Asuhan Keperawatan Pada Gastritis

http://asmanurs3.blogspot.co.id/1.    Asuhan Keperawatan Pada Gastritis
A. Pengkajian
 Anamnesa meliputi :
1.    Identitas Pasien
1.    Nama
2.    Usia
3.    Jenis kelamin  : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4.    Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5.    Alamat
6.    Suku/bangsa
7.    agama       
8.    Tingkat pendidikan  : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9.    Riwayat sakit dan kesehatan
1.    Keluhan utama
2.    Riwayat penyakit saat ini
3.    Riwayat  penyakit  dahulu

2.      Pemeriksaan fisik : Review of System
1.    B 1 (breath)        : takhipnea
2.    B 2 (blood)        : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3.    B 3 (brain)          :sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.  
4.    B 4 (bladder)     : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5.    B 5 (bowel)        : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6.    B 6 (bone)          : kelelahan, kelemahan
3.  Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
    Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
    Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
    Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
    Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e.  Rontgen saluran cerna bagian atas
    Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
    Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyat
g. Analisis stimulasi
    Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
4. Psikososial
            Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
B.   Diagnosa keperawatan
1.     gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,  muntah.
2.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa   lambung.
4.    Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5.    Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Rencana Intervensi
Diagnosa  Keperawatan  1  :
   
Tujuan  :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.

Kriteria Hasil :
    Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan  output  seimbang.

Intervensi :
    Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

Diagnosa Keperawatan  2 :

Tujuan
Gangguan   nutrisi   teratasi.

Kriteria   Hasil  :
    Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.

Intervensi  :
    Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.

Diagnosa  Keperawatan 3  :

Tujuan :
Nyeri   dapat   berkurang/hilang.

Kriteria  Hasil  :
    Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala  nyeri  menunjukkan  angka  0.

Intervensi  :
    Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi  nyeri.

Diagnosa  Keperawatan  4 :

Tujuan  :
Keterbatasan  aktifitas  teratasi.

Kriteria  Hasil  :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

Intervensi  :
    Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.

Diagnosa   Keperawatan  5  :

Tujuan  :
Kurang  pengetahuan  teratasi.

Kriteria  Hasil  :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,   pencegahan  dan  pengobatan.

Intervensi  :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.

D.  Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
1.    Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
2.    Kebutuhan nutrisi teratasi
3.    Gangguan rasa nyeri berkurang
4.    Klien dapat melakukan aktifitas
5.    Pengetahuan klien bertambah.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Gastritis"

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya