ASFIKSIA NEONATORUM
DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnea serta sering berakhir dengan asidosis respiratorik.
ETIOLOGI
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibuke janin pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
Menurut Toweil (1996), penyebab kegagalan pernapasan pada bayi disebabkan oleh :
Faktor ibu
• Hipoksia ibu.
• Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun.
• Gravid ke-4 atau lebih
• Sosial ekonomi rendah.
• Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin, misalnya hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dll.
Faktor Plasenta
• Plasenta tipis.
• Plasenta kecil.
• Plasenta tak menempel.
• Solusio plasenta.
• Perdarahan plasenta.
Faktor janin/neonatus
• Prematur.
• Gemelli.
• Tali pusat menumbung.
• Kelainan kongenital.
Faktor persalinan
• Partus lama.
• Partus tindakan.
TANDA DAN GEJALA
Pernapasan cuping hidung.
Pernapasan cepat (takipnea).
Nadi cepat (takikardi).
Sianosis.
Nilai apgar kurang dari 6.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dengan kassa steril.
2. Potong tali pusat dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
3. Apabila bayi tidak menangis, lakukan cara sebagai berikut :
a. Rangsang taktil dengan cara memepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung.
b. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan napas buatan dari mulut ke mulut.
4. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia dengan cara :
a. Membungkus bayi dengan kain hangat.
b. Badan bayi harus dalam keadaan kering.
c. Jangan memandikan bayi dengan air dingin,gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi.
d. Kepala bayi ditutup dengan kain dan topi kepala yang terbuat dari plastik.
e. Gunakan tehnik kanguru yaitu skin to skin contact.
5. Apabila nilai apgar pada menit ke-5 sudah baik (7-10) lakukan perawatan selanjutnya yaitu :
a. Membersihkan badan bayi.
b. Perawatan tali pusat.
c. Pemberian ASI sedini mungkin.
d. Memasang pakaian bayi.
e. Memasang tanda pengenal bayi
6. Ajarkan pada orang tua/ibu bayi tentang :
a. Membersihkan jalan napas bayi.
b. Menetekkan bayi dengan baik.
c. Perawatan tali pusat.
d. Memndikan bayi.
e. Tanda-tanda gangguan pernapasan dini.
7. Menjelaskan tentang pentingnya :
a. Pemberian ASI sedini mungkin sampai bayi berusia 2 tahun.
b. Makanan bergizi bagi ibu selama menyusui.
c. Makanan tambahan buat bayi di atas usia 6 bulan.
d. Mengikuti program KB sesegera mungkin.
8. Apabila nilai APGAR pada menit ke-5 belum mencapai nilai normal, persiapkan bayi untuk di rujuk ke RS. Jelaskan kepada keluarga bahwa anaknya harus di rujuk ke RS.
ASTHMA BRONCHIAL
DEFINISI
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakhea dan bronchus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan saluran napas.
ETIOLOGI
Penyebab asthma belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama adalah reaksi berlebihan dari trchea dan bronchus (hyperaktivitas bronchus) karena adanya hambatan sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim adeniksiklase dan meningginya tonus parasimpatik, sehingga terjadi spasme bronchus. Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas antara lain :
Faktor genetik.
Biokimia
Saraf otonom.
Imunologis.
Infeksi
Endokrin
Psikologis
dan lingkungan
Oleh sebab itu asthma disebut penyakit multifaktorial.
STADIUM ASTHMA
STADIUM I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksismal karena iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengunpul merupakan benda asing yang merangsang batuk.
STADIUM II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak napas berusaha bernapas lebih dalam. Ekspirium memanjang dan terdengar bunyi mengik. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Terdapat retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah dan pucat, sianosis sekitar mulut. Thoraks membungkuk kedepan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada pernapasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernapasan abdominal, retraksi suprasternal dan interkostal.
STADIUM III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit sehingga suara napas hampir tidak terdengar.
Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekwensi napas yang mendadak meninggi.
Dapat terjadi sianosis dan sudah terganggu aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN
? PENGKAJIAN
? Pernapasan
? Napas pendek
? Adanya wheezing
? Adanya retraksi
? Tacipnea
? Batuk kering
? Ronchi
? Cardiovaskuler
? Tachicardi
? Neurologis
? Kelelahan
? Ansietas
? Sulit tiudr
? Muskuloskeletal
? Intoleransi aktivitas
? Integumen
? Cianosis
? Pucat
? Psikososial
? Tidak kooperatif selama perawatan.
? DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas b/d konstriksi bronkus
Kriteria Evaluasi :
Anak akan menunjukkan perbaikan pertukaran gas ditandai dengan : tidak adanya wheezing dan retraksi, batuk menurun, warna kulit kemerahan, cappilary refill time 3-5 detik, keletihan kurang
INTERVENSI :
a. Dorong anak untuk latihan batuk dan tehnik napas dalam setiap 2 jam, instruksikan untuk mengambil 3-4 kali napas dalam, kemudian batukkan dalam posisi duduk.
Rasional : Batuk membantu membersihkan mukus dari paru dan napas dalam memperbaiki oksigenasi. Posisi duduk dapat memudahkan untuk batuk.
b. Suction jika perlu.
Rasional : Membantu mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak sendiri.
c. Lakukan fisioterapi dada
Rasional : Membantu mengeluarkan sekresi, meningkatkan ekspansi paru.
d. Kaji Respiratory Rate (RR), auskultasi bunyi napas.
Rasional : Sebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah perawatan diberikan.
e. Beri posisi high fowler atau semi fowler
Rasional : Mengembangkan ekspansi paru.
f. Berikan bronkhodilator : Albuteral dan steroid.
Rasional : Otot pernapasan jadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi.
g. Siapkan O2 kalau perlu.
Rasional : Memperbaiki oksigen dan mengurangi sekresi.
h. Monitor peningkatan pengeluaran sputum
Rasional : Sebagai indikasi adanya kegagalan pada paru.
i. Jauhkan anak dari bahan sumber alergen
Rasional : Dapatmenyebabkan timbulnya serangan.
2. Kelelahan b/d hipoksia
Kriteria Evaluasi : Anak akan menunjukkan penurunan kelelahan ditandai dengan penurunan agitasi, tidak ada gangguan tidur, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, peningkatan kemampuan dalam beraktivitas.
INTERVENSI :
a. Kaji tanda-tanda hypoksia/hipercapnea, kelelahan, agitasi.
Rasional : Deteksi dini untuk mencegah hipoksia/hipercapnea mencegah keletihan lebih lanjut.
b. Bringkan anak dalam posisi supinasi dengan kepala 45 °.
Rasional : Meningkatkan kemampuan ekspansi paru, memperbaiki oksigenasi, menurunkan kelelahan.
c. Berikan waktu istirahat dan lingkungan yang tenang.
Rasional : Meningkatkan aktivitas klien, meningkatkan perbaikan pernapasan, menurunkan keletihan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d distress Gastrointestinal.
Kriteria Evaluasi : Anak akan menunjukkan penurunan distress gastrointestinal ditandai dengan : Penurunan nausea, dan vomiting, adanya perbaikan nutrisi/intake.
INTERVENSI :
a. Sajikan porsi makan kecil tapi sering 5-6 kali sehari dengan makanan yang disukainya dan bervariasi.
Rasional : Makanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan, lambung tidak terlalu penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan. Makanan yang disukaidan bervariasi mendorong anak untuk makan dan meningkatkan intake
b. Sajikan makanan halus, rendah lemak, gunakan warna.
Rasional : Makanan berbumbu dan tidak berlemak dapat meningkatkan distress gastrointestinal sehingga sulit untuk dicerna.
c. Hindari makanan yang dapat menyebabkan alergi.
Rasional : Dapat menimbulkan serangan akut pada anak yang sensitif.
4. Risiko kekurangan cairan tubuh b/d hilangnya cairan melalui saluran pernapasan.
Kriteria Evaluasi : Anak dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat ditandai dengan turgor kulit baik, output 1-2 ml/kg/jam.
INTERVENSI :
a. Kaji turgor kulit, monitor urine out put setiap 4 jam.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat hidrasi dan kebutuhan cairannya.
b. Dorong anak untuk minum 3-8 gelas (240 ml) gelas/hari, tergantung pada usia anak.
Rasional : Anak membutuhkan cairan yang cukup untuk mempertahankan hidrasi dan keseimbangan asam basa untuk mencegah shock.
5. Tidak mau bekerjasama b/d kehilangan kontrol diri
Kriteria Evaluasi : Aanak akan kerjasama selama perawatan ditandai dengan : anak mau minum obatnya dengan baik, berpartisipasi dalam perawatan rutin.
INTERVENSI :
a. Ssebagai pendekatan, libatkan anak dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan rutin seperti : waktu dilakukannya fisioterapi dada dan saat makan.
Rasional : Meningkatkan perasaan sehingga anak mau bekerjasama selama perawatan.
b. Jelaskan pada anak tentang semua prosedur : Pemeriksaan laboratorium, fisioterapi dada dan alasan pentingnya ia mengikuti program pengobatan.
Rasional : Menurunkan rasa takut dan kehilangan kontrol akan dirinya.
6. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan rumah (home care).
Kriteria Evaluasi : Anak dan orang tua akan menunjukkan/memahami tentang instruksi perawatan rumah.
INTERVENSI :
a. Jelaskan fisiologi dari penyakit kepada anak dan orang tua.
Rasional : Dapat mendorong anak dan orang tua untuk bekerjasama selama proses pengobatan.
b. Berdasarkan riwayat kesehatan anak, jelaskan tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan : allergen, infeksi, latihan, perubahan cuaca dan stress.
Rasional : Menurunkan serangan yang akan datang.
c. Jelaskan pada anak dan orang tua tanda dan gejala dari infeksi saluran pernapasan, termasuk demam, distress pernapasan, wheezing, tacipnea.
Rasional : Deteksi dini dan perawatan pada infeksi saluran pernapasan dapat mencegah/mengurangi distress yang berhubungan dengan serangan asthma.
d. Jelaskan pada anak dan orang tua tentang pentingnya minum obat/serta efek samping obat tersebut.
Rasional : Beberapa obat dapat menyebabkan fluktuasi TD, dan dapat mengontrol serangan asthma.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA
A. DEFINISI
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada jaringan paru-paru.
B. ETIOLOGI
1. Virus
Respiratory Synctial virus, influenza virus, adeno virus, cytomegali virus.
2. Bakteri
Diplococus pneumonia, pneumococcus, streptococcus Haemoliticus, Stapilococcus Aureus, Haemophilus influenza, Bacillus friedlander, Bacilustuberculosis.
3. Mycoplasma
Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur
Histoplasmasis Capsulatum, Crystococcus neofarmans, blastomyces dermatitis, candida albicans.
5. Aspirasi benda asing
Makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
C. PATOFISIOLOGI
? Bronchopneumonia adalah istilah yang menggambarkan keadaan peradangan akut di parenkim paruparu. Kuman patogen dari udara masuk ke dalam jalan napas dan alveoli. Kerusakan paru-paru berbeda derajatnya bergantung dari tingkatan tipe organisme dan beratnya infeksi.
? Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris celullar ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas.
? Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik.
D. KOMPLIKASI
1. Empiyema
2. OMA
3. Meningitis
4. Perikarditis
5. Pleural Effusion
E. GAMBARAN KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa hari.
Gejala-gejala yang timbul adalah :
• Suhu naik 39-40 ° C.
• Batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
• Sesak napas (dyspnea).
• Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan cyanosis disertai mulut dan hidung.
• Perubahan bunyi napas
• Anak gelisah.
• Takipnea/hiperventilasi.
• Mual/muntah.
• Kadang-kadng disertai muntah dan diare.
• Penurunan kesadaran.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
? Leukositosis
? LED meningkat
2. Radiologi
? Terdapat bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu lobus atau beberapa lobus.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian oksigen.
2. Pemberian cairan sesuai kebutuhan.
3. Istirahat.
4. Antibiotik diberikan sesuai etiologi
A. Pengkajian Keperawatan
• Kaji tanda-tand distress pernapasan :
? Serangan dan lamanya batuk.
? Konsistensi sputum kental.
? Pernapasan cepat dan dangkal.
? Pergerakan dada yang terbatas.
? Diaforesis.
? Kadang-kadang nyeri dada.
? Adanya bunyi ronchi/wheezing.
• Kaji adanya demam, takikardia, malaise, anoreksia
• Riwayat pasien dan keluarganya :
Penyakit-penyakit sebelum terserang bronchopneumonia perlu ditanyakan, misalnya : Penyakit morbili atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan kondisi pasien lemah.
• Kondisi lingkungan (sosial ekonomi)
• Status gizi anak dan pengetahuan orang tua tentang gizi dan penyakit.
B. Diagnosa Keperawatan :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
2. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan meningkatnya produksi sekret.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolar kapilar.
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan adanya Dysnea dan Hospitalisasi.
5. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan proses penyakit dan prosedur pengobatan.
C. Intervensi Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Klien akan menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
Tindakan Keperawatan :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Beri kompres air
3. Ganti pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
4. Ganti segera popok yang basah
5. Beri minum air putih sesering mungkin
6. Ukur intake dan output
7. Pantau perubahan produksi urine
8. Beri obat sesuai dengan instruksi :
- Antipiretik
- Antibiotik.
Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan meningkatnya produksi sekret.
Tujuan : Klien akan menunjukkan jalan napas adekuat dengan kriteria tidak adanya sekret, batuk dan tidak terdengar suara napas tambahan (Ronchi/Wheezing)
Tindakan keperawatan :
1. Kaji status pernapasan setiap 2 jam :
- Suara napas
- Irama pernapasan teratur atau tidak teratur
- Penggunaan otot-otot aserosis pernapasan
- Warna kulit
- Tingkat kesadaran
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3. Atur posisi, tinggikan posisi kepala diatas tempat tidur (hindari penggunaan posisi duduk pada bayi karena dapat meningkatkan tekanan diafragma)
4. Buat jadwal fisioterapi dada sebelum makan dan istrahat.
5. Kaji batuk dan keadaan pernapasan
6. Beri oksigen sesuai dengan instruksi
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolar kapiler.
Tujuan : Klien akan terpenuhi suplai oksigen dan ventilasi adekuat dengan kriteria tidak adanya tanda-tanda sianosis.
Tindakan keperawatan :
1. Monitor tanda-tanda sianosis
2. Atur posisi baring yang memudahkan ventilasi dan perfusi
3. Bantu anak mengeluarkan lendir dengan membatukkan atau menggunakan pengisapan lendir.
4. Awasi adanya perubahan status mental dan tingkat kesadaran
5. Beri oksigen sesuai instruksi
6. Monitor analisa gas darah.
Kecemasan orang tua/anak berhubungan dengan adanya Dysnea dan Hospitalisasi.
Tujuan : Kecemasan orang tua menurun yang tandai tidak labil, nampak rileks dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tindakan keperawatan :
1. Kaji tingkat kecemasan anak dan orang tua dalam merasakan penyakit ini
2. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti
3. Anjurkan orang tua untuk menemani anaknya
4. Ajarkan orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya secara verbal dan perhatikan serta respon yang empati.
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan proses penyakit dan prsedur pengobatan.
Tujuan : Orang tua klien mengerti/mengetahui tentang proses penyakit dan prosedur pengobatan anaknya.
Tindakan keperawatan :
Perencanaan pemulangan :
a. Instruksikan orang tua untuk memberikan cairan yang adekuat dan istrahat
b. Instruksikan orang tua untuk memberikan obat antipiretik bila demam sesuai dengan instruksi dokter
c. Instruksikan orang tua untuk memberikan antibiotik sesuai dengan dosis dan waktu yang telah di tentukan
d. Hindari merokok dekat dengan anak
e. Instruksikan orang tua untuk melakukan kontrol ulang ke dokter.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Askep ASFIKSIA NEONATORUM"
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya