BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan keperawatan sebagai institusi yang mengembangakan dan menciptakan tenaga keperawatan memiliki peran yang sangat besar dalam profesionalisasi keperawatan, pendidikan keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga keperawatan dari lulusannya ( Ma’rifin, 1999). Akper Rajekwesi Bojonegoro, salah satu institusi pendidikan yang meneyelenggarakan Program DIII Keperawatan berdiri pada tahun 1994 sesuai SK Menkes No.HK.00.06.1.1.02402 tanggal 6 juni 1994 (Depkes RI, 1994), telah meluluskan 682 tenaga perawat.
Keberhasilan lulusan dalam menempuh pendidikan selama menjadi mahasiswa secara umum dinyatakan dalam indeks prestasi (Depkes,1997). Selama 10 tahun ini telah dilakukan evaluasi terhadap indeks prestasi lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro. Hasil dari evaluasi tersebut, sebagian besar berpredikat sangat memuaskan pada IPK dan IP MKU, dan sebagian besar memuaskan pada IP MKDK dan IP MKK. Setelah lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro masuk dalam dunia kerja, kemampuan dalam melaksanakan tugas pokonya dapat dievaluasi dari penampilan kerja. Namun selama ini belum pernah dilakukan evaluasi yang terstruktur dan sistematis terhadap penampilan kerja lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro. Sehingga belum ada acuan untuk penetapan kurikulum institusi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, akibat belum jelasnya kelompok mata kuliah mana yang lebih relevan terhadap penampilan kerja lulusan, dan perlu ditambahkan sebagai muatan pelengkap dalam kurikulum tersebut.
Dalam Laporan Pendidikan yang disampaikan Direktur pada wisuda VII tahun 2003, Akper Rajekwesi Bojonegoro telah meluluskan 682 alumni: 520 dari program umum dan 162 dari program khusus. Dari sejumlah lulusan selama 3 tahun terakhir, yang lulus dengan IPK berpredikat dengan pujian 26%, sangat memuaskan 64%, dan memuaskan10%. Prediakt pada IP MKU dengan pujian 30%, sangat memuaskan 60%, memuaskan 10%. Predikat pada IP MKDK 25% dengan pujian , sangat memuaskan 70%, memuaskan 5%. Predikat pada IP MKK 20% dengan pujian, 56% sangat memuaskan dan 24% memuaskan (BAAK, 2003). Sedangkan menurut hasil pengumpulan data oleh Gabungan Alumni Akper Rajekwesi (GALAKSI) tahun 2003 pada aspek pemberdayaan lulusan, yang telah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil 5% ,Swasta 79%, bekerja di Luar Negeri 1% dan yang belum mendapatkan pekerjaan 15 %. Walaupun belum ada penelitian penampilan kerja lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro, namun ditemukan keluhan beberapa perawat senior tentang penampilan kerja lulusan yang kurang bagus.
Hasil penelitian Lukman Mustar di RSJP Surakarta pada tahun 1999 bahwa karakteristik individu mempunyai hubungan sekitar 57 % dengan pelaksanaan asuhan keperawatan. Sedangkan hasil penelitian Endah Ratnawati di RS Al-Huda genteng Banyuwangi pada tahun 2003 menunjukkan tingkat kinerja perawat 66,67% tinggi, 33,33% sedang, 0% rendah. Sampai saat ini belum ada data yang sistematis tentang penampilan kerja lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro. Bila hal ini berlanjut dikawatirkan kurikulum instituisi yang ditetapkan tidak dapat memberi jaminan kepada masyarakat bahwa kurikulum tersebut merupakan alat yang tepat untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga menghasilkan lulusan yang tidak mampu mengatasi masalah kesehatan masyarakat pada masa kini dan mendatang.
Bahwa ditempat kerjanya seorang perawat harus bertanggung gugat terhadap pemberian perawatan yang berkualitas tingggi ( Bastable, 2002 ). Sedangkan institusi pendidikan tinggi keperawatan, harus mampu memberi landasan ilmu pengetahuan yang kokoh, membina dan menumbuhkan sikap dan tingkahlaku profesional dengan sosialisasi profesi untuk membina hubungan perawat dengan klien, dengan sesama tenaga kesehatan dan mampu memenuhi kebutuhan klien secara obyektif sehingga tercipta lingkungan dan suasana kerja yang kondusif ( Azis H, 2002 ). Bila hal tersebut tidak dilaksanakan dengan baik, maka akan terjadi penurunan kualitas lulusan dan pelayanan keperawatan yang tidak sesuai dengan harapan profesi dan masyarakat.Tidak terpenuhinya harapan masyarakat akan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan perawat lulusan institusi pendidikan tersebut. Hal ini berakibat menurunnya pula kepercayaan institusi pelayanan kesehatan sebagai pengguna tenaga lulusan, sedangkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketaat sehinnga akan semakin banyak tenaga lulusan yang tidak terserap dalam dunia kerja, dan pada akhirnya bisa mengancam keberadaan institusi pendidikan keperawatan tersebut.
Oleh karena itu perawat diharapkan dapat mendefinisikan, mengimplementasikan, dan mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus dapat sebagai indikator terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang profesional dimasa depan ( Nursalam, 2001 ). Hal itu tentunya tidak terlepas dari pendidikan tingggi keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme. Sesuai dengan hakekatnya sebagai pendidikan profesi, maka kurikulum pendidikan tinggi keperawatan disiusun berdasarkan lingkup konsep pendidikan yang kokoh mencakup : penguasaan IPTEK keperawatan, menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional, belajar sendiri dan mandiri, serta belajar dimasyarakat (Nursalam, 2002). Kemudian perlu adanya pembenahan pendidikan keperawatan yang dapat diselenggarakan dengan mengoptimalkan peran serta fungsi tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga pendidikan keperawatan dapat diharapkan sebagai pendidikan profesional ( Husain, 1999 ). Sebagai langkah awal untuk melaksanakan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan evaluasi terhadap penampilan kerja perawat lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Indeks Prestasi Kumulatif lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro yang bekerja di Rumah Sakit?
2. Bagaimanakah indeks prestasi MKU, MKDK, dan MKK lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro yang bekerja di Rumah Sakit?
3. Bagaimanakah Penampilan Kerja Lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro yang bekerja di Rumah Sakit menurut teman sejawat dan pimpinannya?
4. Apakah hubungan indeks prestasi MKU,MKDK dan MKK dengan penampilan kerja lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara Indeks Prestasi dengan Penampilan Kerja Perawat Lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Indeks Prestasi Kumulatif Lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro yang bekerja di Rumah Sakit.
2. Mengidentifikasi indeks prestasi MKU, MKDK dan MKK lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro yang bekerja di Rumah Sakit.
3. Mengidentifikasi Penampilan Kerja Lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro yang bekerja di Rumah Sakit menurut teman sejawat dan pimpinannya.
4. Menganalisis hubungan indeks prestasi MKU, MKDK dan MKK dengan penampilan kerja lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara teoritis
1. Sebagai bahan evaluasi bagi Akper Rajekwewsi Bojonegoro terhadap pencapaian program, penigkatan pencapaian tujuan program dan penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat terhadap lulusannya.
2. Sebagai acuan penentuan kurikulum institusi yang sesuai dengan relevansi kelompok ilmu dan penampilan kerja dan perkembangan IPTEK keperawatan.
1.4.2 Secara praktis
1. Sebagai sarana penyampaian informasi bagi Rumah Sakit tentang penampilan kerja perawat lulusan Akper Rajekwesi Bojonegoro.
2. Sebagai sarana untuk sosialisasi penilaian penampilan kerja pada perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bojonegoro.
3. Sebagai sarana untuk memotivasi lulusan agar meningkatkan penampilan kerjanya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas tentang : 1) kurikulum 2) penyelenggaraan tehnik pendidikan 3) penilaian hasil belajar 4) evaluasi tehnik penyelenggaraan pendidikan 5) penampilan kerja.
2.1 Kurikulum
2.1.1 Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahsa latin Curicule, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah (Hamalik Oemar,2003). Pendapat lain, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa (Sukmadinata Nana Syaodah, 1997). Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya kurikulum dan pengembangan beberapa tafsiran lain tentang kurikulum dikemukakan berikut ini.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Kurikulu merupakan serangkaian pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja,melainkan mencakup juga kegiatan diluar kelas.
Kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
2.1.2 Pengelolaan Penyusunan Kurikulum Institusi
Keperawatan di Indonesia sedang mengalami proses perkembangan menuju kearah keperawatan profesional sesuai kesepakatan dalam lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 yang telah menerima keperawatan sebgai profesi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, program pendidikan keperawatan juga sedang ditingkatkan dimana pada saat ini sudah mencapai tingkat pendidikan tinggi. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk membina program pendidikan tinggi khususnya melalui Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan Dewan Pendidikan tinggi dirjen Dikti ( CHS ).
Dalam Usaha untuk menyelenggarrakan pendidikan dan mengembangakan kurikulum tersebut diatas maka perlu adanya pengembanagan kurikulum institusi lengkap sebanyak 10 %. Hal ini sesuai SK Mendikbud No: 056/U/1994, tentang pedoman penyusunan kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian hasil belajar mahasiswa (Nursalam, 2002)
Bertolak dari pemahaman diatas, maka kurikulum hendaknya disususn dan dikembangkan dengan landasan yang kuat yang dapat memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa kurikulum tersebut merupakan alat yang tepat utnuk mencapai tujuan pendidian. Dimana proses pendidikan yang diselenggarakan akan dapat menghasilkan lulusan yang mampu mengatasi kesehatan masyarakat pada masa kini dan masa datang (Nursalam , 2002).
2.1.3 Dasar dan Langkah Penyusunan Kurikulum Lengkap Pendidikan Tinggi D III Keperawatan menurut Nursalam (2002).
1. Perkembangan IPTEK Kesehatan dan Keperawatan
Semakin cepatnya perkembangan tentang komputerisasi sebagai sarana komunikasi dan informasi, meningkatkan tutntutan perawarat untuk terus belajar dan memanfaatkan teknologi tersebut sebagai salahsatu alat yang efektif dan efisien dalam manajemen keperawatan. Dengan menggunakan teknologi tersebut akan meningkatkan keahlian perawat dalam komunikasi dan pengambilan keputusan secara akurat. Kurikulum pendidikan keperawatan harus didasarkan pada perkembangan IPTEK yang ada upaya dimasa depan perawat tidak mengalami gagap teknologi.
2. Perubahan Sosial Politik dan Ekonomi
Negara indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, sehingga setiap suatu perubahan pemerintahan akan berdampak terhadap semua aspek yang ada termasuk kesehatan dan atau keperawatan. Terjadinya dilema saat ini sedang dihadapi perawat indonesia, dimana mereka dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus dibekali tentang konsep bisnis dan yang organisaasi memadai, agar dimasa depan perawat dapat ikut terlibat dalam pemerintahan baik secara eksekutif maupun legislatif
3 . Kependudukan
Berkembangnya penduduk indonesia berdampak terhadap perkembanga sosial, ekonomi dan kebijakan tentang kesehatan. Dampak dari perubahan penduduk tersebut adalah pergeseran lingkup praktik keperawatan dari rumah sakit ke komunitas. Hal yang harus disiapkan perawat adalah memilih dan menerapkan tentang model asuhan keperawatan dirumah, atau yang kita kenal dengan home care. Disamping itu dengan semakin bertambahnya penduduk maka perawat harus terus belajar fenomena – fenomena penyakit yagn timbul seperti AIDS dan penyakit tropis lainnya yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Oleh kaarena itu perawat harus dibekali terhadap bagaimana pengelolaan asuhan keperawatan di komunitas/ home caare dan asuhan keperawatan terhadap kasus-kasus baru dan yang diperkirakan akan timbul dimasa depan.
4. Kurikulum Nasional
Berdasarkan surat keputusan Mendikbud tersebut diatas tentang pedoman penyusunan kurikulum, maka perlu disusun suatu kurikulum institusi dan pengembangannya dengan memperhatikan aspek-aspek budaya, relevansi, efektifitas dan efisiensi.
Pendidikan DIII Keperawatan dengan beban studi 108 SKS (90% dari kurikulum lengkap) dan dimungkinkan pengembangannya sampai 120 SKS (kurikulu lengkap yang disebut kurikulum institusi) diselenggarakan dalam enam semester. Kurikulum inti yaitu kelompok bahan kajian dan pelajaran yang harus dicakup dalam suatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional atau disebut Kurikulum Nasional. Sedangkan kurikulum lengkap yaitu sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang ditetapkan oleh masing-masing institusi penyelenggara pendidikan, dengan memperhatikan keadan kebutuhan leingkungan serta ciri khas institusi pendidikan tersebut.
2.1.4 Langkah-langkah penyusunan kurikulum lengkap dan muatan lokal
Untuk memperoleh pengakuan sebagai lulusan program DIII Keperawatan, maka setiap institusi pendidikan harus meelengkapi kurikulum nasional tersebut dengan muatan-muatan pelengkap sebanyak 10 %, sehingga menjadi kurikulum lengkap institusi, dimana pelengkap ini harus ditetapkan oleh setiap institusi pendidikan berdasarkan visi,misi, dan orientasi institusi yang akan memberi ciri khusus bagi lulusannya.
1. Visi, misi dan orientasi pendidikan tinggi keperawatan
a. Visi
Visi adalah kemampuan melihaat pada inti persoalan, pandangan luas dan wawasan. Isi pokok visi adalah keberadaaan (eksistensi) suatu organisasi atau seseorang yang diharapkan menjadi kenyataan dimasa depan. Visi belum tentu dapat tercapai, akan tetapi dengan adanya visi tersebut ada pengharapan yang jelas baik bagi organisasi maupun pribadi, sehingga tujaun yang akan dicapai dapat dirumuskan dengan baik. Dengan adanya keterpaduan dan kesatuan pikiran , usaha dapat digerakkan dengan efektif dan efisien. Dengan adanaya visi terciptalah kesatuan pandangan tentang organisasi.
Visi institusi pendidikan adalah :
1). Pandanagan institusi pendidikan tentang prakiraan keadaan perkembangan masyarakat dimasa depan, dalam hal ini yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan.
2). Pandangan dari institusi pendidikan tentang perkembangan yang harus ada atau dicapai dalam bidang kesehatan dan keperawatan dimasa depan, terutama pelayanan kesehatan dan pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat.
b. Misi
Misi adalah tugas yang dirasakan seseorang sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, profesi, dan lain-lain. Misi didasarkan pada visi, dapat juga dikatakan bahwa misi adalah tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk merealisasi sebuah visi.
Misi Institusi Pendidikan adalah :
1) Langkah-langkah atau hal-hal yang diyakini menjadi tanggung jawab institusi untuk dilaksanakan sebagai upaya untuk merealisasikan pandangan
2) Strategi dasar institusi pendidikan untuk mencapai tingkat perkembangan institusi sehingga mampu berperan dalam merealisasikan cita-cita sesuai pandangan atau wawasan dimasa depan.
c. Orientasi
Orientasi adalah peninjauan / pandangan untuk menentukan sikap ( arah,tempat,dsb) yang tepat dan benar, kecenderungan pandangan atau menitikberatkan pandangan.
Orientasi Institusi Pendidikan adalah :
Arah perkembangan dan pembinaan institusi pendidikan dalam melaksanakan misi institusi pendidikan melalui tiga fungsi utama perguruan tinggi : Pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
2. Penentuan Muatan Pelengkap
Melalui Visi, misi dan orientasi pendidikan tinggi keperawatan dapat ditentukan muatan pelengkap yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berbobot dan dapat membedakan dengan lulusan institusi lain.
Muatan pelengkap dapat disusun dengan :
a. Menambah mata ajar / disiplin baru
b. Metodologi baru
c. Pemekaran mata ajar / disiplin ilmu yang ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan landasan pengembangan kurikulum keperawatan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembanag kurikulum institusi keperawatan, yang meliputi : (1) Faktor eksternal, (2) Teori kurikulum,(3) Teori belajar,(4) Strategi Mengajar,(5) Teori keperawatan,(6) Proses keperawatan,(7) Praktik keperawatan, dan (8) Personaliti.
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal meliputi organisasi profesi (PPNI), kebijakan pemerintah, dan faktor-faktor sosial lainnya , misalnya pola kesehatan dan penyakit, perubahan demografi dan perubahan ekonomi. Oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum keperawatan berpengaruh pada isi, kondisi dan standar yang harus dicapai
b. Teori kurikulum
Teori kurikulum secara umum pada pendidikan keperawatan sebagai nilai dari desain dan pengembangan kurikulum keperawatan. Ada 2 pendekatan dalam teori kurikulum. Pertama adalah model proses tentang kriteria nilai instrinsik dari mata ajar yang akan dipelajari dan dari buku-buku yang diseleksi untuk perubahan peserta didik. Kedua adalah model obyektif yagn menjelaskan tujuan pendidikan , perilaku spesifik, kondisi dan standar. Hal ini bisa dikembangkan dengan pertanyaan sebagai berikut: (1) Apa tujuan dari kurikulum? (2) Mata ajar apa yanag akan dipilih?(3) Pengalaman belajar dan organisasi sekolah apa yang tersedia (4) Bagaimana hasil yang dievaluasi?
Pertanyaan tersebut berfokus pada tujuan, isi metode dan evaluasi pendidikan sebagai mana teori electrical modal yang disampaikan Groves (1984) dikutip Nursalam (2002) bahwa pengembangan model kurikulum keperawatan memberikan dampak pada perkembangan kurikulum. Model tersebut biasanya saling terkait dengan unsur-unsur model ( kurikulum secara umum dan faktor yang sesuai dengan keperawatan. Groves menjelaskan tentang an electrical curiculum model yang menggabungkan suatu model pendidikan secara umum antara unsur-unsur proses keperawatan dan model yang sesuai dengan praktik keperawatan. Pada bagian lingkungan luar menunjukkan komponen pendidikan secara umum dan meliputi 4 tahap :
1. Objective (tujuan) : suatu pertanyaan dari tujuan yang mendefinisikan tujuan dari kurikulum
2. Content(isi) : Mata ajar yang akan diajarkan.
3. Methode (metode) : Identifikasi dibuat berdasarkan pengalaman pembelajaran yang memungkinkan memilih strategi pembelajaran yang diterapkan
4. Evaluation : Bagaimana efektifitas kurikulum yang akan dievaluasi
c. Teori Belajar
Ada beberapa teori belajar yang berpengaruh dalam pengembangan kurikulum nasional. Quinn(1980) yang dikutip Nursalam (2002) mengidentifikasi beberapa teori belajar yang bisa diterapkan pada pendidikan keperawatan :
1) Stimulus – responses : teori ini lebih menekankan pada perubahan perilaku yang terjadi karena rangsangan.
2) Cognitive theori : teori ini lebih menekankan pada ketrampilan intelektual dan berpikir
3) Humanistic theory : teori ini lebih menekankan pada berpikir, perasaan dan pengalaman.
4) Social learning theory : teori ini berdasaarkan pada asumsi tentang bagaimana mahasiswa belajar.
d. Strategi Mengajar
Sheal (1980) yang dikutip Nursalam (2002) mendefinisikan tentang strategi mengajar sebagai suatu continuum of teaching strategies. Metode ini bergerak dari dependent teacher to student center.
e. Teori keperwatan merupakan salah satu sumber pengembangan kurikulum. Tubuh pengetahuan yang berhubungan dengan keperawatan berkembang dimana keperawatan ikut terlibat pada penelitian yang berguna pada pengembangan praktik keperawatan.
f. Proses Keperawatan
Pengembangan pendekatan yang sistematis pada proses keperawatan sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akan berdampak pada pengembangan kurikulum keperawatan.
g. Praktik Keperawatan
Oliver D’ A Slevi (1981) yang dikutip Nursalam (2002) mengatakan bahwa “the nurse is becoming not only of a nurse but more than a nurse “ Praktik keperawatan mempenaruhi kurikulum dalam banyak hal . Kurikulum perlu didasarkan pada lingkungan belajar nyata dimana praktik keperawatan profesional dilaksanakan. Sehingga akan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
h. Personal Influence
Anak didik merupakan faktor yang paling penting dalam penyusunan kurikulum, meskipun adanya kesamaan pada tahap selekasi awal , pengalaman belajar dan metode pengkajian juga sebagai bahan pertimbangan dari performen dalam pencapaian keperawatan. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan akademik, tipe pembelajaran, hubungannya dengan guru, tenaga kesehatan dan lingkungannya.
Personal Influence yang dimaksudkan adalah peserta didik dan pengajar . Pengembangan kurikulum harus disesuaikan pada karakteristik peserta didik dan pengajar. Entwistle (1981) yang dikutip Nursalam (2002) mengidentifikasi karakteristik peserta didik dan pengajar yang berpengaruh pada pembelajaran :
Tabel 2.1 Karakteristik peserta didik dan pengajar yang berpengaruh pada pembelajaran
Karakteristik Peserta Didik Karakteristik Pengajar
Pengetahuan sebelumnya
Kemampuan intelektual
Tipe dan tingkat motivasi
Interest
Tingkat kecemasan
Style belajar Harapan tentang pengetahuan peserta didik
Antusias
Pemilihan MA dan evaluasi
Style mengajar
Harapan tentang tingkat keberhasilan
(Entwisle,1981 dikutip oleh Nursalam, 2002)
Tabel 2.2 Sebaran Beban Studi Pada Kurikulum DIII Keperawatan
No Kelompok Mata Kuliah Kelompok Ilmu Cabang Ilmu SKS
1 Mata Kuliah Umum ( MKU ) 1. Humaniora
2.Alam Dasar
3.Ilmu Perilaku
4. Ilmu Sosial 1.1 Agama
1.2 Pancasila
1.3 Kewiraan
1.4 Etika umum
2.1 Biologi
2.2 Fisika
3.1 Psikologi
4.1 Sosiologi 2
1
1
2
1
1
2
2
2 MKDK 5. Ilmu Biomedik
6. Ilmu Kesehatan Masyarakat
7. Ilmu Kedokteran Klinik
8. Ilmu Keperawatan Dasar 5.1 Anatomi
5.2 Fisiologi
5.3 Mikrobiologi
5.4 Parasitologi
5.5 Farmakologi
5.6 Ilmu Gizi
5.7 Biokimia
5.8 Patologi
6.1 Biostatistik
6.2 Epidemiologi
6.3 Demografi
6.4 Kesehatan Lingkungan
7.1 Ilmu Bedah
7.2 Ilmu Penyakit Dalam
7.3 Ilmu Kesehatan Anak
7.4 Obstetri Ginekologi
7.5 Psikiatri
8.1Kepemimpinan dan maanjemen keperawatan
8.2 Komunikasi
8.3 Keperawatan Profesional
8.4 Konsep Dasar Keperawatan
8.5 Kebutuhan Dasar Manusia
8.6 Etika Keperawatan
8.7 Pendidikan Kesehatan
8.8 Pengantar Riset Keperawatan
8.9 Dokumentasi Keperawatan
2
2
1
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
2
4
8
2
2
2
2
3 MKK 9. Ilmu Keperawatan Klinik
10. Ilmu Keperawatan Komunitas 9.1 Keperawatan Medikal Bedah
9.2 Keperawatan Anak
9.3 Keperawatan maternitas
9.4 Keperawatan Jiwa
9.5 Keperawatan Gawat Darurat
10.1 Keperawatan Komunitas
10.2 Keperawatan Keluarga
10.3 Keperawatan gerontik
17
5
5
5
3
5
3
2
Jumlah SKS 108
(Nursalam, 2002)
2.2 Penyelenggaraan Tehnik Pendidikan
Penyelenggaraan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan mengguanakan sistem kredit. Penggunaan sistem kredit memungkinkan pengambilan kredit yang bervariasi dan luwes dalam mengembangkan serta menyalurkan bakat dan minat mahasiswa sesuai dengan kemampuannya.
2.2.1 Pengertian
1. Sistem kredit
Sistem kredit adalah suaatu sistem penyelenggaraan pendidikan dimana beban studi peserta didik, beban kerja tenaga pengajar dan beban penyelenggaraan pendidikan suatu mata kuliah tertentu, kesemuanya dinyatakan dalam kredit (Depkes RI , 1997).
2. Semester
Satu semester adalah jangka waktu terkecil untuk menyatakan lamanya pendidikan suatu mata kuliah tertentu. Jangka waktu ini umumnya setara dengan 18-20 minggu ( sesuai dengan peraturan Mendikbud No. 056/U/1994).
3. Satuan kredit semester
Satuan kredit semester layaknya disingkat SKS, adalah satuan ukuran yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi peserta didik, besarnya pengetahuan atas keberhasilan usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta besarnya usaha penyelenggaraan pendidikan bagi perguruan tinggi dan tenaga pengajar.
2.2.2 Pembagian kegiatan studi dalam semester
Kegiatan belajar dalam satu semester untuk setiap cabang ilmu atau mata kuliah dirinci sebagai berikut :
1. Kegiatan belajar mengajar : 15-17 minggu pertemuan.
2. Tes keberhasilan kegiatan belajar mengajar tengah semester : 1 minggu pertemuan.
3. Tes keberhasilan belajar mengajar akhir semester : 2 minggu pertemuan
Apabila perlu tiap menjelang ujian keberhasilan belajar mengajar akhir semester diadakan minggu tenang selama 1 minggu.
2.2.3 Jenis Pengalamn Belajar
Jenis pengalaman belajar pada Program DIII Keperawatan mencakup :
1. Pengalaman Belajar Ceramah (PBC) atau Kuliah (K)
Pengalaman belajar ceramah adalah kegiatan belajar mengajar yang bahan/pelajarannya disampaikan dengan cara lisan.
2. Pengalaman Belajar Diskusi (PBD) atau Seminar (S)
Pengalaman belajar diskusi adalah kegiatan belajar mengajar yang dikemukakan dalam diskusi kelompok.
3. Pengalamn Belajar Praktika (PBP) atau praktek laboratorium (L)
Pengalaman belajar praktika adalah kegiatan belajar mengajar di laboratorium yang memungkinkan peserta didik memeperoleh pengalaman konkrit, menguji coba pengetahuan dan ketrampilan yang sudah diperoleh sebelumnya dengan cara demonstrasi, redemonstrasi dan atau simulasi. Pada PBD/L dapat terjadi secara mandiri ataupun melalui interaksi kelompok.
4. Pengalamn Belajar Klinik (PBK) atau Praktek Klinik (P)
Pengalaman belajar klinik memberi kesempatan belajar kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekkan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh pada setiap tahap pendidikan disertai sikap profesional sesuasi dengan profesinya. Penguasaan Kognitif dan ketrampilan/psikomotor dan sikap yang telah diperoleh serta dipelajari dan atau dipraktekkan secara utuh di klinik.
5. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)
Pengalaman belajar lapangan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekkan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan ketrampialn yang telah diperoleh pada profesinya. Penguasaan kognitif, komunikasi dan ketrampilan/psikomotor yang telah dipelajari dipraktekkkan secara utuh dan menyeluruh di masyarakat.
6. Penyusunan Karya Tulis
Penyusunan karya tulis adalah kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatn kepada peserta didik dalam mengungkapkan kemampuan penalaran secara komperhensif melalui tulisan sesuai ruang lingkup dan tanggung jawab profesinya.
Suatu metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, kemampuan pengajar, kemampuan individu atau kelompok, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan, serta ketersediaan fasilitas pendukung (Herawani, 2001). Dalam rangaka peningkatan kualitas institusi pendidikan, keberadaan Alat Bantu Belajar Mengajar juga harus mendapat perhatian. ABBM sebagai media dan alat pengajaran sangat erat hubungannya dengan metode mengajar. Hal ini menjadi faktor yang dapat mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan peserta didik dalam proses belajar mengajar (Depkes, 2001).
2.2.4 Batas waktu belajar
Batas waktu belajar ialah batas waktu minimal dan maksimal yang diperlukan bagi seseorang peserta didik untuk menyelesaikan program pendidikannnya. Batas waktu untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan adalah 6-10 semester sesuai SK Mendikbud No. 056/4/1994 tanggal 19 Maret 1994.
2.3 Penilaian Hasil Belajar
2.3.1 Pengertian
Penialian adalah semua upaya membandingkan hasil pengukuran terhadap patokan atau bahan pembanding yang sudah dilakukan dan hasilnya dinyatakan dalam lambang yang menyatakan nilai tertentu.
Keberhasilan studi mahasiswa dinilai berdasarkan komponen-komponen yang mempengaruhi , yaitu ujian , taatp muka atau kehadiran didalam ruang kelas, dan tugas rumah ( baik terstruktur maupun mandiri ), ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, demikian juga penilaian atas penulisan makalah dan partisipasi berdiskusi dalam ruang kelas.
2.3.2 Tujuan
Penilaian dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui hasil belajar dan masalah peserta didik dalam mencapai penguasaan setiap bidang studi
2. Untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar dan hambatan penyelenggaraan dalam pencapaian penguasaan setiap bidang studi.
2.3.3 Jenis dan teknik
Penilaian dapat dilaksanakan dalm bentuk tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan (ketrampilan ) dan tes sikap.
1. Tes tertulis adalah: tes yang dilaksanakan dengan mengutamakan penilaian terhadap jawaban tertulis mahasiswa
2. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan secara lisan dan dijawab secara lisan pula oleh mahasiswa
3. Tes perbuatan (ketrampilan) adalah tes yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat ketrampilan peserta didik dengan menunjukkan penguasaan ketrampilan tertentu.
4. Tes sikap adalah tes yang dilaksanakan untuk menilai sikap mahasiswa dalam penampilan kerjanya. Tes ini dapat dilakukan tersendiri atau terpadu dengan tes ketrampilan dan atau tes lain.
2.3.4 Cara Penilaian
Penilaian dapat dikelompokkan menjadi dua cara yaitu :
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma adalah :penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seorang mahsiswa dengan hasil pengukuran yang diperoleh mahasiswa lain dalam kelompoknya.
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan adalah : Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran terhadap seseorang mahasiswa dengan patokan batas lulus yang ditetapkan untuk masing masing penguasaaan bidang studi.
2.3.5 Macam Penilaian dan Aspek yang dinilai
1. Macam penilaian
Pelaksanaan penilaian dapat dilakuakan dengan tes harian (formatif), ujian tengah semester (semi formatif), ujian akhir semester (sumatif) dan penilaian tugas akhir.
Tes atau ujian dapat dilakuakn berupa ujian trtulis,dan atau ujian lisan, ujian praktikum, atau penilaian tehadap tugas-tugas yang diberikan dan praktek kerja lapangan, diskusi, seminar dan lain sebagainya.
2. Aspek yang dinilai
Aspek yang dinilai mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
2.3.6 Keberhasilan Studi
1. Keberhasilan studi untuk setiap mata kuliah
Keberhasilan studi mahasiswa untuk setia mata kuliah ditentukan dengan menggunakan PAN, PAP atau gabungan keduanya yang merupakan nilai kumulatif dari nilai tes harian, nilai ujian tengah semester dan nilai ujian akhir semester serta penilaian tugas lainnya. Masing-masing kelompok diberi bobot sesuai dengan jenis mata kuliah dalam program pendidikan yang bersangkutan. Penilaian untuk masing –masing mata kuliah dinyatkan dalam nilai : A (sangat baik ) , B (baik), C (cukup), D (kurang ), E (buruk).
Nilai lulus adalah A,B,C dan angka tidak lulus adalah D dan E. Syarat minimal untuk lulus adalah C (=2,00). Apabil;a ada mata kuliah bernilai D (=1,00), harus diperbaiki dalam ujian perbaikan dan apabila masih tetap D maka harus diperbaiki pada semester berikutnya . Kegiatan perbaikan mencakup : melaksanakan penugasan-penugasa, ujian ujian mid semester dan ujian semester.
Mata kulaih yang nilai E (=0,00) harus diulang dengan cara mengikuti kuliah bersangkutan pada semester berikutnya yang mecantumkan jadwal mata kuliah tersebut.
Hasil belajar dinayatakan dalam lambang dan angka mutu sebagai berikut :
Tabel 2.3 Konversi Nilai
Nilai Absolut Lambang Angka Mutu
86-100
71-85
56-70
41-55
0-40 A
B
C
D
E 4
3
2
1
0
(Depkes, 1997)
Yang diperbarui dengan Daftar Konversi nilai Pendidikan Diploma III Keperawatan Propinsui Jawa Timur T.A. 2001/2002 (Dinkes Prop Jatim,2002)
Hasil belajar dinayatakan dalam lambang dan angka mutu sebagai berikut :
Tabel 2.4 Konversi Nilai
Nilai Absolut Lambang Angka Mutu
79-100
68-78
56-77
41-55
0-40 A
B
C
D
E 4
3
2
1
0
( Dinkes Prop Jatim, 2002)
2. Keberhasilan semester
Keberhasilan semester ditentukan pada tiap akhir semester dengan cara menilai semua mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa selama semester yang baru berakhir. Secara keseluruhan, keberhasilan studi mahasiswa dinyatakan dengan indeks prestasi atau lebih dikenal dengan IP. Besarnya indeks prestasi ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2.5 Rumus untuk penentuan IP
Jumlah nilai kredit (sks) MK yang diambil X nilai masing-masing MK
IP = ___________________________________________________________
Jumlah kredit (sks) MK yang diambil
(Depkes RI, 1997)
3. Keberhasilan akhir program
Keberhasilan akhir program harus dicapai melalui ujian sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dituangkan kedalam kurikulum masing-masing program pendidikan. Ujian akhir yang dilaksanakan pada semester genap tahun ketiga.
Peserta didik yang telah mengumpulkan jumlah nilai kredit (sks) yang dipersyaratkan sesuai dengan masing-masing kurikulum program pendidikan, dinyatakan telah menyelesaikan program pendidikan teersebut apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. IPK > 2,00
b. Tidak ada nilai D dan E
c. Telah menyelesaikan tugas akhir / karya tulis sesuai dengan kurikulum masing-masing pendidikan.
Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat , yaitu memuaskan, sangat memuaskan dan dengan pujian yang dinyatkan pada transkrip akademik berdasar patokan :
a. IPK 2,00 – 2,75 Memuaskan
b. IPK 2,76 – 3,50 Sangat Memuaskan
c. IPK 3,51 – 4,00 Dengan Pujian (Depdiknas, 1999 dikutip oleh PPNI, 2002)
Sedangkan penentuan predikat kelulusan di Akper Rajekwesi Bojonegoro menggunakan patokan :
a. IPK 2,00 – 2,50 Cukup memuaskan
b. IPK 2,51 – 2,75 Memuaskan
c. IPK 2,76 – 3,50 Sangat memuaskan
d. IPK 3,51 – 4,00 Dengan pujian
2.4 Evaluasi Teknis Penyelenggaraan Pendidikan
2.4.1 Tujuan Evaluasi
1. Mengetahui derajat pencapaian program
2. Meningkatkan program pendidikan secara terus menerus dan berkelanjutan
3. Menyesuaikan tujuan program dengan kebutuhan masyarakat
2.4.2 Evaluasi teknis penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan setiap akhir semester
2.4.3 Aspek Yang dinilai
1. Proses pendidikan
2. Hasil Pencapaian belajar mahasiswa
3. Dampak program pendidikan, lulusan terhadap lingkungan
2.4.4 Cara Evaluasi
1. Menilai keberhasilan program pembelajaran dengan menyebarkan angket kepada dosen (self- evaluation) dan kepada mahasiswa, yang isinya mencakup :
a. Kesesuaian isi/materi
b. Ketepatan metoda dan AVA
c. Penguasaan dosen dalam menyampaikan materi
d. Ketepatan metode evaluasi
e. Hasil pencapaian belajar mahasiswa berdasarkan tujuan mata ajar
Mengevaluasi dampak program melalui lulusan terhadap lingkungan. Evaluasi dapat dilakuakan dengan menggunakan angket langsung ditujukan kepada masyarakat pendayagunaan lulusan untuk menilai sejauh mana kemampuan lulusan dalam melaksanakan tugas pokonya.
2.5 Teori Kinerja
2.5.1 Pengertian
Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaiana kerja atau hasil kerja, penampilan kerja (L.A.N, 1992 dikutif oleh Sudarmayanti, 2001).
August W. Smith (1982), menyatakan bahwa performance atau kinerja adalah “Output drive from processes, human or otherwise”, jadi dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.
Pengertian kinerja menurut Mangkunegaran A.A (2001), adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan berdasarkan teori psycology job performance adalah tingkah laku seseorang sehingga ia menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya. Menurut Maieer dikutif oleh M. As,ad, 2001, mengemukakan bahwa perbedaan kinerja antara individu degan individu yang lain dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri. Disamping itu, orang yang sama menghasilkan kinerja yang berbeda didalam situasi yang berbeda pula.
2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Perilaku yang berhubungan dengan kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1) faktor individu (2) faktor lingkungan (Gibson, 1996).
Faktor individu meliputi : Latar belakang pendidikan, masa kerja, dorongan, sikap, kemampuan dan keterampilan, persepsi, umur, jenis kelamin, keragaman ras, pembelajaran dan kepribadian individu. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : fungsi kepemimpinan, kejelasan tentang desain pekerjaan, kebijakan dan aturan, penghargaan atau imbalan, sarana prasarana, sangsi dan tingkat stres.
1. Faktor individu
a. Pendidikan
Yang dimaksud pendidikan disini adalah pendidikan formil di sekolah-sekolah ataupun kursus. Didalam bekerja seringkali faktor pendidikan merupakan syarat paling pokok untuk fungsi-fungsi tertentu sehingga dapat tercapainya kesuksesan dalam bekerja. Dengan demikian pada pekerjaan tertentu, pendidikan akademis sudah tercukupi, akan tetapi pada pekerjaan lainnya menuntut jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga jenjang pendidikan seseorang harus sesuai dengan jabatan yang dipegang. (M. As’ad, 2001).
b. Pengalaman kerja
Melalui pengalaman kerja, pekerja mengembangkan sikap mengenai tinjauan prestasi, kemampuan memimpin, rancangan kerja dan aviliasi kelompok kerja. Pengalaman terdahulu menyebabkan beberapa sikap individu terhadap kinerja, loyalitas dan komitmen terhadap pekerjannya (Gibson, 1996).
c. Sikap
Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu dipersiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek dan keadaan. Setiap individu mempunyai sikap terhadap sejumlah topik mengenai serikat pekerja, latihan, tujuan, karier dan hubungan teman. Teori lain tentang sikap menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai sikap yang terstruktur merupakan gabungan dari komponen efektif, kongnitif dan prilaku yang saling berhubungan, bila terjadi perubahan pada satu komponen maka akan terjadi perubahan yang cepat pada komponen yang lainnya. Jadi afeksi, kognisi dan perilaku menentukan sikap dan sebaliknya sikap dapat menbentukan afeksi, kongnisi dan perilaku individu (Gibson,1996).
d. Kemampuan kerja
Kemampuan adalah sifat biologis yang bisa dipelajari dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang baik, yang bersifat fisik maupun mental. Secara psikologis, kemampuan (ability) seseorang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realitas (knowledge dan skill), artinya bahwa sessorang yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan (Mangkunegara.A.A,2001).
e. Persepsi
Persepsi adalah seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Dengan kata lain, persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menterjemahkan atau menginterprestasikan rangsangan yang teratur untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Oleh karena persepsi berperan dalam cara memperoleh pengetahuan khusus tentang obyek atau kejadian pada saat tertentu maka persepsi terjadi ketika rangsangan mengaktifkan indera. Karena persepsi melibatkan pengetahuan, ini termasuk interprestasi obyek, simbol-simbol, dan orang-orang dengan pengalaman yang relefan (Gibson,1996).
f. Usia, Jenis kelamin dan keragaman ras
Ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas dari pada pegawai yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan sedangkan pegawai yang lebih muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapanya dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka tidak puas. (Mangkunegara 2001).
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin pria dan wanita adalah sama dalam hal kemampuan belajar, daya ingat, kemampuan penalaran, kreativitas dan kecerdasan. Namun demikian masih ada yang memperdebatkan adanya perbedaan antara pria dan wanita mengenai prestasi dalam pekerjaan, absensi dan tingkat pergantian. Wanita mempunyai tingakat absensi lebih tinggi dari pada pria disebabkan karena adanya peran sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga (mengasuh anak, orang tua dan pasangan). (Gibson, 1996).
Keragaman adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan mutu manusia seperti ras, etnis yang berbeda dari kelompok sendiri dan kelompok diluar dari tempat mereka berada, yang mempunyai kamampuan yang berbeda-beda dalam bekerja. (Gibson, 1996).
g. Kepribadian
Pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, sifat kepribadian seseorang sangat berhubungan dengan kesuksesan dalam bekerja. Kepribadian adalah karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dari prilaku seseorang yang dipengaruhi oleh keturunan, budaya, dan faktor sosial (Gibson,1996).
Menurut Super dan Crites pengukuran kepribadian didalam bimbingan jabatan karyawan berguna bagi maksud-maksud sebagai berikut : (1) bagi mereka yang mempunyai kepribadian tidak baik, mungkin akan mengalami kesukaran penyesuaian diri didalam training maupun dalam situasi kerja. (2) bagi mereka yang mempunyai sifat kepribadian yang menganggu penyesuaian diri dengan kondisi dan posisi kerja bisa dilakukan upaya yaitu penempatan posisi kerja sesuai kepribadiannya. (M. As’ad, 2001).
2. Faktor lingkungan
a. Kepemimpinan
Kepeimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi seseorang agar mau bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama. Kepemimpinan yang baik perlu dipelihara sebaik-baiknya, karena manajemen yang berhasil bersumber atau bergantung pada adanya kepemimpinan yang baik. (Susilo martoyo, 2000).
b. Diskripsi jabatan
Menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya berjudul Psikologi Industri, diskripsi dapat bermacam-macam bentuknya tergantung pada tujuan pembuatanya. Setiap deskripsi jabatan ada tiga hal yang harus dicantumkan yaitu ringkasan jabatan, syarat-syarat kerja, luas lingkup tugas.
c. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah pola formal aktivitas dan hubungan antar berbagai sub unit organisas. Dua aspek yang termasuk dalam struktur organisasi adalah : (1) desaian pekerjaan (2) desain organisasi. Desain pekerjaan dihubungkan dengan proses dimana manager menspesifikkan isi, methode dan hubungan pekerjaan untuk memenuhi kepentingan organisasi dan individu serta harus bisa menjelaskan isi dan tugas serta posisi pimpinan unit serta hubungan posisi masing-masing anggota timnya. Sedangkan desain organisasi berkaitan dengan struktur organisasi secara menyeluruh dan berencana mengubah filosofi dan orientasi tim yang dapat meningkatkan kinerja anggota timnya (Gibson, 1996).
d. Norma aturan
Norma aturan umunnya merupakan standar yang disepakati individu dan perilaku kelompok yang dikembangkan sebagai akibat interaksi anggota setiap saat. Norma prestasi berkaitan erat dengan evaluasi prestasi kerja yang memuaskan.(Gibson, 1996)
e. Sangsi dan hukuman
Sangsi atau hukuman adalah konsekwensi yang kurang menyenangkan untuk suatu respons perilaku tertentu atau penghilangan terhadap penguat dalam pekerjaan karena merupakn respon perilaku tertentu. (Gibson, 1996).
f. Stress
Adanya hubungan yang berpengaruh antara stres dan prestasi kerja, menurut pendapat yang dikemukakan oleh Higgins. Bila karyawan tidak memiliki stres maka tantangan terhadap pekerjaan tidak ada dan akibatnya prestasi kerja juga rendah. Makin tinggi stres karena tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah, akan tetapi jika stres sudah maksimal, tantangan kerja jangan ditambah karena tidak akan meningkatkan prestasi kerja akan tetapi justru akan menurunkan prestasi kerja seseorang. (Umar Husein, 2001).
2.5.3 Aplikasi kinerja perawat
Gilles (1996), mengaplikasikan kinerja perawat sebagai berikut :
1. Pengkajian / Penilaian
Pengkajian dilakukan secara sistimatis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan saat pasien masuk rumah sakit. Hasil pengkajian di catat didalam buku status pasien dan dibuat prioritas masalah perawat sesuai dengan kondisi / keluhan pasien.
2. Perencanaan
Rencana perawatan yang dibuat harus mengacu pada kebutuhan pasien rencana yang dibuat akan sangat baik jika dibuat secara kerja sama dengan tim kesehatan yang lain, dan dijadwalkan dengan jelas waktu pelaksanaannya.
3. Implementasi
Dalam melaksanakan rencana perawatan dibutuhkan lingkungan yang kondusif. Perawat harus mampu menghormati martabat dan rahasia pasien, mampu memberikan pendidikan kesehatan kepadan pasien, menyesuaikan diri dengan beban kerja yang ada serta mampu bekerja dengan tim kesehatan yang lain.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara terus-menerus dan harus dibandingkan dengan standar perawatan.
5. Harapan institusi dan profesi
Untuk meningkatkan kinerja dibutuhkan adanya kebijakan, visi, dan misi rumah sakit yang jelas, Juga kemauan yang tinggi dari perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui jenjang pendidikan berkelanjutan, mengembangkan diri dengan mengikuti penyuluhan, seminar, lokakarya yang berhubungan dengan profesi keperawatan. Untuk menjadi perawat yang profesional diperlukan adanya organisasi keperawatan yang dapat menampung dan mengkoordinir kegiatan keperawatan. Semua tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan uraian tugas, bersedia berbagi pengetahuan dengan rekan sekerja dan membantu pelaksanaan orientasi perawat baru, berperilaku , berpikir dan berinteraksi sosial dengan baik.
untuk bab selannjutnya download disini
Home » proposal kesehatan
» Proposal kesehatan "ANALISIS PENGARUH INDEKS PRESTASI TERHADAP PENAMPILAN KERJA PERAWAT LULUSAN AKKES RAJEKWESI BOJONEGORO PROGRAM DIII KEPERAWATAN"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Proposal kesehatan "ANALISIS PENGARUH INDEKS PRESTASI TERHADAP PENAMPILAN KERJA PERAWAT LULUSAN AKKES RAJEKWESI BOJONEGORO PROGRAM DIII KEPERAWATAN""
Post a Comment
* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya