LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI)
2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Maman Rachman (2003:93), pengetahuan adalah hasil
dari kegiatan mengetahui, sedangkan mengetahui artinya mempunyai bayangan
tentang sesuatu. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:122-123),
pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah
mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (analysis) Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru di formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi/objek.
2.1.1.2 Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan pada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Makanan pendamping ASI diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin
meningkat umur bayi/ anak, kebutuhan zat gizi semakin bertambah untuk tumbuh
kembang anak, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi
(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000:5).
Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI
ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
pencernaan bagi bayi/ anak. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup
kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
anak yang sangat pesat pada periode ini (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI, 2000:5). 24
Tujuan pemberian makanan tambahan adalah sebagai komplemen
terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi
lainnya (vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang. Penting untuk
diperhatikan agar pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin, karena ASI
memberikan sejumlah energi dan protein yang bermutu tinggi. Untuk mengajarkan
anak mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru, pertama-tama berikan satu atau
dua sendok teh makanan tmbahan (weaning foods).
2.1.2 Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang/sekelompok
orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Suhardjo, 1986: 35).
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Karjati (1985) adalah
berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang di makan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999:
89).
Sedangkan menurut Yayuk Farida (2004: 69), pola konsumsi
pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu.
2.1.2.1 Macam Zat Gizi
Menurut Deddy Muchtadi (19994:11-18) zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi mengenai beberapa zat gizi, tetapi direkomendasikan untuk
dikonsumsi yang dapat mendukung pertumbuhan seorang bayi yang sehat.
1) Energi Konsumsi energi sebanyak 115 Kkal per kgberat
badan (sekitar 95-145 Kkal/kg) nampaknya mencukupi kebutuhan bayi untuk bulan
pertama kehidupannya. Dari jumlah energi yang dikonsumsi bayi, 50% digunakan
untuk energi basal (energi yang dibutuhkan untuk bekerjanya organ-organ di
dalam tubuh, peredaran darah, dan sebagainya), 25% untuk aktivitasnya, 25%
lainnya untuk pertumbuhan badan yang berkisar antara 5 sampai 7 gr per
hari.untuk umur 6 bulan energi yang dibutuhkan turun menjadi 95 Kkal/kg berat
badan. Bayi yang pendiam membutuhkan energi sebesar 71 Kkal/kg BB, sedangkan
bayi yang aktif membutuhkan sampai 133 Kkal/kg BB.
2) Protein
Protein dalam tubuh merupakan zat pembengun yang sangat
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan tubuh, menggantikan sel-sel yang rusak,
memelihara keseimbangan metabolisme tubuh. Kebutuhan protein bagi bayi relatif
lebih besar dari orang dewasa, karena bayi mengalami pertumbuhan yang pesat
(Departemen Kesehatan, 1995:5)
Kebutuhan akan protein selama periode pertumbuhan tulang
rangka dan otot yang cepat pada masa bayi, relatif tinggi. Konsumsi sebanyak
2,2 gr protein bernilai gizi tinggi per kg BB per hari menghasilkan retensi
nitrogen sekitar 45%, jumlah ini cukup unuk pertumbuhan bayi yang normal. Pada
minggu ketiga, sekitar 60%-75% dari jumlah protein yang dikonsumsi digunakan
untuk pertumbuhan dan sisanya digunakan untuk pemeliharaan. Pada umur 4 bulan,
proporsinya adalah 45% dan 55%. Pada umur 5 bulan, kebutuhan proteinnya turun
menjadi 2 gr/kg BB perhari.
3) Vitamin Larut Air Kebutuhan bayi akan vitamin yang larut
dalam air sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi harus
memperoleh 0,5 mg ribovlavin per 1000 Kkal energi yang dikonsumsi untuk
memelihara kejenuhan jaringan, berarti bahwa bayi yang berumur 3-6 bulan
membutuhkan 0,4 mg tiamin dan pada umur 6-12 bulan membutuhkan 0,6 mg tiamin
perhari. Konsumsi sebanyak 5-6 NE (niacin equivalent) dapat dibutuhkan oleh ASI
yang menyediakan 0,15 mg niasin dan 21 mg triptofan per 100 ml.bayi membutuhkan
0,005 mg folasin/kg BB. Untuk vitamin C, bayi memperolehnya dari ASI.
4) Vitamin Larut Lemak
Jumlah vitamin A yang dibutuhkan bayi sebanyak 375ug RE.
perhari.konsumsi vitamin D pada bayi akan meningkat pada waktu terjadinya
kalsifikasi tulang dan gigi yang cepat. Konsumsi vitamin D dianjurkan sebanyak
400 IU/ hari. Disarankan untuk memberikan vitamin E pada bayi sebanyak 2-4 mg
TE (tocopherol equivalent) per hari. Untuk vitamin K, defisiensi vitamin K
dapat terjadi pada beberapa hari pertama.
5) Mineral
Karena terjadinya kalsifikasi yang cepat pada tulang untuk
menunjang berat badan pada waktu bayi mulai belajar berjalan, kalsium sangat
dibutuhkan. ASI mengandung 280 mg kalsium per liter, yang berarti dapat
mensuplai sekitar 210 mg kalsium perhari. Kebutuhan bayi akan zat besi sangat
ditentukan oleh umur kehamilan. Bayi yang dikandung cukup umur akan menerima
sejumlah zat besi dari ibunya selama kandungan. Tingginya kadar seng dalam
kolostrum (4 mg
27
per liter yang menurun jumlahnya menjadi 2 mg/liter pada air
susu putih setelah 6 bulan, dan menjadi 0,5 mg/liter setelah 1 tahun) dapat
mengkompensasi kebutuhan bayi yang diberi ASI akan seng.
2.1.2.2 Kebutuhan Gizi Balita
Pengaturan makanan anak usia dibawah lima tahun mencakup dua
aspek pokok, yaitu pemanfaatan ASI secara tepat dan benar dan pemberian makanan
pendamping ASI dan makanan sapihan serta makanan setelah usia setahun.
Penelitian Oomen terhadap 415 usia balita dibawah lima tahun di Jakarta tahun
1957 menunjukkan bahwa anak-anak yang disusui ibunya, keadaan gizinya tidak
lebih baik dari gizi anak yang tidak diberi ASI. Masalahnya bukan dikarenakan
mutu gizi ASI, akan tetapi karena penggunaan ASI yang tidak tepat dan salah.
Adapun kebutuhan balita terhadap energi dan protein adalah
sebagai berikut :
Tabel 2
Kebutuhan Energi dan Protein Bagi Anak
Usia (bulan) Berat badan (Kg) Kebutuhan Energi (Kal)
Kebutuhan Protein (Gr)
0 – 3
4 – 6
7 – 9
10 – 12
13 – 24
25 - 36 4,1
6,4
7,7
9,2
11,0
13,5 492
735
850
970
1135
1350 10
15
18
19
23
28
2.1.2.3 Penilaian Konsumsi Makanan
Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui
kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
tinkat kelompok, rumah tangga dan perorangan, serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Menurut I Nyoman Supariasa
(2001:88), beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu anatara
lain :
1) Metode food recall 24 jam
Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi responden pada periode 24 jam yang lalu. Dimulai
sejak ia bangun pagi sampai istirahat malam hari. Metode ini cenderung bersifat
kualitatif sehingga jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti.
Metode ini digunakan untuk mengatur rata-rata konsumsi pangan dan zat gizi pada
kelompok besar. Daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari
pewawancara sangat menentukan keberhasilan metode recall 24 jam ini.
2) Metode estimated food records
Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.
Responden diminta mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum
makan. Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu, termasuk cara
persiapan dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan informasi
konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu.
3) Metode Penimbangan Makanan (food Weighing)
Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh
makanan yang dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya
berlangsung beberapa hari tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan tenaga
yang tersedia.
29
Terdapatnya sisa makanan setelah makan juga perlu ditimbang
sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
4) Metode Riwayat Makanan
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran
pola kunsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1
minggu, 1 bulan, 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen yaitu :
wawancara, frekuensi jumlah bahan makanan, pencatatan konsumsi.
5) Metode Frekuensi Makanan (food frequensi)
Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. Meliputi
hari, minggu, bulan, atau tahun, sehingga diperoleh gambaran pola konsumsi
makanan secara kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar
bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.
2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan
Pendamping ASI
1) Pendapatan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1998:10).
2) Besar Keluarga
Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang
gizi, karena jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar
mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut.
Akan tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut (Suhardjo, 2003:23).
2.1.2.3 Penilaian Konsumsi Makanan
Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui
kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
tinkat kelompok, rumah tangga dan perorangan, serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Menurut I Nyoman Supariasa
(2001:88), beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu anatara
lain :
1) Metode food recall 24 jam
Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi responden pada periode 24 jam yang lalu. Dimulai
sejak ia bangun pagi sampai istirahat malam hari. Metode ini cenderung bersifat
kualitatif sehingga jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti.
Metode ini digunakan untuk mengatur rata-rata konsumsi pangan dan zat gizi pada
kelompok besar. Daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari
pewawancara sangat menentukan keberhasilan metode recall 24 jam ini.
2) Metode estimated food records
Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.
Responden diminta mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum
makan. Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu, termasuk cara
persiapan dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan informasi
konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu.
3) Metode Penimbangan Makanan (food Weighing)
Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh
makanan yang dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya
berlangsung beberapa hari tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan tenaga
yang tersedia.
29
Terdapatnya sisa makanan setelah makan juga perlu ditimbang
sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
4) Metode Riwayat Makanan
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran
pola kunsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1
minggu, 1 bulan, 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen yaitu :
wawancara, frekuensi jumlah bahan makanan, pencatatan konsumsi.
5) Metode Frekuensi Makanan (food frequensi)
Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. Meliputi
hari, minggu, bulan, atau tahun, sehingga diperoleh gambaran pola konsumsi
makanan secara kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar
bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.
2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan
Pendamping ASI
1) Pendapatan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1998:10).
2) Besar Keluarga
Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang
gizi, karena jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar
mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut.
Akan tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut (Suhardjo, 2003:23).
Sehubungan dengan pangan yang biasa dipandang untuk dimakan,
dijumpai banyak pola pantangan, takhayul, dan larangan pada beragam kebudayaan
dan daerah yang berlainan di dunia. Bila pola pantangan makanan berlaku bagi
seluruh penduduk sepanjang hidupnya, kekurangan zat gizi cenderung tidak akan
berkembang seperti jika pantangan itu hanya berlaku bagi sekelompok masyarakat
tertentu selama satu tahap dalam siklus hidupnya (Suharjo, 1996:22).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan formal membentuk nilai-nilai progresif
bagi seseorang terutama dalam menerima hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal
merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
menekuni pengetahuan yang diperoleh.
5) Pengetahuan gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia. Penduduk
dimanapun akan berutung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara
menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usia dan keadaan
fisiologis (Agus Krisno, 2004:13).
6) Pelayanan Kesehatan
Penyebab kurang gizi yang merupakan faktor penyebab tidak
langsung yang lain adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap
air bersih dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini meliputi imunisasi,
39
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan
anak, dan saran lain seperti keberadaan posyandu, puskesmas, praktek bidan,
dokter dan rumah sakit (Soekirman, 2000:85).
2.1.4 Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping
ASI dan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Penduduk
dimanapun akan beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara
menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usianya dan
keadaan fisiologisnya (Agus Krisno, 2004:13-14).
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak
serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI,
2000:1).
Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal
seperti pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah maupun non formal yang
diantaranya dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK maupun
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat. Pengetahuan merupakan faktor yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dimana hal itu dikuatkan
dengan penelitian yang dilakukan Roger (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan (Soekidjo Notoatmojo, 1997: 128).
Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya,
dalam hal pemberian dan penyediaan makanannya, sehingga seorang anak tidak
menderita
40
kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat disebabkan karena
pemilihan bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan makanan ini dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan ibu tentang bahan makanan. Ketidaktahuan dapat
menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan, meskipun bahan makanan
tersedia (Suharjo, 2003:25).
Menurut Suhardjo (1986:31), suatu hal yang menyakinkan
tentang pentingnya gizi didasari pada 3 kenyataan yaitu : 1) status gizi
seseorang yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, 2) setiap
orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan
energi, 3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang
diperlukan tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu
terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan kuantum masing-masing zat gizi
terhadap kebutuhan tubuh (Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 1999: 70).
Konsumsi pangan yang tidak cukup energi biasanya juga kurang
dalam satu atau lebih zat gizi esensial lainnya. Konsumsi energi dan protein
yang kurang selama jangka waktu tertentu akan menyebabkan gizi kurang, sehingga
untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita maka perlu asupan
gizi yang cukup (Agus Krisno, 2004:15).
41
0 Response to "Proposal kesehatan "Hubungan antara Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita Usia 4-24 Bulan di Desa Bulakamba Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas Tahun 2007""
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya