PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan berbagai jenis masalah dan hambatan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Salah satu hambatan yang sering terjadi di masyarakat adalah adanya pantang makanan setelah melahirkan. Padahal setelah melahirkan seorang wanita memerlukan nutrisi yang cukup untuk memulihkan kembali seluruh alat genetalianya. Mereka tidak menyadari bahwa tindakannya berpengaruh terhadap lambatnya pemulihan kesehatan kembali, juga dapat terhambatnya pertumbuhan bayi (Kardinan, 2008)
Mengingat hal ini maka dalam masa nifas ibu harus melakukan perawatan khusus. Salah satu perawatan yang harus diperhatikan adalah pemenuhan nutrisi untuk pemulihan kesehatan disamping untuk memproduksi air susu ibu (ASI) dan membantu menjaga kesehatan bayi (Sarwono, 2007 )
Rawannya derajat kesehatan ibu post partum memberi dampak yang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja, akan tetapi juga berpengaruh secara langsung terhadap derajat kesehatan janin/bayi pada minggu pertama kehidupannya (perinatal). Dengan demikian, upaya peningkatan kesehatan perinatal tak dapat dipisahkan dengan upaya peningkatan kesehatan ibu (BKKBN RI, 2005)
Komplikasi pada saat kehamilan, melahirkan dan pasca persalinan merupakan penyebab utama 23Persen kematian wanita usia subur (15-49 tahun). Penyebab kematian ibu pada proses maternitas meliputi perdarahan 25Persen, infeksi 14Persen, kelainan hipertensi dalam kehamilan 13Persen, komplikasi aborsi yang tidak aman 13persen serta akibat persalinan yang lama 7Persen. Akibat infeksi merupakan indikator yang menunjukkan kurang baiknya upaya pencegahan dan pengobatan infeksi pada kehamilan dan persalinan. Sebenarnya angka kematian ini dapat dicegah melalui pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani resiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman serta pelayanan rujukan kebidanan post partum yang terjangkau saat diperlukan (BKKBN RI, 2005)
Hasil laporan kemajuan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2007 AKI ibu di Indonesia masih mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia Tenggara dan infeksi berkontribusi terhadap kematian ibu mencapai 50 hingga 70Persen (Sukowati, 2007)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Depkes (2008) Sulawesi Tenggara termasuk Provinsi dengan prevalensi masalah kekurangan protein cukup tinggi di Indonesia selain Maluku Utara. Survey terakhir di Kota Kendari yang pernah dilakukan saat masih tergabung dengan Kabupaten Kendari tahun 1993 oleh Puslitbang Gizi Bogor bekerjasama dengan Kanwil Depkes Provinsi Sulawesi Tenggara dan diperoleh hasil bahwa prevalensi kekurangan protein pada 63 ibu nifas 63Persen dari 100 ibu nifas 100Persen. Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Abeli Tahun 2009 menunjukkan prevalensi masalah kekurangan protein pada ibu nifasl masih diatas cut of point angka kecukupan protein pada ibu nifas. Padahal daerah Abeli merupakan daerah pesisir dan sebahagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan (Profil Kecamatan Abeli, 2009)
Pelayanan kesehatan terdiri dari kegiatan preventif dan kuratif. Salah satu bentuk kegiatan preventif adalah pemberian penyuluhan tentang perawatan luka perineum untuk mencegah terjadinya infeksi kala nifas. Secara nasional menurut Purwanto (2001), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7Persen dan 0,7Persen diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Sedangkan studi yang dilakukan oleh Rudianto (2007) di Wilayah Kota Kendari menunjukkan bahwa 12Persen responden yang diteliti mengalami infeksi perineum sebagai akibat dari kurang terawatnya luka perineum dan adanya tradisi yang merugikan dalam perawatan luka perineum yaitu berpantang pada makanan berprotein misalnya ikan atau telur.
Pada masa nifas seringkali ibu dihadapkan oleh kondisi budaya yang secara medis dapat merugikan kesehatan ibu, misalnya adalah berpantang makanan yang mengandung protein tinggi agar luka luka perineum cepat sembuh serta bayi yang menyusui tidak mengalami penyakit kulit. Munculnya pantangan ini disebabkan karena berbabagai faktor yaitu:
1. Tradisi/budaya
Pada kalangan yang luas terutama suku jawa, diyakini bahwa mengkonsumsi makanan berprotein tinggi dapat memicu terjadinya infeksi, pada luka perineum maupun pada kulit bayi akibatnya seringkali masyarakat mewajibkan pada ibu nifas untuk menghindari makan telur dan ikan laut
2. Kondisi Ekonomi
Ketidakmampuan masyarakat ddalam menyediakan makanan yang bergizi bagi ibu nifas menyebabkan penerimaan tradisi berpantang makanan bagi ibu nifas dapat diterima dengan mudah (Suririnah, 2007)
3. Pengetahun Masyarakat
Rendahnya pengetahuan masyarakat menyebabkan penerimaan tradisi sebagai sebuah pengetahuan yang merupakan landasan yang penting untuk berperilaku (Notoatmodjo, 2007)
4. Akses pada Layanan Kesehatan
Rendahnya kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu menyebabkan masyarakat mudah terpengaruh oleh tradisi yang ada (Suyono, 2008)
Hasil studi pendahuluan di Wilayah kerja puskesmas Bataraguru kota Baubau dari bulan mei- juni 2011 terdapat lebih dari 34 jumlah persalinan. Berdasarkan survei awal dari 10 ibu pasca persalinan dan menunjukkan bahwa dari 10 ibu nifas yang diwawancarai terdapat 7 (70Persen) ibu nifas mengaku berpantang makanan ikan dan telur, dan 3 ibu nifas (30Persen) tidak melakukan pantangan makanan. Kondisi ini menunjukkan masih tingginya jumlah ibu nifas yang berpantang. Alasan yang dikemukan oleh ibu yang berpantang terdapat 5 ibu (50Persen) menyatakan berpantang karena mengikuti saran dari orang tua agar luka pada perineumnya tidak gatal, terdapat 2 ibu (20Persen) menyatakan berpantang makanan karena takut lukanya tidak cepat sembuh. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masih banyaknya ibu nifas berpantang makanan di wilayah kerja Puskesmas Bataraguru Kota Baubau Tahun 2011, karena mengikuti saran dari orang tua atau tradisi dan kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi pada masa nifas.
Pada ibu nifas yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan ibu boleh minum dan makan seperti biasa sesuai keinginannya. Namun perlu diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila ibu tidak menyusui bayinya. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh makanan 2700 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan aktivitas ibu itu sendiri. Begitu pula dengan proses penyembuhan luka perineum sangat membutuhkan protein pada saat proses poliferasi yaitu pembentukan benang fibrin. Adanya tradisi berpantang menyebabkan ibu nifas kekurangan protein akibatnya masa penyembuhan luka yang secara normal membutuhkan waktu 7 hari berkembang dan bahkan kadang kala menyebabkan terjadinya infeksi.
Kondisi ini memerlukan upaya untuk identifikasi faktor apa saja yang menyebabkan ibu nifas masih melakukan pantangan. Berhubungan dengan diketahuinya faktor penyebab maka dalam menentukan langkah selanjutnya untuk mengurangi jumlah ibu nifas yang berpantang makanan akan lebih mudah terutama pendekatan yang akan dilakukan kepada ibu nifas dengan cara memberikan konseling.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskam masalahnya sebagai berikut: ”Bagaimana Gambaran tentang Faktor Penyebab Berpantang Makanan Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Baubau Tahun 2011’’
2. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang faktor penyebab berpantang makanan pada Ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Bataraguru Kota Baubau Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tradisi/budaya berpantang makanan pada ibu nifas Di Wilayah Kerja puskesmas Bataraguru Kota Baubau Tahun 2011.
2. Mengetahui gambaran pengetahuan berpantang makanan pada ibu nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Baubau Tahun 2011.
1. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi Tempat Penelitian
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas tentang upaya penanggulangan penyulit kala nifas.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk melakukan pembelajaran tentang asuhan kebidanan D III kepada siswa didiknya.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk melakukan penyuluhan kepada ibu nifas tentang upaya penangulangan penyulit kala nifas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan data dasar dalam penelitian selanjutnya yang terkait dengan penatalaksanaan kala nifas.
5. Bagi Responden
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan informasi tentang kebutuhan gizi masa nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Berpan tang Makanan Pada Ibu Nifas
2.1.1 Pengertian Berpantang Makanan
Berpantang adalah anjuran yang tidak diperbolehkandan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi (Iskandar, 2006)
6. Kebiasaan Yang Tidak Bermanfaat Bahkan Membahayakan
Berbagai kebiasaan yang dilakukan ibu nifas dan kebiasaan tersebut terdapat yang tidak bermanfaat dan bahkan membahayakan kesehatannya. Menurut Saifuddin (2002), antara lain :
1. Menghindari makanan berprotein seperti ikan, telur, karena ibu menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500 perharinya.
2. Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama setelah kelahiran karena masa transisi adalah masa kritis untuk ikatan batin ibu dan bayi untuk mulai menyusui.
3. penggunaan bebat perut segera pada masa nifas, penggunaan pembalut perut selama masa kritis membuat sulit bagi petugas kesehatan menilai tonus dan posisi uterus untuk melakukan massase uterus jika diperlukan dan memperkirakan banyaknya darah yang keluar.
1. Akibat Berpantang Makan
Berpantang makanan tidak selamanya bersifat negatif ada kalanya berpantang makanan memang harus dilakukan karena alasan-alasan yang masuk akal, misalnya penderita diabetes melitus harus berpantang makanan mengandung karbohidrat dosis tinggi atau penderita hipertensi harus menghindari makanan yang banyak mengandung sodium. Berpantang makanan menjadi merugikan apabila dilakukan karena alasan-alasan yang tidak masuk akal, misalnya menghindari mengkonsumsi telur untuk menghindari penyakit kulit tertentu atau ibu nifas harus mengkonsumsi nasi dan sayur saja agar masa nifas cepat selesai
Apabila gizi ibu nifas kurang akan mempengaruhi perubahan fisik dan sistem reproduksi waktu nifas diantaranya vaskuler, pada waktu persalinan seseorang ibu akan mengalami kehilangan darah 300-400 cc dengan timbulya haemokonsentrasi sehingga bisa terjadi anemia. Sistem reproduksi pada laktasi, pada prosesnya progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta, merangsang pengeluaran air susu ibu, didalam susunan air susu kurang.
2. Penanganan
1. Kebersihan Diri
1. Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan seluruh tubuh
2. Mengajarkan ibu bagaiman membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus, setiap kali selesai BAK/BAB
3. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari
4. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka
2. Istirahat
1. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
2. Menyarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
4. Latihan
1. Menjelaskan bahwa latihan tertuntu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti :
Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sanpai 5. rileks dan ulangi sebanyak 10 kali. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
2. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
5. gizi
Ibu menyusui harus :
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) ag ar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya
6. Menyusui
Asi mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindugan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk diminum.
1. Meningkatkan suplai ASI
1. Untuk bayi
1. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap payudara
2. Membangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui
3. Memastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif
4. Menyusui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui
5. Tidur bersebelahan dengan bayi.
6. Untuk ibu
1. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
2. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
3. Meyakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal tersebut di atas.
4. Perawatan Payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetep dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet
4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
1). Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
2). Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah ”Z” menuju puting
3). Mengeluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak
4). Menyusukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan
5). Meletakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
7. Senggama
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap
2. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
3. Keluarga Berencana
1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
2. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (Amenore Laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2 Persen kehamilan
3. Meskipun beberapa metode keluarga berencana (KB) mengandung risiko, penggunaan kontasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
1. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
2. Kelebihan/keuntungannya
3. Kekurangannya
4. Efek samping
5. Bagaimana menggunakan metode itu
6. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.
7. Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan itu dan untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Saifuddin, 2002)
1. Diet Masa Nifas Untuk Proses Menyusui
Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kkal/hari, seorang ibu nifas memerlukan asupan rata rata 2700 kkal dalam kesehariannya. Tambahan sebesar 500-700 kkal tersebut tak lain diperlukan untuk keperluan biosintesis ASI. Ekstra energi tersebut pun tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang dikonsumsi ibu nifas sehari hari. 200 kkal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500 kkal/hari lah yang baru diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu
Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan minum sedikitnya 8 gelas sehari, sejak si bayi masih dalam kandungan. Karena ini merupakan awal yang baik untuk mendapatkan ASI.
Berikut ini adalah beberapa diet ibu nifas yang menyusui:
1. Tentu saja makanan yang di konsumsi harus makanan yang bergizi
2. Minum susu madu
3. Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari
4. Sayur hijau dapat membantu menghasilkan ASI (Misalnya; sayur daun katuk dan bayam, sayur jantung pisang, sayur daun pepaya dll)
5. Kacang-kacangan juga bagus untuk memproduksi ASI (misalnya : kacang hijau atau kacang goreng / rebus bisa dijadikan camilan untuk ibu menyusui)
6. Banyak makan buah-buahan yang mengandung air
7. Vitamin.
1. Diet Sehat Ibu Nifas
1. iet Sehat Pasca Melahirkan menurut dr. Nilawati (2004):
1. Makan secara teratur dan berimbang
2. Berolah raga teratur. 3 kali seminggu minimal 30 menit dan maksimal 60 menit
3. Batasi bahan makanan hidrat arang seperti nasi, kentang, talas, mie, bihun dan sebagainya
4. Hindari makanan yang diolah dengan gula murni seperti gula pasir, gula jawa, dodol, coklat, minuman soda, susu kental manis, kue-kue dan roti
5. Gunakan minyak lemak tak jenuh seperti zaitun, jagung, kedelai, canola, biji bunga matahari
6. Cara masak yang baik adalah merebus, mengukus, mengungkep, menumis, memanggang, tim,dan membakar
7. Hindari mengolah makan dengan cara menggoreng
8. Perbanyak sayuran dan buah terutama saat lapar
9. Kurangi makanan yang tinggi lemak seperti gajih (lemak daging), junk food
10. Istirahat yang cukup, terutama selama masih menyusui. Agar Asi tetap cukup untuk bayi.
Contoh : Menu diet Ibu Pasca Melahirkan & Menyusui 2700 kalori perhari
Pagi hari
Nasi : 150 gram
Daging/ikan/telur/: 40 gram
Tempe : 25 gram
Sayuran :125 gram
Minyak goreng : 12,5 gram
Snack pukul 09.30-10.00 : Pisang 275 gram
Siang hari
Nasi : 200 gram
Daging : 40 gram
Tempe : 50 gram
Sayuran : 150 gram
Minyak goreng : 12.5 gram
Snack pkl 16.00 Agar/pisang : 200 gram
Pepaya : 175 gram
Malam hari
Nasi : 200 gram
Ikan : 40 gram
Tempe/tahu : 50 gram
Sayuran : 150 gram
Minyak goreng : 12,5 gram
Snack pkl 21.00 : pisang/kentang: 200 gram
pepaya : 175 gram
1. Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas Berpantang Makanan
Pada masa nifas seringkali ibu dihadapkan oleh kondisi budaya yang secara medis dapat merugikan kesehatan ibu, misalnya adalah berpantang makanan yang mengandung protein tinggi agar luka perineum cepat sembuh serta bayi yang menyusui tidak mengalami penyakit kulit. Munculnya pantangan ini disebabkan karena berbagai faktor yaitu:
1. Tradisi/budaya
Pada kalangan yang luas terutama pada suku jawa, diyakini bahwa mengkonsumsi makanan berprotein tinggi dapat memicu terjadinya infeksi, pada luka perineum maupun pada kulit bayi akibatnya seringkali masyarakat mewajibkan pada ibu nifas untuk menghindari makan telur atau ikan laut (Suririnah, 2007)
Adanya pantang makan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi “panas dingin“ yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur dalam tubuh manusia , tanah, udara, api dan air.apabila unsur didalam tubuh terlalu panas atau terlalu dingi maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan unsur tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih “dingin” atau sebaliknya.pada beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang dalam keadaan “dingin”. Hal sebaliknya harus dilakukan ibu yang sedang hamil ( Reddy, 2005 )
Pada dasarnya peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek atau perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis atau kesehatan( Fatma, 2005).
2. Pengetahuan Masyarakat
Rendahnya pengetahuan masyarakat menyebabkan penerimaan tradisi sebagai sebuah pengetahuan yang merupakan landasan yang penting untuk berperilaku (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Ibu nifas akan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta berimbang bila ibu nifas tersebut mengetahui tentang manfaat makanan yang bergizi terhadap kebutuhan tubuh yang dialaminya serta dampak bila tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi (Notoatmodjo, 2007)
pengetahuan berasal dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2007)
Pengalaman, salah satu cara untuk mendapatkannya dapat melalui pengamatan dan pengajaran yang diperlukan untuk memperoleh ketrampilan dan pengetahuan dalam hidup bermasyarakat. Jika seorang wanita atau ibu pernah melihat atau mendengar dan pernah mempelajari segala perilaku baik yang positif maupun yang bernilai negatif termasuk perilaku pantangan makanan tertentu, maka kemungkinan ibu akan meniru sehingga perilaku yang ditiru tersebut juga akan salah yang pada akhirnya menghambat dalam proses pemulihan diri (Notoatmodjo, 2007)
1. Konsep Nifas
1. Pengertian
2. Masa Nifas (puerperium) adalah masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (Suherni, 2009)
3. Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil (Eny dan Diah, 2010)
4. Masa Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2002)
1. Fase Nifas
2. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
3. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu
4. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
5. Proses Nifas
1. Involusi
1. Pengertian
Involusi adalah perubahan alat-alat genetalia internal maupun eksternal yang akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2. Perubahan yang terjadi
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya menjadi seperti sebelum hamil.
arwanasma@gmail.com |
2. Bekas implantasi placenta
Perubahan endometrium ditempat bekas implantasi plasenta adalah timbulnya trombosit degenerasi dan nekrosis, degenerasi endometrium memakan waktu 2-3 minggu. Adapun bekas implantasi plasenta adalah:
Akhir persalinan : 12,7 cm
Akhir minggu I : 7,6 cm
Akhir minggu II : 5 cm
Akhir minggu III : 2,5 cm
Dalam proses involusi tempat plasenta akan terjadi pengeluaran lochea (Mochtar, 2005)
3. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga seperti corong berwarna merah kehitaman. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi. Sehingga seolah pada perbatasan antara korpus dan serviks terbentuk semacam cincin, konsistensinya lunak dan kadang terdapat kelukaan kecil.
Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim
Setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari
Setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari.
4. Ligamen
Ligamen, fasia dan difragma yang menegang sewaktu kehamilan dan partus, setelah lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Dengan melakukan latihan tertentu (senam nifas)
5. Jalan lahir
Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit bila tidak luas akan sembuh permanen (Mochtar, 2005)
b) Laktasi
1. Pengertian
Laktasi adalah pembentukan-pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
2. Proses Laktasi
Karena adanya pengaruh lactogenic hormon dari kelenjar hipofisis terdapat kelenjar mammae, sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan pada kelenjar mammae untuk menghadapi masa ini.
Perubahan yang ada antara lain, sebagai berikut :
1. Poliferasi jaringan, terutama kelenjar dan alfeolus mamae dan lemak.
2. Pada ductus laktiferus, terdapat cairan yang berwarna kuning (colostrum).
3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun bagian dalam mammae.
4. setelah partus, timbul homon-hormon hipofisis kembali. Antara lain LH (prolaktin) yang telah dipersiapkan pada masa hamil yang menyebabkan kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran Air Susu (Mochtar, 2005)
(3) Hal yang mempengaruhi ASI
1. Nutrisi (diet) ibu
Banyaknya Air Susu sangat tergantung pada banyaknya cairan yang diminum ibu dan kandungan dari ASI baik karena makanan ibu yang bergizi.
2. Gerak badan
Dengan aktivitas yang berlainan akan mengakibatkan cadangan karbohidrat dalam tubuh habis sehingga untuk memenuhinya harus mengambil dari protein. Hal tersebut dapat mengurangi cadangan protein dalam tubuh
3. Psikologis
Keadaan psikologis yang buruk akan mempengaruhi organ-organ lain seperti alat pencernaan dan sebagainya yang juga akan mempengaruhi produksi ASI.
1. Perubahan lain
1. Afterpains
Afterpains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari post partum. Hal ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui atau bila masih terdapat sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah didalam kavum uteri (Manuaba, 2005)
2. Suhu badan
Suhu badan sesudah partus dapat naik 0,5 °C dari normal tetapi tidak melebihi 38 °C, umumnya suhu akan kembali setelah 12 jam post partum. Bila suhu melebihi 38 °C mungkin terjadi infeksi (Manuaba, 2005)
3. Nadi
Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia pada masa nifas, umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan (Manuaba, 2005)
4. Lochea
Lochea adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas (Manuaba, 2005)
Berdasarkan jumlah dan warna Dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Lochea rubra
1. – 3 hari, berwarna merah dan hitam.
Terdiri dari decidua, verniks kaseosa, sisa mekonium dan darah.
2. Lochea sanguilenta
3. – 7 hari, Berwarna putih bercampur darah
4. Lochea serosa
1. – 14 hari, Berwarna kekuningan
2. Lochea alba
Setelah hari ke-14, Berwarna putih.
1. Kebutuhan Masa Nifas
1. Fisik
(a) Personal hygiene
(b) Istirahat
(c) Makanan bergizi
(d) Mobilisasi dini.
(2) Psikologis & sosial
1. Fase Taking In (hari 1 – 2 post partum)
1. Fokus perhatian pada diri sendiri
2. Menceritakan proses bersalin berulang
3. Merasa kelelahan
4. Mudah tersinggung
5. Pasif terhadap lingkungan
6. Nafsu makan bertambah.
7. Fase Taking Hold (hari ke-3 – 10 post partum)
1. Rasa takut atau khawatir akan ketidakmampuan
2. Rasa bertanggung jawab untuk merawat bayi
3. Perasaan sensitif
4. Memerlukan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
8. Fase Letting Go
1. Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari post partum
2. Mulai menyesuaikan diri dari ketergantungan bayinya
3. Keinginan merawat bayi dan dirinya meningkat.
1. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi, yaitu:
Tabel 2.2 : Frekuensi kunjungan masa nifas
asmanurs3.blogspot.com |
1. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya
2. Keadaan umum : suhu badan, selera makan dan lain-lain
3. Payudara : ASI, puting susu
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum
5. Sekret yang keluar, misalnya lochea, flour albus
6. Keadaan alat-alat kandungan (Sarwono, 2002)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut :
asmanurs3.blogspot.com |
Terimakasih ,sangat membantu dalam menambah pengetahuan
ReplyDelete