksi disegala bidang termasuk dalam bidang persampahan.
d.      Kebiasaan pengolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan pencemaran udara, tanah, air menimbulkan turunya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetikannya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.
e.       Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidak mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak sehingga cepat menjadi sampah.
f.       Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah.
g.      Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah.
h.      Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
i.        Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk karena cuaca panas.
j.        Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan mememlihara kebersihan .
k.      Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelolah oleh jawatan pemerintah
l.        Pengolahan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non- teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.
      (Sumber :   Soemirat, J. 1994. Hal 156)
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada  Pasal 5  Undang-undang Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas  Lingkungan  hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan  hak tersebut,  pada Pasal 6 dinyatakan  bahwa masyarakat  dan pengusaha  berkewajiban untuk berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan  menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

0 Response to "Studi Pengetahuan Keluarga Terhadap Cara Pengolahan Sampah di Lingkungan Makolona Kelurahan Jaya Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Tahun 2011"

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya