Proposal kesehatan "Pengaruh penyuluhan pre-operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi post-operasi "

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Tindakan pembedahan merupakan pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan mengenai tindakan perawatan maupun tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya, perawat bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan atau penyuluhan terkait dengan tindakan pembedahan yang akan di terimanya. (Smith. At all 1982) mendefinisikan penyuluhan pre operasi sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan pasien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku.(dikutip dari Carpenito 1995). Penyuluhan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan diberikan dangan tujuan meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi.(Donna Ignativicius,1996). Dari pengalaman klinik, peneliti sering menjumpai pasien post operasi pembedahan abdomen yang tidak melakukan mobilisasi segera, sehingga hari perawatan lebih lama dan kemungkinan komplikasi post-operasi seperti atlektasis dan pneumonia hipostatis dapat terjadi, pelaksanaan mobilisasi perlu mendapat penjelasan sebelum operasi dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan kemandirian pasien post operasi.
Pembedahan yang menyangkut luka insisi di abdomen menurut data sementara yang peneliti peroleh dari ruang opersi Gedung bedah pusat terpadu (GBPT) RSU dr.Soetomo Surabaya dari bulan Januari sampai September 2004 terdapat 468 kasus dengan rata-rata tiap bulan sekitar 52 kasus, dan khususnya pada ruang perawatan bedah G rata-rata 30 pasien dalam satu bulan, namun belum ada data kejadian komplikasi akibat tidak melakukan mobilisasi.
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat,dan penting untuk kemandirian ( Barbara Kozier 1991), demikian pula dengan pasien pos operasi di harapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti melakukan gerakan kaki ,bergeser di tempat tidur, melakukan nafas dalam dan batuk  efektif dengan membebat luka dengan jalinan kedua tangan di atas luka opersi, dan teknik bangkit dari tempat tidur ( Brunner & Suddarth, 1996 ), dengan melakukan mobilisasi sesegera mungkin, hari perawatan pasien akan lebih singkat dan komplikasi pos operasi tidak terjadi.
Dari uraian di atas maka penyuluhan pre operasi diperlukan agar perilaku pasien post operasi dapat berubah dari ketidaktahuan menjadi paham akan perawatan dirinya, dan khusunya mengenai mobilisasi pos operasi pasien telah mempunyai gambaran atau pengetahuan perawatan post operasi. Penyuluhan pasien pre operasi perlu dipersiapkan dengan baik, sehingga partisipasi aktif pasien pos operasi dalam meningkatkan kesehatan dirinya akan lebih baik (Luckmann and Sorensen's, 1987). Sebagai mana diketahui bahwa penyuluhan pre operasi merupakan upaya perawat sebagai pendidik dengan tujuan merubah perilaku pasien dalam pencapaian tujuan (Notoatmojo, 2003). Dengan memberikan penyuluhan pre operasi pasien dapat mengadopsi berbagi strategi guna peningkatan kemampuan adaptasi pasien pos operasi sehingga kemandirian segera tercapai dan dapat mempersingkat hari perawatan.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat di rumuskan masalah "Bagaimanakah pengaruh penyuluhan pre-operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi post-operasi ?

1.3    Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi post operasi pembedahan daerah abdomen.
1.3.2    Tujuaan Khusus
1.    Mengukur kemampuan pengetahuan pasien tentang mobilisasi post operasi pembedahan abdomen
2.    Mengukur sikap pasien dalam melakukan mobilisasi pos operasi pembedahan abdomen
3.    Mengobservasi pelaksanaan mobilisasi post operasi pada pasien pembedahan abdomen
4.    Mengidentifikasi pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap perubahan tingkat pengetahuan tentan mobilisasi post operasi
5.    Mengidentifikasi pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap perubahan sikap tentang mobilisasi post operasi
6.    Mengidentifikasi pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi post operasi pembedahan abdomen

1.4 Manfaat Penelitian
1.4    1Teoritis
Dengan penyuluhan pre-operasi pasien pembedahan abdomen dapat mempengaruhi pengetahuan dan pasien dapat beradaptasi dengan penatalaksanaan perawatan post operasi, sehingga harapan sesuai dengan teori, bahwa pendidikan kesehatan (penyuluhan) dapat mempersingkat hari perawatan..
1.4.2    Praktis
Dengan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan penyuluhan melalui penelitian maka akan dapat memberikan sumbangsih bagi keperawatan sehingga dapat diterapkan di klinik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian
    Pendidikan atau edukasi adalah upaya agar individu,kelompok, dan masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan,(Notoatmojo, 2003).
    Menurut Wood, seperti yang dikutip Effendy (1998), menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, pengetahuan dan sikap yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa. Kesemuanya ini dipersiapkan supaya perilaku yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan dapat diterima dengan mudah.
    Dalam pengertian yang lain menurut Steward yang dikutip Effendy (1998) bahwa pendidikan kesehatan adalah unsur program kesehatan yang mengandung rencana untuk merubah perilaku perorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan, penyakit dan peningkatan kesehatan.
2.1.2 Batasan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : (a) input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok, masyarakat, dan pendidik atau pelaku pendidikan, (b). proses yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, (c). output yaitu melakukan apa yang diharapkan atau perilaku. Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan.
Pengembangan perilaku sehat ini ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku hidup sehat sepatutnya dimulai sedini mungkin, karena kebiasaan perawatan terhadap anak termasuk kesehatan yang diberikan oleh orang tua akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak selanjutnya.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
2.1.3 Arti dan Lingkup Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat. Akan tetapi menurut konsep Eropa arti belajar agak sempit, hanya mencakup menghapal, mengingat, dan mereproduksi sesuatu yang dipelajari.
Perkembangan teori proses belajar yang ada dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yakni teori stimulus-respon yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang memperhitungkan faktor internal. Pada teori stimulus-respons tanggapan-tanggapan yang diperoleh melalui pemberian stimulus/ rangsangan. Makin banyak stimulus, maka makin kaya tanggapan pada subyek belajar. Sedangkan pada teori transformasi berlandaskan pada psikologi kognitif dimana proses belajar adalah transformasi dari masukan (input) lalu direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan.
2.1.4 Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip hidup sehat dan perubahan perilaku dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pada pendidikan kesehatan terhadap pasien pre operasi diharapkan mereka mengetahui dan mengerti bahwa mobilisasi perlu demi kesehatan dan kemandirian
2.1.5 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan meliputi 3 aspek, yaitu :
1. Sasaran pendidikan kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan adalah : individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan berhubungan dengan sasaran agar penyuluhan mencapai hasil yang optimal adalah :
1)    Tingkat pendidikan.
2)    Tingkat sosial ekonomi.
3)    Adat istiadat.
4)    Kepercayaan masyarakat.
5)    Ketersediaan waktu.
2. Materi / pesan
Materi atau pesan yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan kelompok sasaran. Dalam hal menyampaikan materi, sebaiknya :
1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dipahami.
3) Menggunakan alat peraga.
4) Sesuai kebutuhan kesehatan dan perawatan.
3. Metoda
Berbagai metoda yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan, dapat dikelompokkan dalam dua macam metoda, yaitu :
1) Metoda didaktik
Pada metoda ini yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan, sedang peserta penyuluhan bersifat pasif dan tidak diberi kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan. Proses penyuluhan berjalan satu arah (one way method). Yang termasuk dalam metoda ini adalah : ceramah, poster, majalah, bulletin, surat kabar, televisi dan radio.
2) Metoda sokratik
Dengan metoda ini peserta penyuluhan diberi kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka aktif dalam proses belajar mengajar. Proses penyuluhan berjalan dua arah (two way method). Yang termasuk dalam metoda ini adalah : diskusi, demonstrasi, simulasi, role play, seminar, simposium, dan sebagainya.

2.1.6 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pendidikan Kesehatan
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan kesehatan terdiri  dari :
1. Faktor pendidik, meliputi:
1)    Kurang persiapan.
2)    Kurang menguasai materi.
3)    Bahasa yang digunakan kurang bisa dimengerti.
4)    Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar.
5)    Penyampaian materi terlalu monoton sehingga membosankan.
2. Faktor sasaran, meliputi
1)    Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan.
2)    Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga kurang memperhatikan pesan.
3)    Kepercayaan dan adat yang sudah tertanam kuat.
4)    Kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan perilaku.

2.2 Konsep Perilaku
2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003).
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon  (Notoatmodjo, 2003).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2 Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
2.2.3 Domain Perilaku
Menurut Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan seperti dikutip Notoatmodjo (2003) membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1.    Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Tanpa pengetahuan seseorang tidakmempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
1)    Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
2)    Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode  dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :



1)    Tahu (Know)
    Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang  telah dipelajari sebelumnya.
2)    Memahami (Comprehension)
    Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar
3)    Aplikasi
    Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4)    Analisis
    Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5)    Sintesa
    Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6)    Evaluasi
    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1)    Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2)    Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3)    Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1)    Menerima (receiving)
    Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2)    Merespon (responding)
    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3)    Menghargai (valuing)
    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan  suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4)    Bertanggung jawab (responsible)
    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1)    Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2)    Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3)    Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
4)    Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1)    Kesadaran (awareness)
    Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2)    Tertarik (interest)
    Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3)    Evaluasi (evaluation)
    Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4)    Mencoba (trial)
    Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5)    Menerima (Adoption)
    Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2.4 Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut :





Gambar 2.1 Determinan terbentuknya perilaku
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori Lawrence Green (1980)
    Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1)    Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2)    Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3)    Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
1)    Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).
2)    Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3)    Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).
4)    Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan  (personal autonomy).
5)    Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi  orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4)    Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia.

2.3 Peran Perawat
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem.(Sinopsis dasar-dasar keperawatan, 2003 )
Perawat adalah seseorang yang menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Ali Zaidin, 2002)
2.3.1 Peran Perawat
Berdasarkan standar Depkes, (1998) peran perawat :
1. Sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap anggota kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya yang dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan. Mengingat perawat harus merencanakan, melaksanakan dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh pasien. Tugas ini menuntut kemampuan managerial yang handal.
2. Sebagai Pengelola Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di rumah sakit maupun di masyarakat, dalam mengelola keperawatan untuk individu, keluarga atau masyarakat.
3. Sebagai Pendidik Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pelajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Sebagai Peneliti Keperawatan.
Perawat diharapkan menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena memiliki keterampilan, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dan lingkungan. Kegiatan peneliti pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media masa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
2.3.2 Konsep Dasar Intervensi
Dikutip dari Nursalam (2001) fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi: independen, dependen dan interdependen. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional adalah bervariasi tergantung individu dan masalah spesifik. Tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang meliputi pengkajian yang terus menerus, perencanaan dan pengajaran. 
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan.
1. Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan tersebut merupakan suatu respon dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.
2. Interdependen
Interdependen keperawatan merupakan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lain misalnya dokter, tenaga sosial, ahli gizi, dan fisioterapi.
3. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan

2.4    Konsep Keperawatan Pre Operasi
Keperawatan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan pembedahan di ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan pos operasi.


2.4.1.Pengkajian
Sebelum operasi dilaksanakan pengkajian menyangkut riwayat kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik dilakukan, tanda-tanda vital di catat dan data dasar di tegakkan untuk perbandingan masa yang akan datang. Pemeriksaan diagnostik mungkin dilakukan seperti analisa darah, endoskopi, rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan urine. Perawat berperan memberikan penjelasan pentingnya pemeriksaan fisik diagnostik. (Luckmann and Sorensen's, 1987)
Disamping pengkajian fisik secara umum perlu di periksa berbagai fungsi organ seperti  pengkajian terhadap status pernapasan, fungsi hepar dan ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi. (Brunner & Suddarth, 1996 ).
Status nutrisi klien pre operasi perlu dikaji guna perbaikan jaringan pos operasi, penyembuhan luka akan di pengaruhi status nutrisi klien. Demikian pula dengan kondisi obesitas, klien obesitas akan mendapat masalah post operasi dikarenakan lapisan lemak yang tebal akan meningkatkan resiko infeksi luka, juga terhadap kesulitan teknik dan mekanik selama dan setelah pembedahan. (Brunner & Suddarth, 1996 ).
2.4.2  Informed Consent
Tanggung jawab perawat dalam kaitan dengan Informed Consent adalah memastikan bahwa informed consent yang di berikan dokter di dapat dengan sukarela dari klien, sebelumnya diberikan penjelasan yang gamblang dan jelas mengenai pembedahan dan kemungkinan resiko.


2.4.3    Pendidikan Pasien Pre operasi
Menurut (Glass,McGraw,dan Smith 1982) penyuluhan Preoperasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan klien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan,dan perubahan perilaku.(dikutip dari Carpenito 1995).
Dalam memberikan penyuluhan klien pre operasi perlu dipertimbangkan masalah waktu , jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum pembedahan memungkinkan klien lupa, demikian juga bila terlalu dekat dengan waktu pembedahan klien tidak dapat berkonsentrasi belajar karena adanya kecemasan atau adanya efek medikasi sebelum anastesi. (Brunner & Suddarth, 1996 ).
Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat meningkatkan adaptasi klien pasca operasi di antaranya .(Brunner & Suddarth, 1996 ).
1. Latihan Nafas Dalam, Batuk dan Relaksasi
salah satu tujuan dari keperawatan pre operasi adalah untuk mengajar pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Hal ini dapat dicapai dengan memperagakan pada pasien bagaimana melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas dengan lambat pasien dalam posisi duduk untuk memberikan ekspansi paru maksimum. Setelah melakukan latihan nafas dalam beberapa kali, pasien di instruksikan untuk bernafas dalam-dalam, menghembuskan melalui mulut, ambil nafas pendek, dan batukkan, (Gambar 2.2 dan 2.3 ). Selain meningkatkan pernafasan latihan ini membantu pasien untuk relaksasi.


 Pada insisi abdomen perawat memperagakan bagaimana garis insisi dapat dibebat sehingga tekanan diminimalkan dan nyeri terkontrol. Pasien membentuk jalinan kedua telapak tangannya dengan kuat diletakkan diatas insisi dan bertindak sebagai bebat yang efektif ketika batuk. Pasien di informasikan bahwa medikasi diberikan untuk mengontrol nyeri.
Tujuan melakukan batuk adalah untuk memobilisasi sekresi sehingga mudah dikeluarkan. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif, pnemonia hipostatik dan komplikasi paru lainnya dapat terjadi.
2. Perubahan Posisi dan Gerakan Tubuh Aktif
Tujuan melakukan pergerakan tubuh secara hati-hati pada pos operasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis vena dan untuk menunjang fungsi pernafasan yang optimal.
 Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan cara untuk mengambil posisi lateral. Posisi ini digunakan pada pos operasi ( bahkan sebelum pasien sadar) dan di pertahankan setiap dua jam..
Latihan ekstrimitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul (sama seperti mengendarai sepeda selama posisi berbaring miring). Telapak kaki diputar seperti membuat lingkaran sebesar mungkin menggunakan ibu jari kaki (Gambar 2.4 dan2.5 ). Siku dan bahu juga dilatih ROM. Pada awalnya pasien dibantu dan diingatkan untuk melakukan latihan , selanjutnya di anjurkan untuk melakukan secara mandiri. Tonus otot dipertahankan sehingga mobilisasi akan lebih mudah dilakukan.
               

asmanurs3.blogspot.com
3.Kontrol dan Medikasi Nyeri
Disamping penyuluhan diatas pasien di berikan penjelasan tentang anastesi (bagian anastesi akan menjelaskan lebih rinci), diberikan penjelasan mengenai obat-obatan untuk mengontrol nyeri dan mungkin akan diberikan antibiotik profilaksis sebelum pembedahan.Kontrol kognitif atau strategi kognitif dapat bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, ansietas yang berlebihan dan relaksasi, strategi yang di gunakan seperti "Imajinasi",pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada pengalaman  yang menyenangkan atau pemandangan yang menyenangkan. "Distraksi", Pasien di anjurkan untuk memikirkan cerita yang dapat dinikmati atau berkesenian, puisi dan lain-lain."Pikiran optimis-diri" Menyatakan pikiran pikiran optimistik semua akan berjalan lancar di anjurkan.
4. Informasi Lain
Pasien mungkin perlu diberikan penjelasan kapan keluarga atau orang terdekat dapat menemani setelah operasi. Pasien dianjurkan berdo'a.Pasien diberi penjelasan kemungkinan akan dipasang alat post operasinya seperti ventilator, selang drainase atau alat lain agar pasien siap menerima keadaan post operasi
.
2.5    Konsep Mobilisasi
2.5.1 Pengertian
    Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1991), sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.(Susan J Garrison, 2004).
    Pada pasien pembedahan abdomen mobilisasi di lakukan segera mungkin (24-48 jam post operasi) untuk mencegah komplikasi post operasi terutama atlektasis dan pneumonia hipostasis, eliminasi alvi maupun urine menjadi baik, dan luka operasi akan lebih cepat sembuh.(Pelatihan Asuhan Keperawatan RSU dr. Soetomo 2003)
2.5.2 Tujuan mobilisasi
1.    Memperthankan funsi tubuh
2.    Memperlancar peredaran darah
3.    Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4.    Mempertahankan tonus otot
5.    Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
6.    Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7.    Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
2.5.3 Macam mobilisasi
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
2. Mobilisasi sebagian
    Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi:
1)    Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
2)    Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel.
2.5.3 Kontra Indikasi Mobilisasi
    pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode tidak terlalu lama seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia jantung, atau syok sepsis, kontraindikasi lai dapat di temukan pada kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang (Susan J. Garrisson, 2004 ).

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Perilaku pasien pre operasi di pengaruhi oleh faktor Internal di antaranya Usia, jenis kelamin, Pengetahuan tentang pembedahan, motivasi dan faktor eksternal yang menjadi fokus peneliti yaitu peran perawat sebagai pendidik, yang akan memberikan penyuluhan kepada klien sehingga terjadi proses belajar yang akan mempengaruhi kognisi pasien, dimana proses kontrol kognisi berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi terhadap persepsi, atau proses informasi, pengambilan keputusan dan emosi. Pengetahuan yang baru diterima diharapkan akan di persepsikan positif sehingga akan membentuk koping yang positif. Koping positif akan berdampak positif  terhadap perubahan perilaku pasien, dalam segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga klien mampu melaksanakan mobilisasi post operasi segera bila memungkinkan.

3.2 Hipotesis Penelitian
    Hipotesis yang di tetapkan dalam penelitian ini adalah :
H 1 Ada pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap perubahan tingkat pengetahuan mobilisasi post operasi
H 1 Ada pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap perubahan sikap mobilisasi post operasi
H 1     Ada pengaruh penyuluhan pre operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi pos operasi pada pasien pembedahan abdomen.

link download artikel lengkap






0 Response to "Proposal kesehatan "Pengaruh penyuluhan pre-operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi post-operasi ""

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya