BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asosiasi jantung Amerika memperkirakan 1,5 juta penduduk US menderita Miokard Infark pertahunnya. Kira-kira 500 ribu kematian terjadi karena penyakit jantung koroner. Meskipun jumlah aneka pasien yang survive semakin meningkat , banyak juga yang mengalami masalah psikososial. Kecemasan telah diidentifikasi sebagai respon emosi yang diperkirakan terjadi akibat infark miokard . Kecemasan merupakan respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik, perasaan takut atau tidak tenang yang sebagai sumbernya tidak diketahui dan dikenali.
Kecemasan adalah suatu yang abstrak dan tak dapat dilihat oleh mata kita, yang membuat hati manusia tidak tenang, rasa takut dan timbul keraguan-raguan. ( Rudy Hariyono, 2000 )
Pada pasien-pasien yang mengalami stress, arteri-arteri yang telah menyempit akan bertambah menyempit sebesar 20 % sampai 28 %, sementara arteri sehat melebar sedikit. Akibat dari stress mental bahkan terlihat juga pada penderita tingkat sedang . pada majalah anima VII (1992).
Apakah pada pasien laki-laki dengan Miocard Infark menunjukkan level kecemasan yang lebih tinggi dari pasien perempuan. Elevasi maksimum level kecemasan terjadi 24 jam pertama setelah masuk ICCU
Kiranya dapat kita teliti yang mana tingkat kecemasan yang sama dan perbedaan-perbedaan terhadap pasien laki-laki dan pasien perempuan dengan Miocard Infark.
Direncanakan pasien yang akan dilakukan penelitian tingkat kecemasan terhadap pasien dengan Miocard Infark terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang pasien perempuan. Pada penelitian ini ditekankan pada pasien yang baru masuk ICCU dan yang menderita kasus jantung yang pertama kali. Dengan kata lain peneliti ini mengupayakan kasus yang akan lebih terarah.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dirumuskan parmasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Apakah ada perbedaan tingkat kecamasan pasien laki-laki dan perempuan pada kasus Miocard Infark ?.
1.2.2 Mengapa secara psikologis kecemasan timbul pada pasien dengan Miocard Infark.?
1.2.3 Bagaimana pengaruh stress terhadap proses perbaikan dalam perawatan penyakit Miocard infark ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kecemasan pada pasien laki-laki dan perempuan dengan Miocard Infark .
1.3.2 Tujuan Khusus.
1.3.2.1 Mengetahui tingkat kecemasan pasien ketika masuk ICCU dengan diagnosa Miocard Infark.
1.3.2.2 Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada pasien laki-laki dan pasien perempuan dengan Miocard Infark.
1.3.2.3 Mengetahui bagaimana tingkah laku pasien dalam mengatasi kecemasan saat terjadi serangan Miocard Infark.
1.3.2.4 Mengukur level kecemasan pada pasien laki-laki dan perempuan dengan Miocard Infark.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang kecemasan di saat menghadapi rasa sakit (nyeri yang sangat) pada Miocard Infark.
1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan Ilmu pengetahuan penanganan Miocard Infark dengan menghindari rasa cemas.
1.4.3 Bagi Institusi
Apabila pada hasil penelitian nanti terbukti bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan pasien laki-laki dan perempuan dengan Miocard Infark diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan informasi pada pasien yang baru masuk di ICCU dan mengetahui gambaran kecemasan pasien dengan kasus Miocard Infark. Sehingga hasil penelitian ini dapat kiranya dikembangkan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
1.5 Relevansi.
Tingginya angka kematian pada kasus penyakit jantung koroner / miocard infark, disebabkan oleh kecemasan pasien yang berkelanjutan dan banyak terjadi pada kasus pria. Kecemasan dapat membuat pasien membayangkan bahwa penyakit nya sedemikian gawat. Pikiran seperti ini dapat mengembangkan idea-idea yang membuat lebih gelisah, bahkan kekhawatiran ini akan berlanjut pada tahaf berfikir akan kematian.
Dengan mengatasi tingkat kecemasan pasien baik laki-laki maupun pasien perempuan dengan Miocard Infark diharafkan tenaga kesehatan dapat memberikan arahan, masukan , penyuluhan kesehatan dan memberikan support pada pasien sehingga tingkat kecemasan pasien dapat ditekan sekecil mungkin.
BAB 2
LANDASAN TIORI
Pada BAB ini disajikan tentang konsep dasar Miocard Infark Acuta dan kecemasan. Pertama mengenai konsep Miocard Infark Acuta meliputi , pengertian, gambaran klinis, komplikasi yang mungkin terjadi serta penatalaksaan. Kedua membahas masalah Tingkat Kecemasan terdiri dari Kecemasan tingkat ringan, sedang, dan berat. Ketiga adalah membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pesian dengan Miocard infark, Jenis kelamin, Usia, Status perkawinan, dan Riwayat penyakit Miocard Infark masa lalu. Selain membahas ketiga masalah diatas dalam BAB ini juga mejelaskan tentang kerangka konseptual baik dari segi teori maupun berupa diagram dan sampai ke hipotesis.
2.1 Konsep Miocard Infark Acuta
2.1.1 Pengertian Miocar Infark
Infark Miokard (IM) adalah disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemik miokard dan nekrosis (I Made Kariasa, 1993, 83 )
2.1.2 Gambaran Klinik Infark miocard akut.
Nyeri dada bagian kiri adalah keluhan pasien infark miocard yang paling sering tampil dan dalam beberapa hal dapat cukup gawat untuk dilukiskan sebagai nyari yang paling buruk yang pernah dialami pasien. Yang paling lazim dipakai dalam melihat nyeri pasien tersebut adalah berat, tekanan, menghancurkan.
Sifat nyeri hampir serupa dengan angina pectoris tetapi lazimnya lebih gawat dan jauh lebih lama. Nyeri infark miocard sering diikuti kelemahan, berkeringat, mual , muntah, pusing dan ketakutan yang menyolok, nyeri biasanya terjadi saat pasien priode kegiatan.
Meskipun nyeri adalah keluhan yang tampil, paling minimal 15–20% pasien infark miocard dapat terjadi tanpa nyeri. ( Kartoleksono. S ,1980, 83 ).
Dalam banyak hal ciri yang menonjol dari penampilan pasien ialah reaksinya terhadap nyeri, Ketakutannya khas dan gelisah, berusaha meredakan nyerinya dengan bergerak-gerak ditempat tidur, berbelit-belit, mengeliat, berdahak atau berusaha muntah. Lazimnya pucat, sering bertalian dengan respirasi dan ekstrimitas-ekstrimitas dingin. Takut mati, perasaan ajal sudah dekat cepat marah pada penyakit atau menganggap perawatan yang tidak perlu , kkuatir tentang keluarga, kerja dan pengeluaran keuangan yang begitu banyak.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan pada kasus infark miocard adalah Creatinine Phosphokinase (CPK ), Lactic dehydrogenase (LDH), Glutamic oxaloacetic transaminase (GOT). CPK-MB pada meningkat antara 4–6 jam, memuncak dalam 12 –24 jam dan kembali normal dalam 36–48 jam. Pemeriksaan LDH naik agak lebih lambat dan lebih lama yaitu memuncak pada 24–48 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal, biasanya hari keempat dan penurun terakhir pada hari ke sebelas.
Pada gambaran EKG menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datarnya gelombang T, menunjukkan cedera dan adanya gelombang Q berarti nekrosis.
2.1.3 Komplikasi yang mungkin terjadi
Banyak komplikasi dari miokard infark, namun hanya bebarapa yang ditulis diantaranya adalah ;
Dysrhytmia ; 40-50% kematian miocard infark disebabkan kerusakan miocard.
Cardiogenik shock juga tidak kalah tingginya, dimana pasien setelah (IM) terjadi shock dan 80% meninggal dunia.
Gagal jantung dan oedema paru dan juga komplikasi lainnya.
2.1.4 Penata laksanaan
Sasaran pengobatan pada Infark Miocard Acuta (IMA) pertama dan yang paling penting adalah menghilangkan rasa sakit (nyeri) dan cemas. Kedua menurunkan kerja miokard. Ketiga mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi yang akan terjadi. Istirahat, pemberian O2 , diet rendah kalori dan mudah dicerna dan pasang infus untuk siap gawat. Yang keempat adalah dengan cara meningkatkan kesehatan jantung, serta perawatan diri.
Untuk pemberian therapi obat, diupayakan dengan cara kolaborasi dengan dokter ahli dan yang sipatnya emergensi dan dapat dilakukan perawat ICCU harus sudah ada protap ruang CCU dan dapat dipertanggung jawabkan dalam cara pemberian maupun cara pendokumentasiaan, misalnya pemberian oksigen.
2.2 Tingkat Kecemasan pada pasien.
2.2.1 Kecemasan adalah kebingungan, ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya ( stuart, GW . 1995 )
Kaplan mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon emosional yang tidak menyenangkan penuh kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak terekpresikan dan tidak terarah karena sumber ancaman atau pikiran tentang sesuatu yang tidak akan datang dan tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emesi yang mempunyai peran utama dalam proses penyesuaian Individu, yaitu suatu sebagai indikator respon terhadap stress dan sebagai suatu untuk munghadapi stress selanjutnya. Kecemasan dalam batas-batas tertentu ternyata dianggap cukup signifikan jika sebagai peringatan adanya ancaman, sehingga untuk itu individu dapat mempersiapkan proses penyesuaian diri yang lebih efektif.
Namun perlu diingat bahwa kecemasan hanya akan bernilai positif bagi individu bila berfungsi dalam taraf wajar (emosi relatif stabil). Sifatnya memang sangat individual, karena setiap individu memiliki kemampuan menghadapi stress berlainan, artinya ini juga akan mengikut sertakan derajat toleransi bila berhadapan dengan situasi stress.
2.2.2 Respon Fisologis Kecemasan
Menurut Cook dan Fontaine, (1991 : 303 ) respon fisiologis kecemasan yang timbul tergantung pada besarnya tingkat dan lamanya kecemasan. Karakteristik fisiologis kecemasan adalah :
Tabel 2.1 Respon Fisiologis Kecemasan
Tingkat
Kecemasan
Respon Fisiologis
Ringan
Kemungkinan nafas pendek
Meningkatnya irama jantung dan tekanan
Darah
Gejala yang tidak enak pada lambung
Ekspresi muka seperti gugup, bibir gemetar
Sedang
Nafas sering memendek
Denyutan jantung meningkat kemungkinan karena kontraksi prematur.
Meningkatnya tekanan darah
Mulut kering, gangguan pada lambung, anoreksia, diare atau konstipasi
Badan gemetar, ekpresi wajah ketakutan, otot –otot menegang, respon terkejut berlebihan, ketidak mampuan untuk relaks dan susah tidur.
Berat
Dan
Panik
Nafas memendek, rasa tercekik/tersumbat
Hipotensi, pusing, nyeri dada atau tertekan, palpitasi.
Neusea, Agitasi, Koordinasi motorik kurang, gerak tubuh involunter, tubuh bergetar ekspresi wajah menakutkan.
2.2.3 Tingkat Kecemasan
Peplau mengidentifikasikan empat tingkat kecemasan dan gambaran efek dari tiap kecemasan :
2.2.3.1 Cemas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan ini dan memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas serta dapat memecahkan masalah secara efektif.
2.2.3.2 Cemas sedang
Dimana individu memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif namun melakukan sesuatu yang terarah.
2.2.3.3 Cemas Berat
Kecemasan ini mengurangi lahan persepsi individu. Individu cendrung untuk memusatkan sesuatu yang terinsi dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk memusatkan pada suatu area lain.
2.2.3.4 Panik
Tingkat panik dari kecemasan ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
2.4 Pengukuran Tingkat Kecemasan menurut Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS).
Salah satu intrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat cemas, yaitu Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) dan pertama kali dikembangkan oleh William W.K. Zung pada tahun 1971 (Wicaksana,1996) Instrumen ZSAS terdiri dari 20 item pertanyaan yang menunjukkan gejala-gejala kecemasan, yaitu 5 gejala afektif dan 15 gejala somatik dan digolongkan kedalam tingkat cemas, yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat. Validitas instrumen ZSAS, signinifikan berkorelasi dengan taylor Manifestasi Anxiety Scale (TMAS), yaitu 0,5. sedangkan untuk reliabilitas instrumen ZSAS adalah 0,87 (Wicaksana, 1996)
2.5 Faktor yang mempengaruhi Anxitas pada pasien miokard
infark acuta.
Respon emosi dari pasien yang menjalani perawatan akuta adalah sesuatu yang sangat penting. Pengalaman sistem saraf simpatis diakibatkan peningkatan kecemasan, kondisi fisik dan adanya komplikasi kardiovaskuler.
Cassem dan ilacket menemukan bahwa kecemasan merupakan penyebab utama konselling psikiatri di CCU. Pasien diinterview berfokus pada student death/simtom yang terjadi mengarah kekematian (nyeri dada, nafas pendek) (Mary S,Webb, RN, MS. 1994).
2.5.1 Jenis kelamin
Pasien laki-laki inggris dengan Miocard Infark menunjukkan level anxietas yang tinggi. Elevasi maximum level state anxietas terjadi selama 24 jam pertama setelah masuk ICCU, diikuti peningkatan state anxietas pada 6 minggu .
Beberapa study yang berhubungan dengan jenis kelamin pada miocard infark telah dilaporkan.
Pria dengan usia kurang dari 60 tahun kira-kira mempunyai kemungkinan meninggal akibat penyakit jantung koroner empat kali lebih besar dibandingkan wanita, tetapi pada orang tua risiko ini kira-kira sama diantara kedua jenis kelamin tersebut (Michael Petch, Dr. 1995,38).
Boogard telah meriset perbandingan proses rehabilitasi pada pria dan wanita. Peneliti menemukan bahwa adanya perbedaan dalam pengukuran struktur program rehabilitasi dan kembali keaktivitas fisik. ( Mary.S Webb, 1994).
2.5.2 Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahu (Elisabeth. B.H, 1995)
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Hucklok, 1998)
Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
Laki-laki dibawah umur 50 tahun banyak yang meninggal karena Infark miocard meninggal dalam 1 jam pertama (Kartoleksono. S 1980). Penyebabnya mungkin faktor kebiasaan yang jelek seperti merokok dan minum-minuman alkohol juga pekerjaan yang banyak membuat kecemasan.
Penyakit jantung koroner / Miocard Infark banyak terjadi pada pria. Meskipun rate pria lebih tinggi dari pada wanita pada rentang usia 24–60 tahun namun pada wanita terjadi peningkatan pada usia 64 tahun. ( Mary S.Webb, RN,MS. 1994)
2.5.3 Status Perkawinan
Perkawinan adalah jalan kehidupan tempat tiap orang berjuang bahkan menyerah (Dartkowski, 1999).
Seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai rasa percaya diri dan ketenangan dalam melakukan kegiatan, karena mereka pernah mengalami menjadi bagian dari keluarga, maupun sebagai anggota dari masyarakat, sehingga diharapkan dapat memahami keberadaannya (Jemes. C dan D.Gressey, 1984).
Pada status perwkinan sangat menunjang untuk melihat sejauh mana tingkat kecemasan pasien dengan miocard infark, dampak perkawinan menambah seseorang harus banyak berpikir dan membuat ia stressor yang tinggi dan kurang tidur dengan demikian mempercepat timbulnya stress.
2.5.4 Riwayat penyakit masa lalu
Pasien yang sudah pernah mendapat serangan jantung, atau sudah pernah masuk rumah sakit akan jauh berbeda dengan pasien yang baru mendapat serangan jantung.
Pasien yang baru masuk rumah sakit terlebih menderita kasus jantung, dia akan berpikir bahwa penyakitnya sangat serius dan bahkan bisa menimbulkan kematian secara mendadak. Dengan demikian akan menambah kegelisahannya dan akan memperlambat tingkat kesembuhan.
2.6 Kerangka Konseptual
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi kerja yang melibatkan perawat didalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang harus dikerjakan.
Model konseptual keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan pengajaran. Olehnkarena itu model konseptual harus diperkenalkan untuk memperkuat profesi perawat.
Tantangan dalam pembuatan konseptual adalah menyediakan lingkungan dimana perawat dapat berpikir, berkreasi dan mungungkapkan ide-ide.
Penerimaan model keperawatan sebagai bagian integral dari keperawatan dapat berarti bahwa perawat mencari pengakuan kerja.
Dalam pembuatan krangka konseptual pada kasus ini dipakai menurut Neuman, dimana menjelaskan bahwa perawat adalah profesi yang unik tentang manusia, semua variabel yang mempengaruhi respon individu terhadap stressor ( Jaelan. Dkk 1994).
Secara individu seseorang terdiri dari fisiologi, psikologi ,sosiokultural yang mengalami perkembangan.
Medel sistem pada pasien berupa bentuk dasar atau utama dari faktor pertahanan lingkungan oleh sistem yang dibentuk oleh garis resisten, mempertahankan garis normal dan mempertahankan garis yang mudah berubah.
Peran perawat dalam hal ini adalah mengedentifikasi stressor yang ada dan mengkaji individu terhadap stressor.
Fokus intervensi , memperkuat pertahanan dalam batas yang normal, dan konsekwensi tindakan ditujukan adanya perbaikan ; misalnya adanya perubahan masalah kesehatan kearah keinginan untuk sehat dan stabil.
2.6.1 Diagram
Tingkat Kecemasan :
Ringan :
Kemungkinan nafas pendek
Meningkatnya irama jantung dan tekanan darah
Gejala yang tidak enak pada lambung
Ekspresi muka seperti
Sedang
Nafas sering memendek
Denyut jantung meningkat
Tekanan darah meningkat
Mulut kering,anoreksia,diare atau konstipasi
Badan gemetar, ekpresi wajah ketakutan
Susah relaks dan tidur
Berat
Nafas memendek,rasa ter cekik
Hipotensi,pusing,nyeri dada
Nausea, Agitasi, Koordinasi motorik kurang, gerak tubuh involunter, tubuh bergetar ekspresi wajah menakutkan.
Dari uraian diatas maka secara singkat dapat dilihat dan digambarkan dalam Kerangka konseptual sebagai berikut :
Infark Miocard
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
Jenis kelamin
Usia
Status perkawinan
Riwayat penyakit
miocard Infark ter
dahulu.
2.6.2 Hipotesis.
Tujuan dari studu ini adalah untuk mengukur level anxietas pada pasien post Miocard infark, Apakah ada perbedaan antara tingkat kecemasan pada pasien laki-laki dan perempuan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Burns and Crove, 1991 ; 171). Dalam penelitian ini menggunakan design “Comparatik exploratori yang digunakan untuk menggambarkan dan menyebutkan perbedaan dan persamaan antara crender dari subjek yang diteliti.
3.3 Identifikasi Variabel.
3.3.1 Variabel Independent
Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel dependen (Srikandi, 1997 ; 12).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah IMA ( Infark Miokard Akuta ).
3.3.2 Variabel Dependent
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent atau bebas (Noto atmojo, 1993 ).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perbedaan tingkat kecemasan diantara jenis kelamin ( laki-laki dan perempuan ).
3.4 Definisi Operasional
3.4.1 Perbandingan
Adalah pembedaan diantara dua yang sampel yang harus diteliti, dam macam yang harus diteliti tidak pasti, tetapi bervariasi.
3.4.2 Kecemasan
Adalah kebingungan , ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Stuart, GW. 1995)
3.4.3 Infark Miokard
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemik miokard dan nekrosis ( I Made kariasa, 1993 )
3.5 Sampling Desain
3.5.1 Populasi
adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Noto atmojo, 1993 ; 35). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien IMA laki-laki dan perempuan yang dirawat dalam Intensif Coronari Care Unit RSUD.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Srikandi K , 1997 ; 18).
Kreteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti.
Kreteria inklusi dalam penelitian ini :
Bersedia untuk diteliti.
Diagnosis primer akta MI ( first / sulsequent ).
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
Mampu membaca dan mengerti informed consent yang diberikan oleh penannya.
Kreteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti.
Kreteria inklusi dalam ini penelitian ini :
Bersedia untuk diteliti.
Diagnosis primer Akut Miocard Infark ( first / subsequent ).
Oreentasi terhadap waktu , tempat dan orang.
Mampu mambaca dan mengerti informed consent yang diberikan oleh penanya.
Kreteria eksklusi dalam penelitian ini :
Tidak bersedia untuk diteliti.
Meninggal sewaktu di CCU.
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel ( Chandra, 1995 ; 41 ). Dalam penelitian ini besar sampel untuk pasien laki-laki adalah 25 orang sedangkan untuk pasien perempuan 15 orang.
3.5.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Burns & Grove, 1991 ; 37).
3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Setelah mendapat persetujuan dari Ketua Program studi Ilmu Keperawatan , Peneliti mengadakan pendekatan kepada responden untuk mendapatkan persetujuan dari responden .
3.6.1 Tehnik pengumpulan data.
Kuesioner yaitu tehnik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh para responden sendiri. Tehnik ini digunakan untuk menilai kecemasan sebagai kelainan klinis dan menentukan gejala kecemasan.
Selain itu peneliti juga mengobservasi langsung dengan pengukuran tekanan darah, nadi yang dapat dilakukan secara langsung.
3.6.2 Tehnik Analisa data
Untuk mengetahui tingkat cemas, setiap item pertanyaan dari instrumen kuisioner yang diberikan terdiri dari 4 pilihan jawaban, dengan pembobotan sebagai berikut :
A = tidak pernah sama sekali (skor 1)
B = kadang-kadang saja mengalami demikian (skor 2)
C = sering mengalami demikian (skor 3)
D = selalu mengalami demikian (skor 4)
Setelah semua nilai terkumpul dengan nilai rentang 20-80, dan menggunakan skor standar, didapatkan :
Bila nilai 21-40, dikatagorikan cemas ringan
Bila nilai 41-60, dikatagorikan cemas sedang
Bila nilai 61-80, dikatagorikan cemas berat
3.7 Masalah Etika.
Dalam melakukan penelitian, peneliti mangajukan permohonan izin kepada Pengelola Program Studi Ilmu Keparawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
3.7.1 Lembar Persetujuan Penelitian diberikan pada responden.
Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika bersedia diteliti maka harus harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
3.7.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama pada subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu.
3.7.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.
3.8 Keterbatasan
3.8.1 Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban lebih banyak dipengaruhi oleh sikap dan harapan-harapan pribadi yang bersifat subjektif, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
3.8.2 Waktu penelitian terbatas, sehingga sampel yang didapatkan terbatas jumlahnya sehingga kurang sempurna dan kurang memuaskan.
3.9 Tempat dan Jadwal Waktu penelitian
3.9.1 Tempat Penelitian.
Sehubungan dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi lokasi penelitian adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya.
3.9.2 Jadwal waktu penelitian.
Waktu yang digunakan selama penelitian ini seperti yang tercantum pada fase-fase sebagai berikut :
1) Fase persiapan dan pembuatan proposal dilakukan dari tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Juni 2001
2) Fase pembuatan pertanyaan dan penjajagan dilakukan dari tanggal 1 juli sampai 31 agustus 2001
3) Fase pengumpulan data dilapangan dilakukan dari tanggal 1 September sampai 30 September 2001.
4) Fase pengolahan data dilakukan dari tanggal 1 sampai 31 Oktober 2001.
5) Fase penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan dari tanggal 1 sampai 30 Nopember 2001.
LEMBAR KUESIONER
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pernyataan ini berlaku dan ditujukan untuk menilai kondisi Kecemasan yang bapak/ibu hadapi selama dalam kurun waktu perawatan di ICCU.
2. Berilah tanda silang ( X ) pada alternatif jawaban yang telah tersedia
3. Pada alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan, kecuali nomer 20, yang dimaksud dengan :
a. Kadang-kadang saja mengalami demikian : 1-2 kali seminggu
b. Sering mengalami demikian : 3 – 4 kali dalam seminggu
c. Selalu mengalami demikian : lebih dari 4 kali seminggu.
4. Sedangkan untuk alternatif jawaban pertanyaan nomer 20, yang dimaksud dengan :
a Kadang-kadang saja : lebih dari 8 kali, selama 1 – 2 hari dalam satu minggu.
b Sering mengalami demikian : lebih dari 8 kali 3 – 4 hari dalam seminggu
c Selalu mengalami demikian : lebih dari 8 kali setiap hari dalam seminggu.
5. Jawablah setiap pertanyaan dengan sebenarnya dan usahakan jangan ada jawaban untuk setiap pertanyaan yang ketinggalan.
6. Sekali lagi jawablah semuanya, terimakasih.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda ( X ) bila bapak/ibu mengalami :
A. Tidak pernah sama sekali
B. Kadang-kadang saja mengalami demikian
C. Sering mengalami demikian
D. Selalu mengalami demikian.
link download disini
Home » proposal kesehatan
» Proposal kesehatan "tingkat kecamasan pasien laki-laki dan perempuan pada kasus Miocard Infark"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Proposal kesehatan "tingkat kecamasan pasien laki-laki dan perempuan pada kasus Miocard Infark""
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya