ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “N” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS BUNGI KOTA BAUBAU

http://asmanurs3.blogspot.com/
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
Untuk mencapai tujuan pembagunan kesehatan pemerintah dengan segala keputusan dan fasilitas yang ada berupaya agar seluruh lapisan masyarakat dapat meraih serta menikmati hidup sehat yang meliputi sehat fisik, social serta bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep. Kes RI, 2000).
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat, 2007).
Salah satu fokus asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pencernaan diantaranya adalah gastritis. Gastritis merupakan inflamasi pada mukosa lambung yang sering di akibatkan oleh diet yang diet yang tidak teratur, ulkus dari mukosa lambung maupun bakteri Helicobacteri Pylory. yang di sebabkan oleh berbagai macam penyebab, di antaranya penggunaan obat analgetik, anti inflamasi, bahan-bahan kimia dan pola hidup yang kurang sehat seperti pada pengguna alkohol dan merokok.  Gastritis ini dapat bersifat akut dan kronis  ( Brunner &Suddarth, 2002).
Badan penelitian dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara di dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, di antaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5 %, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 Juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di asia tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis  yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Sanghai sekitar 17,2 % yang secara substansial lebih tinggi dari pada populasi di Barat yang berkisar 4,1 % dan bersifat Asimptomatik. Persentase angka kejadian Gastrits di Indonesia menurut WHO adalah 40,8 % (Kurnia, Rahmi: 2011 kronis  ( Brunner &Suddarth, 2002).
Departemen Kesehatan RI, angka kejadian gastritis di kota Surabaya sebesar  31,2 %, Denpasar 46 %, Bandung 32,5 %, Palembang 35,3 %, Aceh 31,7 %, Pontianak 31,2 %, sedangkan di Medan  91,6 % , hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. (Maulidiyah&Unun, 2010).
Penyakit Gastritis Dipuskesmas bungi kota Baubau pada tahun 2012 terdapat 86 pasien, tahun 2013 dari bulan januari – mei terdapat 64 pasien.
Selain gastritis ini mempunyai dampak pada kehidupan yang biasanya muncul gejala-gejala seperti anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna yang mengakibat anemia sehingga klien tidak dapat hidup produktif secara ekonomi maupun sosial. (http://www.kes /2010//askep-gastritis).
Gastritis bila tidak diatasi dengan cepat maka akan  menimbulkan perdarahan sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung. Selain  itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian. Sebagian besar penyebab dari gastritis adalah  pola makan yang tidak teratur, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan rokok, serta stress. Oleh Karena itu, penderita gastritis harus melakukan pola hidup yang sehat( Harison, 2000: 1550, dalam Hastuti 2007).
Tenaga keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, merupakan tenaga terdepan dalam sistem pelayanan, harus mampu menghadapi berbagai dampak negatif dari modernisasi kehidupan manusia itu, dihadapkan pada perlunya berespon terhadap timbulnya tuntutan dan tantangan yang berhubungan dengan kemajuan teknologi dan sains dalam pelayanan kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada didekat penderita, tenaga perawat seyogyanya dibekali dan membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan klinik yang memungkinkan perawatan mampu mengaktualisasikan diri secara professional ketika memberikan pelayanan pada unit-unit pelayanan atau perawatan (Nursalam, 2001).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis di Ruang perawatan Puskesmas Bungi Kota Baubau Tahun 2013”.
B.    Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada pasien Ny. “N” dengan masalah sistem pencernaan: Gastritis di ruang rawat inap puskesmas Bungi Kota Baubau Tahun 2013?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi/gambaran asuhan keperawatan pasien dengan gastritis di ruang rawat inap puskesmas Bungi Kota Baubau.
2.    Tujuan Khusus
a.    Dapat melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada pasien Ny. “N” dengan gangguan sistem pencernaan; Gastritis di ruang rawat inap puskesmas Bungi.
b.     Dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah pada pasien Ny. “N” Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis.
c.    Dapat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien Ny. “N” dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis di ruang rawat inap puskesmas Bungi Kota Baubau.
d.    Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan pada pasien Ny. “N” Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis di ruang rawat inap puskesmas Bungi Kota Baubau.
e.    Dapat dapat mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada pasien Ny.”N” Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis di ruang rawat inap puskesmas Bungi Kota BauBau.
f.    Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan.
g.    Dapat membandingkan antara dari yang didapat dengan penelitian yang dilakukan selama melakukan penelitian di ruang rawat inap puskesmas Bungi Kota Baubau.

D.    Manfaat Penulisan
1.    Manfaat bagi Puskesmas
Dapat menjadi bahan informasi bagi pihak Puskesmas untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam penerapan asuhan keperawatan.
2.    Manfaat bagi institusi
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam  upaya mempersiapkan calon tenaga keperawatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam proses asuhan keperawatan khususnya penerapan asuhan keperawatan pada penyakit Gastritis.
3.    Manfaat Bagi Perkembangan Profesi Keperawatan
Memberikan sumbangsih pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dalam rangka pengembangan dan kemandirian profesi keperawatan.
4.    Manfaat bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan; gastritis.

E.    Metode Telaahan
Metode telaahan yang digunakan penulis dalam penulisan karya tulis   proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,   rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sebelum menyusun karya tulis ilmiah ini adalah :
1.    Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung kepada pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat.
2.    Observasi
Mengamati keadaan pasien secara langsung yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual.
3.    PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik adalah pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien secara persistem dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

4.    Studi Dokumentasi
Melakukan pengumpulan data atau informasi melalui catatan dan arsip dari medical record yang berhubungan dengan perkembangan kesehatan pasien.
5.    Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah mencari sumber melalui bahan bacaan atau kejelasan teori buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan yang berhubungan dengan masalah pasien.

F.    Waktu Pelaksanaan
    Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 30 juni-02 Juli 2013.

G.    Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini di laksanakan di Ruang Perawatan Puskesmas Bungi Kota Baubau.
H.    Sistematika Penulisan
Untuk memahami apa yang dibahas dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, maka penulis menguraikan dalam beberapa bab dan sub bab sebagai berikut :
Bab I     :   Pendahuluan, menjelaskan Latar Belakang, Ruang lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan dan Tempat Pelasanaan serta Sistematika Penulisan.
Bab II    :  Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Pada  : Gastritis, bab ini menguraikan:
A.    Konsep Dasar Medik terdiri dari:
Anatomi, Pengertian, Fisiologi sistem, Pencernaan, Manifestasi Klinik, Etiologi, Patofisiologi, Komplikasi, Penatalaksaan Medik.
B.    Konsep dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dengan gangguan sistem pencernaan; Gastritis yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan, dan Evaluasi.
Bab III    : Tinjauan Kasus, bab ini berisikan laporan kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan Pada pasien Ny. N dengan Gangguan Sistem Pencernaan; gastritis
Bab IV     : Pembahasan, yang berisi kanula sannaratif dari setiap tahapan keperawatan yang dilakukan serta perbandingan antara teori dan kasus secara sistematis dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
        Bab V     : Kesimpulan Dan Saran, bab ini berisikan kesimpulan dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran atau rekomendasi yang optimal terhadap masalah yang ditemukan.
        Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar
1.    Pengertian
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut. ( Imu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. ( Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)
Gastritis adalah inflamasi pada mucosa lambung bersifat akut maupun kronis (Ester M, 2003).
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan pada mucosa lambung bersifat akut maupun kronis, difusI atau lokal (Soeparman, 2000).
Gastritis adalah inflamasi pada mucosa lambung (Brunner & Suddarth, 2002).
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada mucosa lambung yanag bersifat akut maupun kronis, difusI atau lokal.

2.    Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
a.    Anatomi sistem pencernaan
           Secara garis besar sistem pencernaan terdiri dari sistem pencernaan bagian atas dan sistem pencernaan bagian bawah.


Gambar. Struktur Sistem Pencernaan
1)    Sistem pencernaan bagian atas terdiri atas :
a)    Mulut
Mulut adalah permulaan dari saluran pencernaan yang terdiri dari 2 bagian yaitu :
(1)    Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara guzi, gigi, bibir dan pipi.
(2)    Bagian dalam rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis dan di sebelah belakang bersambung dengan awal faring (Pearce, 2002).
Atap mulut dibentuk oleh pelatum dan lidah terletak dan teikat pada tulang rawan pada hyoid. Di dalam mulut terdapat saliva yang dihasilan oleh tiga kelenjar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis. Saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung enzim pencernaan zat tepung ptyalin dan sedikit zat padat. Fungsi saliva yaitu bekerja secara fisis atau kimia.
(1)    Kerja fisisnya ialah membasahi mulut, membersihkan lidah dan memudahkan orang bicara.
(2)    Kerja kimiawinya disebabkan enzim ptyalin (amylase ludah) yang didalam lingkungan alkali bekerja atas zat gula dan zat tepung yang telah dimasak (Pearce, 2002).
b)    Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus). Di dalam lingkungan faring terdapat tonsil yaitu kumpulan limfa yang banyak mengandung limfosit yang merupakan bentuk pertahanan terhadap infeksi (Pearce, 2002).

c)    Esofagus
Esofagus merupakan sebuah tabung berotot yang panjangnya dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung. Esofagus berdinding empat lapis di sebelah luar terdiri atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua lapisan serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah lapisan submukosa dan paling dalam terdapat selaput lendir mukosa (Pearce, 2002).
d)    Gaster (Lambung)
Lambung menerima makanan dari esofagus melalui orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara. Kontraksi otot lambung mencampur makanan dengan getah lambung. Getah lambung merupakan sekret yang dikeluarkan dalam lapisan mukosa. Getah ini mengandung 0,4 % asam hidroklorida (HCL) yang mengasamkan semua makanan, bekerja sebagai zat antiseptik dan desinfektan serta menyediakan lingkungan untuk pencernaan protein.
Lapisan lambung terdiri dari :
(1)    Lapisan peritoneal yang merupakan lapisan serosa
(2)    Lapisan berotot
(3)    Lapisan submukosa yang terdiri jaringan aleora berisi pembuluh darah dan saluran limfa.
(4)    Lapisan mokosa terdiri dari banyak kerutan atau rugae.  Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe yang dapat mengeluarkan sekret. 
Beberapa enzim pencernaan yang terdapat dalam getah lambung yaitu :
(1)    Pepsin yang berfungsi mengubah protein menjadi peptone
(2)    Rennin adalah ragi yang membekukan susu dan membentuk kasien dari karsinogen yang dapat larut
(3)    Lipase yang berfungsi memecahkan lemak (Pearce, 2002).
2)    Sistem pencernaan bagian bawah terdiri atas :
a)    Usus halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan terdiri dari :
(1)    Duodenum atau usus dua belas jari
Panjangnya kira-kira 25 cm, berbentuk sepatu kuda.  Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang disebut ampula hepatopankreas atau ampula vateri. Empedu dibuat di hati dan dikeluarkan ke duodenum yang berfungsi mengemulsi lemak sehingga membantu kerja lipase. Di duodenum juga terdapat proses pencernaan hidrat arang menjadi disakarida.
(a)    Amilase berfungsi merombak makanan menjadi glukosa serta bekerja memecah karbohidrat rantai panjang seperti amilium dan dekstrin akan diurai menjadi molekul yang lebih sederhana.
(b)    Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak.
(c)    Tripsin yang berfungsi mengubah protein dan peptone menjadi golongan polipeptida.
(2)    Yeyunum dan ileum
Yeyunum menempati 2/5 bagian sebelah atas usus halus, sedangkan illeum menempati 3/5 bagian akhir. Di usus halus terdapat sakus anterikus (getah usus) yang terdiri dari beberapa enzim yang menyempurnakan pencernaan semua makanan yaitu :
(a)    Enterokinase berfungsi mengaktifkan enzim proteolik
(b)    Tripsin berfungsi menyempurnakan pencernaan protein yaitu polipeptida dijadikan berbagai asam amino.
(c)    Intertase berfungsi bekerja atas gulal.
(d)    Laktase berfungsi membelah laktose menjadi glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa di dalam hati.
(e)    Maltase berfungsi mengubah maltose menjadi dekstrose.
Setelah makanan dicerna seluruhnya kemudian diabosrbsi di dalam usus halus melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran limfe di vili (Pearce, 2002).
b)    Usus besar
Menurut Pearce (2002) mengemukakan usus besar dengan kriteria:
Usus besar atau kolon kira-kira satu setengah meter panjangnya yang merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik. Lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu :
(1)    Selaput lendir
(2)    Lapisan otot melingkar
(3)    Lapisan otot memanjang
(4)    Jaringan ikat
Fungsi usus besar yaitu
(1)    Absorbsi air, garam dan glukosa
(2)    Sebagai populasi bakteri
(3)    Sekresi musin
(4)    Defekasi
Adapun usus besar terdiri dari :
(1)    Sekum
Terletak di bawah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas.
(2)    Apendiks Veriformis
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
(3) Kolon Asendens
Terletak di sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum ke daerah hati.
(4)    Kolon Tranversum
Terletak di bawah hati berbelok pada tempat yang disebut fleksura hepatikal, lalu berjalan melalui tepi daerah apigastrik dan umbilikal.
(5)    Kolom Desendens
Terletak di bawah limpa, membelok sebagai fleksura sinitis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal.
(6)    Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri (Pearce, 2002).
(7)    Rektum
Dimulai pada kolon sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya.

(8)    Anus
Merupakan jalan keluar dari sisa makanan yang diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal (Pearce, 2002).

b.    Fisiologi sistem pencernaan
           Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrisi.  Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta selulosa dan bahan sayuran lain yang tidak bernilai nutrisi. Fungsi utama dari saluran gastrointenstinal yang berhubungan dengan memberikan kebutuhan tubuh ini :
1)    Memecahkan partikel makanan kedalam bentuk molekuler untuk dicerna.
2)    Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil kedalam aliran darah.
3)    Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh. Saat makanan didorong melalui saluran gastrointenstinal, makanan mengalami kontak dengan berbagai sekresi yang membantu dalam pencernaan, penyerapan atau eliminasi dari saluran gastrointensitinal. Proses fisiologi pencernaan terdiri dari :

a)    Pencernaan oral
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana makanan dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan melihat, mencium atau mencicipi makanan akan menyebabkan refleks saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan. Saliva disekresikan dalam mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan kira–kira 1,5 liter setiap hari.  Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase saliva, yang mulai pencernaan zat pati, saliva juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan (Brunner dan Suddart, 2001).
b)    Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan di medula oblongata dari sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan mencegah aspirasi makanan kedalam paru–paru. Menelan mengakibatkan bolus makanan ke dalam esophagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas refleks.
Otot halus di dinding esophagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus kearah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses peristaltik esofagus ini, sfingter esophagus bawah rileks dan memungkinkan bolus makanan masuk lambung. Akhirnya sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah refleks isi lambung kedalam esofagus (Brunner dan Suddart, 2001).
c)    Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai pH serendah 1, memperoleh keasamannya dari asam hidoklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam yaitu :
(1)    Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat diabsorbsi.
(2)    Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai pencernaan protein. Faktor intrinsik juga disekresi oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan vitamin B12 dalam diet, sehingga vitamin dapat diabsorbsi didalam ileum. Kontraksi peristaltik didalam lambung mendorong isi lambung kearah pylorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati sfingter pylorus, partikel ini diaduk kembali kekorpus lambung untuk dihancurkan menjadi partikel lebih kecil.  Paristaltik didalam lambung dan kontraksi sfingter pylorus, memungkinkan makanan dicerna sebagai untuk masuk ke usus halus (Brunner dan Suddart, 2001).
d)    Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakan isi usus ke belakang dan ke depan dalam gerak mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.
e)    Kerja kolon
Dalam empat jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup iliosekal. Katup ini, yang secara normal tertutup, membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus. Pada setiap gelombang peristaltik, katup terbuka secara singkat dan memungkinkan sebagian isinya masuk ke kolon.
f)    Defekasi
Defekasi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot rektum dan merilekskan sfingter anal internal, yang biasanya tertutup. Sfingter internal dikontrol oleh sistem saraf otonom, sfingter eksternal dibawah kontrol sadar dari korteks serebral.  Selama defekasi sfingter anal eksternal secara volunter rileks untuk memungkinkan isi kolon keluar. Secara normal sfingter anal eksternal dipertahankan pada suatu kontraksi tonos. Oleh karena itu defekasi terlihat menjadi refleks spinal yang dapat secara volunter dihambat dengan mempertahankan sfingter anal tertutup.  Kontraksi otot abdomen memudahkan pengosongan kolon (Brunner dan Suddart, 2001).

3.    Etiologi
Gastritis sering disebabkan oleh diet yang sembrono, individu yang makan terlalu banyak atau makan makanan yang mengandung mikroorganisme penyakit, juga oleh bakteri H. Pylori. (suzanne C. Smeltzer, 2001).
Adapun penyebab lainnya seperti obat analgetik anti-inflamasi (aspirin) merokok yang tak henti-henti, minum minuman yang beralkohol. (Widyandana, 4 juni 2007)
Menurut artikel yang ditulis oleh Ns, lukman S.Kep Gastritis disebabkan oleh berbagai penyebab diantaranya :
a.    Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
b.    Bahan-bahan kimia
c.    Merokok
d.    Alkohol
e.    Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
f.    Refluks usus ke lambung.
g.    Endotoksin.

4.    Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh ketidak seimbangan faktor-faktor pencernaan (Anonim, 2007).
Faktor-faktor pencernaan yaitu faktor agresif dan faktor defensive. Faktor-faktor agresif adalah asam lambung, pepsin, obat-obatan, infeksi bakteri dan bahan korosif (Asam dan Basa kuat). Sedangkan faktor-faktor defensive adalah mucus, bikarbonat dan prostaglandin. Dalam keadaan normal, faktor defensive mampu mengusai faktor agresif  sehingga tidak terjadi kerusakan atau kelainan patologik (Arif Mansjoer, 2001).
Mukosa lambung cukup kuat untuk menahan asam lambung, sehingga asam lambung tetap terjaga didalam lambung yang nantinya akan berfungsi untuk mencerna sari-sari makanan, namun karena sering lupa makan atau kebiasaan menunda makan, maka asam lambung bisa mengiritasi lambung. Sehingga dinding lambung lama kelamaan tidak kuat menahan asam lambung dan timbul penyakit gastritis (Widfyandana, 2007).
Gastritis membuat membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (cairan dan darah) dan mengalami erosi sehingga akan mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sedikit asam tetapi banayak mukus dan dapat terjasi atau menimbulkan hemoragi, akibatnya terjadi ketidaknyamanan epigastrik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis, namun kadang hemorargi memerlukan intervensi bedah (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

5.    Manifestasi Klinik
Pada gastritis, gejala awal adalah mual-mual, nyeri pada ulu hati atau rasa tidak nyaman pada perut (widyandana, 2007).
Gejala lainnya adalah muntah, tidak nafsu makan, nyeri tekan pada epigastrium dan penurunan berat badan (Anonim, 2007).
Namun dalam beberapa kasus dapat juga memberikan gejala yang berat, seperti ditemukannya perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan (Arif Mansjoer, 2001).
6.    Tes Diagnostik
Ada tiga cara menegakkan diagnosis, yaitu : gambran klinis dengan melakukan anamnese dengan pemeriksaan fisik, gambaran lesi mukosa akut dengan melakukan endoskopi (alat optic yang dimasukkan melalui mulut kelambung) dan gambaran radiology dengan teknik dobel kontras (kontras ganda).
Namun pada gastritis kronik dilakukan pemeriksaan histopatologi biopsy mukosa lambung dengankultur jaringan untuk membuktikanadanya infeksi H.Pylori. pada pemeriksaan lainnya dilakukan pula rapid ureum tes (CLO), criteria minimal untuk menegakkan diagnosisi H.Pylori jika hasil CLO atau PA positif. Dapat juga dilakukan pemeriksaan serologic untuk H.Pylori (Arif Mansjoer, 2001).

7.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
b.    Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar asam hidroklorida tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B dihubungkan dengan hiperklohidria (kadar tinggi dail asam hidroklorida)
c.    Pemeriksaan sinar x G.I atas
d.    Pemeriksaan Histologis
e.     Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk mendapatkan antibody terahadap antigen H. Pylori
f.     Gastroskopi
g.    Hb, Ht
h.    Serum gastrin menurun atau normal
i.    Serum vitamin B12
j.    Analisis cairan lambung
k.    Biopsi mukosa
l.     Biopsi lambung
m.    Endoskopi.

8.    Penatalaksanaan
a.    Gastriris Akut
1)    Menghindari makanan dan minuman yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung.
2)    Pemakaian penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk mengurangi sekresi asam, sukrafat atau antacid dapat mempercepat penyembuhan).
3)    Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah.
4)     Jika terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus vena.
5)     Lavare jika terjadi korosif yang luas atau berat.
b.    Gastritis Kronik
1)    Memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres dan memulai farmako terapi.
2)    Helicobacter pylori diatas dengan antibiotik (seperti tetraciklin atau amoksilin) dengan garam bismut (peta bismut).
3)    Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung.
4)    Vh B 12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia pernisiosa (Brunner and Suddarth, 2002 : 1063) (C. Boughman, 2000).

9.    Komplikasi
Komplikasi yang paling penting adalah :
a.    Perdarahan saluran cerna bagian atas.
b.    Terjadi ulkus peptikum.
c.    Terjadi perforasi pada kasus berat.

B.    Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Klien dengan Gastritis
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Standar proses keperawatan disusun sebagai asuhan keperawatan  kritikal (Hidayat, 2001).
Proses keperawatan merupakan salah satu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode ilmiah yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta identifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang diinginkan. Proses keperawatan memudahkan identifikasi respon manusia terhadap masalah kesehatan.
Adapun langkah-langkah dalam proses keperawatan sebagai berikut :
1.    Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam mengenal masalah klien sehingga memberi arah kepada tindakan keperawatan. Dalam pengkajian yang dilakukan dalam beberapa tahapan, meliputi :
a.    Pengumpulan data
        Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat di gunakan sebagai informasi tetnag klien. Data yang dibutuhkan mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data tentang factor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien seperti data tentang keluarga, lingkungan yang ada di mana data-data tersebut dapat diperoleh dari klien, keluarga klien atau orang lain yang ada hubungan dengan klien, catatan medis serta tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2007). Adapun data data-data yang dikumpulkan adalah :
1)    Biodata
Data lengkap dari klien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin, kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat serta  identitas penanggung, meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat.
2)    Riwayat Kesehatan
a)    Keluhan utama
Merupakan  keluhan yang di dapat saat pengkajian, pada klien gastritis biasanya bermula dari nyeri ulu hati yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung.
b)    Riwayat keluhan utama
Mengambarkan keluahan saat dilakukan pengkajian serta mengambarkan kejadian terjadinya penyakit ini, dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T.
(1)    Paliative : Apa yang menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya keluhan. Biasanya disebabkan oleh peningkatan asam lambung yang mengiritasi mukosa   lambung. 
(2)    Kualitatif/kuantitas : Bagaimana bentuk gambaran yang dirasakan dan sejauh mana tingkat keluhan. Keluhan yang dirasakan biasanya sampai menggangu aktivitas klien.
(3)    Regio : Lokasi keluhan yang dirasakan dan penyebarannya. Nyeri yang dirasakan pada daerah ulu hati.
(4)    Skala : Itensitas keluhan apakah sampai mengganggu atau tidak. Skala nyeri yang dirasakan pada klien gastritis berkisar antara 4-5.
(5)    Timing : Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini berlangsung. Keluhan nyeri yang dirasakan tidak menentu / pada saat lambung kosong sehingga asam lambung meningkat.

c)    Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji tentang penyakit yang pernah di derita klien seperti jantung, ginjal, dan hipertensi, juga riwayat pembedahan yang pernah di alami saat dulu, baik yang berhubungan dengan timnbulnya Gastritis, maupun yang tidak (Brunner & Suddart, 2011:1629).
d)    Riwayat kesehatan keluarga
Dengan menggunakan genogram tiga generasi, apakah dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit keturunan.
3)    Pemeriksaan fisik
a)    Keadaan umum : Klien nampak lemah
Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan cepat dan nadi juga cepat, tekanan darah  kadang meningkat.
b)    Pemeriksaan fisik secara persistem :
(1)    Sistem pernapasan
Yang perlu dikaji seperti frekuensi pernapasan, pola napas, apakah ada penggunaan otot pernapasan, apakah pengembang dada saat bernapas simetris kiri dan kanan.


(2)    Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi orthostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama pada tibia posterior dan  dorsalis pedis, kesemutan, baal-baal, terjadinya arterosklerosis yang dapat terbentuk baik pada pembuluh darah besar (makrovaskuler change) maupun pembuluh darah kecil (mikrovaskuler change).  Apabila terjadi neuropati pada kelainan jantung maka akan diperoleh kelainan gambaran EKG lambat.
(3)    Sistem pencernaan
Biasanya pada pasien dengan gastritis keluhan yang di dapatkan seperti anoreksia, nyeri pada ulu hati, nafsu makan menurun.
(4)    Sistem Indera
Kaji adanya kerusakan fungsi masing-masing indra akibat dari komplikasi dan keparahan dari penyakit.
(5)    Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya kemampuan otot, stabilitas dan kemampuan pergerakan (ROM), kekuatan sendi ekstrimitas atas dan bawah yang mengakibatkan sulit melakukan aktifitas refleks bisap ++/++, refleks trisep ++/++, refleks patele ++/++, refleks babinski -/-, Apakah menyebabkan gangguan pada sistem ini atau tidak.
(6)    Sistem Integumen
Kaji adanya penurunan turgor kulit, penurunan suhu tubuh, biasanya pada pasien fraktur pada kulit terlihat kemerahan, terjadi pembengkakan, memar, biasanya terdapat luka.
(7)    Sistem Endokrin
Kaji adanya perubahan terhadap sistem endokrin misalnya adanya pembesaran kelenjar tiroid.
(8)    Sistem Perkemihan
Kaji adanya poliuri, nokturi dan nefropati yang diawali dengan protenuria kemudian timbul lemas.
(9)    Sistem Reproduksi
Kaji adanya impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanita yang disertai dengan keputihan.
c)    Pola aktivitas  sehari-hari
Yang perlu dikaji pada kegiatan sehari–hari adalah sebagai berikut :
(1)    Pola nutrisi dan cairan
Apakah ada dengan pola makan, frekuensi makan, apakah intake dan output cairan seimbang, jenis makanan.
(2)    Pola eliminasi
Meliputi frekuensi, warna, bau, konsistensinya serta kesulitan BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak..
(3)    Pola Istirahat dan tidur
Meliputi kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan, dan masalah yang mengganggu tidur, serta ada perubahan selama sakit atau tidak. Tidur mungkin terganggu akibat nyeri yang dirasakan.
(4)    Personal hygiene
Meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, kemampuan klien dalam melakukan ADL apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Pasien post operasi biasanya belum dapat melakukan aktivitas personal hygiene seperti biasanya, sehingga memerlukan bantuan dari orang-orang terdekat.
d)    Data psikologis
Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas karena perawatan yang lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di rumah sakit akibat hospitalisasi, dan juga karena kurangnya pengetahuan tentang prosedur dan penyakit yang dialami klien.

e)    Data sosial
Pada umumnya klien akan mengalami gangguan dalam berhubungan karena klien mengalami perubahan kondisi dan merasa dirinya tidak bisa memenuhi perannya di keluarga maupun di masyarakat.
f)    Data spiritual
Pada umumnya kepercayaan klien tidak terganggu,  tetapi biasanya klien kurang dapat memenuhi kewajibannya secara optimal karena sakit, dan klien percaya bahwa dengan perawatan dan pengobatan penyakitnya akan sembuh.
g)    Data penunjang
(1)    Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar asam hidroklorida tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B dihubungkan dengan hiperklohidria (kadar tinggi dail asam hidroklorida)
(2)    Pemeriksaan sinar x G.I atas
(3)    Pemeriksaan Histologis
(4)    Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk mendapatkan antibody terahadap antigen H. Pylori.
(5)    Gastroskopi
(6)    Hb, Ht
(7)    Serum gastrin menurun atau normal
(8)    Serum vitamin B12
(9)    Analisis cairan lambung
(10)    Biopsi mukosa
(11)    Biopsi lambung
(12)    Endoskopi.

h)    Perawatan dan pengobatan
Pemberian diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien. Prinsip diet diantaranya pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang dan tidak boleh berpuasa. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung cukup kalori dan protein (TKTP) namun kandungan lemak/minyak, khususnya yang jenuh harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung bahan yang merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara berlebihan, dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan (soft drinks), dan coklat. Beberapa macam jenis obat juga dapat memicu terjadinya gastritis. Garam dapat mengiritasi lapisan lambung. Beberapa penelitian menduga bahwa makanan bergaram meningkatkan resiko pertumbuhan infeksi Helicobacter pylori. Gastritis juga biasa terjadi pada alkoholik. Perokok berat dan mengkonsumsi alkohol berlebihan diketahui menyebabkan gastritis akut. Makanan yang diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang bersifat asam dan kopi juga dapat mengiritasi mukosa labung.
Pengobatan umum terhadap gastritis adalah menghentikan atau menghindari faktor penyebab iritasi, pemberian antasid dan simptomatik lain, dan pada gastritis atrofik dengan anemia pernisiosa diobati dengan B12 intramuskuler (hydroxycobalamin atau cyanocobalamin).
b.    Pengelompokan data
          Pengelompokkan data adalah merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah di kumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada (Hidayat, 2007).
c.    Analisa data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki, dan mengelompokan data serta mengaitkanya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif dan data objektif (Carpenito LJ. 2000).
Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi yaitu :
1)    Masalah yang dapat mengancam jiwa klien.
2)    Masalah aktual.
3)    Masalah potensial atau resiko tinggi.
2.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual, resiko dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat  (Hidayat, 2009).
Diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan gastritis (Brunner dan Suddarth, 2001) :
a.    Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
b.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.
c.     Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan, muntah, dan perdarahan.
d.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, nausea, dan kecemasan.
e.    Kurangnya pengetahuan tentang faktor penyebab dan terapi diet berhubungan dengan kurangnya informasi dan status kesehatan.
3.    Perencanaan Keperawatan
Perencanaaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
Adapun  intervensi sebagai berikut :
a.    Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
Tujuan dan Kriteria Hasil  : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.
Intervensi : 
1)    Kaji tingkat nyeri, (skala 1 – 10 )
Rasional  : Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, dan kemajuan penyembuhan.
2)    Berikan istirahat dengan posisi semi folwer
Rasional : Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan ketegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
3)    Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat merangsang terjadinya pengeluaran asam lambung ( HCl ).
Rasional : dapat mencegah terjadinya nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas paristaltik lambung yang berlebihan.
4)    Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya sesuai kebutuhan.
Rasional : mencegah terjadinya perih pada ulu hati/ epigastrium
5)    Diskusikan dan Ajarkan Tehnik relaksasi
Rasional : Menbantu dalam penurunan respon nyeri, dan memberikan kontrol situasi dan meningkatkan prilaku positif.
6)    Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat analgesikMenghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain.
b.    Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan menurunnya intake cairan adanya mual muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit akan terpenuhi.dengan kriteria.
TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 80 - 100x/mnt, S : 36 - 370C, RR : 16-20x/mnt, Membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, dan Pengisian kapiler cepat.
Intervensi :
1)    Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran Mukosa dan turgor kulit.
Rasional : Klien tidak mengkonsumsi sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
2)    Diskusikan strategi untuk menghentikan mual muntah dengan pengunaan laksatif.
Rasional : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.
3)    Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya: jadwal masukan cairan.
Rasional : Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki     keseimbangan untuk berhasil.
c.    Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia, peningkatan sekresi asam lambung.   Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. Dengan kriteria : Klien akan menunjukkan intake makan melalui keseimbangan diet, Menunjukkan prilaku mempertahankan pola nutrisi yang adekuat.
   Intervensi :
1)    Monitor intake dan output secara periodik
Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
2)    Timbang BB klien setiap hari
Rasional : Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3)    Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional : Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4)    Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
5)    Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
Rasional : Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
6)    Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
Rasional : Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
d.    Gangguan pola tidur b.d nyeri, nausea, kecemasan
Tujuan dan kriteria hasil : klien akan menujukan kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi  dengan kriteria : Klien dapat tidur degan nyenyak , Klien dapat tidur 7 s/d 8 jam perhari.
Intervensi :
1)    Kaji Pola tidur klien
Rasional : Sebagai indikator cukup tidaknya kebutuhan tidur dalam satu hari.
2)    Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang serta membatasi pengunjung.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat memberikan ketenangan sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak.
3)    Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat membantu klien tidur dengan   nyenyak.
4)    HE tentang pentingnya kebutuhan istirahat dan tidur
Rasional : Tidur dapat membantu proses penyembuhan karena dalam keadaan istirahat dan tidur sel – sel dalam tubuh mengalami metabolisme.
5)    Kolaborasi pemberian obat anti sedatif 
Rasional  : Pemberian pemberian anti sedatif dapat merangsang sistem saraf para simpatis sehingga mempemudah untuk tidur.
e.     Kurangnya pengetahuan tentang faktor penyebab dan terapi diet      
Tujuan dan kriteria hasil : klien akan menyatakan pemahaman tentang penyakit dan proses penyakit dengan kriteria klien paham dan mengerti dengan keadaan penyakit yang dideritanya.
Intervensi :
1)    Kaji informasi tentang penyakit klien
Rasional : Indikasi kurangnya pengetahuan klien
2)    Jelaskan prosedur dan perawatan pada klien
Rasional : memberi informasi pada klien sehingga tidak terjadi salah persepsi.
3)    HE tentang penyakit klien
Rasional : Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit klien
4.    Implementasi
            Implementasi merupakan pengelolaan yang berupa perwujudan dari asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah di rencanakan, melaksanakan hasil kolaborasi, yang dilksanakan berdasarkan pertimbangan rasional perawat (Hidayat, 2001).
5.    Evaluasi
        Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah dilaksanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunkan proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tercapai atau tidak tercapai (Brunner dan Suddarth, 2001).
Evaluasi daspat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola piker yaitu sebagai berikut :
S :   Respon subyektif klien terhadap intervensi yang di laksanakan.
O :  Respon obyektif klien terhadaap intervensi yang di laksanakan.
A :     Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru atau mungkin terdapat data kontra indikasi dengan masalh yang ada.
P :  Perencanaan atau tindak lanjut yaitu berdasarkan hasil analisa pada
       respon.
Adapun yang di evaluasi yaitu sebagai berikut :
a.    Apakah nyeri teratasi ?
b.    Apakah kebutuhan nutrisi sudah memenuhi kebutuhan tubuh ?
c.    Apakah volume caiaran tubuh memenuhi kebutuhan tubuh ?
d.    Apakah gangguan pola tidur teratasi ?
e.    Apakah pengetahuan klien bertambah ?
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “N” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS BUNGI KOTA BAUBAU
No. Register    : 660
Tgl. MRS    : 30 Juni 2013
Tgl. Pengkajian    : 30 Juni 2013
Dx. Medik    : Gastritis
A.    Pengkajian
1.    Biodata
a)    Identitas klien
Nama        : Ny.N
Umur        : 20 Tahun
Jenis kelamin    : Perempuan
Status perkawinan    : Belum nikah
Agama         : Hindu
Suku/Bangsa    : Bali/Indonesia
Pendidikan        : SMA
Pekerjaan        :  -
Alamat         : Ngkari-ngkari

b)    Identitas penananggung jawab
Nama        : Tn. M
Umur        : 47 Tahun
Jenis kelamin    : Laki-laki
Agama        : Hindu
Suku/Bangsa    : Bali/Indonesia
Status perkawinan    : Kawin
Pekerjan        : Petani
Alamat         : Ngkari-ngkari
Hubungan pasien    : Ayah Kandung Pasien
2.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat kesehtan sekarang
1)    Keluhan utama :  Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati
2)    Kronologis keluhan utama
•    Provocative
Pasien mengatakan tidak mengetahui secara pasti penyebab dari sakit yang diderita. Klien mngatakan sering terlambat makan. Sewaktu gejala dirasakan, klien langsung beristirahat dengan berbaring. Namun tidak ada perubahan kemudian pasien langsung dibawa oleh keluarganya ke UGD Puskesmas Bungi Kota Baubau tanggal 30-06-2013 pada jam 08.15 WITA.
•    Quality
Pasien mengatakan gejala dirasakan sacara terus menerus seperti di tusuk-tusuk dengan selama 5 menit.
•    Regional
Pasien mengatakan sakit dirasakan di daerah perut bagian kiri atas. Pasien mengatakan Sakit yang dirasakan menetap.
•    Severity
Pada saat pengkajian, Skala nyeri yang dirasakan adalah sedang yaitu 5 (skala 0-10).
•    Timing
Pasien mengatakan sakit mulai timbul tanggal 28-06-2013 pukul 16.15 WITA. Klien mengatakan sakitnya hilang timbul. Gejala dirasakan bertambah jika terlambat makan atau beraktivitas dan berkurang saat pasien  beristirahat.

b.    Riwayat kesehtan masa lalu
Pasien mengatakan belum pernah di rawat di Puskesmas Bungi ataupun RSUD Kota Bau-bau.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Menurut keluarga pasien, keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti yang diderita pasien saat ini, tidak ada riwayat penyakit keturunan dan menular seperti DM dan Hepatitis

3.    Pola aktivitas sehari-hari
Tabel  3.1 Pola aktifitas sehari hari

7 Responses to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “N” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS BUNGI KOTA BAUBAU"

  1. Saya sangat senang dengan isi artikel Anda sangat bermanfaat dan saya tunggu artikel berikutnya untuk memperbarui informasi lagi.
    Obat Sakit Maag Untuk Anak, Dewasa Dan Orang Tua Obat Maag

    ReplyDelete

  2. Informasinya sangat bermanfaat , terimakasih ...

    Obat Alami Luka Lambung

    ReplyDelete
  3. As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on given topic and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a lot. This is my first time see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m not just one having all the enjoyment right here! I just couldn’t leave your website before telling you that I truly enjoyed the best high quality articles you present for your visitors? Will be returning again frequently to check up on brand new posts.

    Obat Asam Lambung
    Obat Maag
    Manfaat Puasa
    Obat Asam Lambung

    ReplyDelete
  4. Salah satu kelebihan dari Walatra Spirulina Kapsul merupakan proses pembuatannya yang memakai teknologi super canggih, yakni Nano Teknologi. Seperti namanya saja, teknologi yang satu ini adalahterobosan teranyar yang sangat berpengalaman dalam mengontrol dan mengolah spirulina sampai ke ukuran terkecil yaitu nano meter.

    Spirulina yang dipakai sebagai bahan dasar produk ini pulang menjadi partikel-partikel kecil yang ukurannya ini disebutkan oleh para berpengalaman 50.000 lebih kecil dibanding dengan sehelai rambut manusia. Hal ini otomatis akan menciptakan obat penggemuk badan Walatra Spirulina Kapsul reaksinya bakal cepat dialami oleh tubuh, cepat larut dan tentunya proses penggemukan badan bakal lebih cepat sampai 3x lipat.

    ReplyDelete
  5. Pengobatan untuk tbc paru respe doketr yang di jual di apotik kebanyak harus melakukan pengobatan 6 bulan secara rutin dan teraturm, jika pengobatan telat 1 kali saja hasrus di mulai lagi dari awal. Sehinga kini banyak formaulasi pengobatan tradisional seperti obat tradisional tbc paru paling ampuh untuk memantu mengatasiunya secara alami dan masih banyak lagi macamnya.

    manfaat sari kurmaqu
    Obat stroke ringan di apotik
    obat tradisional mata minus di apotik
    Obat haid terus menerus di apotik
    Obat tradisional penyakit liver

    ReplyDelete

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya