Studi Pengetahuan Penderita Tuberkulosis tentang Penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Batauga Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Periode Juli 2007 sampai dengan Juni 2008



PROPOSAL PENELITIAN
http://asmanurs3.blogspot.com/

STUDI PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU  DI PUSKESMAS BATAUGA
KECAMATAN BATAUGA KABUPATEN BUTON
TAHUN 2008.

A.    Latar Belakang
Dalam Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dinyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Tujuan tersebut akan tercapai dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan yang merata serta mengembangkan kesadaran dan perilaku sehat dikalangan masyarakat sendiri (Depkes RI, 2000)
Untuk mewujudkan paradigma sehat, pemerintah menetapkan visi dan misi yang dikenal dengan Indonesia sehat 2010. Visi dan misi ini adalah gambaran tentang Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dan perilaku sehat, terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku sehat dalam pembangunan adalah perilaku proaktif untuk mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit.
Salah satu penyakit yang menjadi ancaman serius dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia adalah penyakit tuberkulosis (TBC). Penyakit ini telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia penyakit tuberkulosis tidak terkendali. Hal ini disebabkan karena banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan terutama penderita menular (BTA positif). Pada tahun 1995 diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru tuberkulosis dengan kematian 3 juta orang (WHO, 1997).
Di Indonesia penyakit tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 (tiga) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 (satu) dari golongan penyakit infeksi. Kini Indonesia menjadi penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ketiga setelah China dan India. Menurut WHO pada peringatan hari tuberkulosis se-Dunia tahun 2003 bahwa penderita tuberkulosis di Indonesia mencapai 581.847 orang, tak sebanyak perkiraan Yayasan Pembangunan Indonesia Sehat yang mencapai 6,7 juta orang (Kompas, 10 Maret 2004).
Di Sulawesi Tenggara dengan jumlah penduduk 1.930.796 jiwa ditemukan 1559 penderita tuberkulosis paru BTA positif dan diperkirakan setiap 100.000 penduduk terdapat 210 penderita baru tuberkulosis paru BTA positif (Depkes Sultra, 2006). Sedangkan di Kabupaten Buton dengan jumlah penduduk 281.681 jiwa ditemukan 289 penderita tuberkulosis paru BTA positif periode Juli 2007 sampai dengan Juni 2008 (data P2 tuberkulosis Dinas Kesehatan Kabupaten Buton). Periode tersebut tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Buton. Khususnya di wilayah kerja Puskesmas Batauga ditemukan 39 penderita tuberkulosis paru BTA positif periode Juli 2007 sampai dengan Juni 2008 dan semua penderita tersebut telah mendapatkan pengobatan paket Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Faktor-faktor yang berpengaruh untuk terjadinya infeksi tuberkulosis adalah kemiskinan, gizi buruk, kurang pengetahuan dan cara hidup yang kurang sehat. Keadaan-keadaan tersebut memungkinkan seseorang akan terjangkiti basil tuberkulosis (Entjang Indan, 2001).
Dari uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Studi Pengetahuan Penderita tentang Penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Batauga Kecamatan  Batauga Kabupaten Buton Tahun 2008”.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan penderita tentang penyakit tuberkulosis paru ?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
 Untuk memperoleh gambaran pengetahuan penderita tentang penyakit tuberkulosis paru.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengidentifikasi pengetahuan penderita tentang pengertian penyakit tuberkulosis.
b.      Untuk mengidentifikasi pengetahuan penderita tentang penyebab penyakit tuberkulosis paru.
c.       Untuk mengidentifikasi pengetahuan penderita tentang manifestasi klinik  penyakit tuberkulosis paru.
d.      Untuk mengidentifikasi pengetahuan penderita tentang pengobatan penyakit tuberkulosis paru.
e.       Untuk mengidentifikasi pengetahuan penderita tentang pencegahan penyakit tuberkulosis paru.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan keilmuan khususnya dibidang penelitian.
2.      Dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi Puskesmas Batauga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Buton dalam meningkatkan penanganan pemberantasan penyakit tuberkulosis paru.
3.      Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.











E. Kerangka Konsep








 







































Text Box: SehatKeterangan :
            :  Diteliti
            :  Tidak diteliti

F.     Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode survei.

G.    Alur Pikir
Pengetahuan penderita tentang pengertian penyakit tuberkulosis paru
 
                                   


 





                                                                                                                        
Tahu/
Tidak Tahu
 
Pengetahuan penderita tentang manifestasi klinik penyakit tuberkulosis paru

 
                                                 
 



           




Pengetahuan penderita tentang pencegahan penyakit tuberkulosis paru

 
 





H.    Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1.      Pengetahuan penderita tentang pengertian penyakit tuberkulosis paru
Secara operasional yang dimaksud dengan variabel ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh penderita tentang penyakit tuberkulosis paru. Parameternya adalah penderita dapat menyebutkan atau menjelaskan tentang pengertian penyakit tuberkulosis paru. Pengertian penyakit tuberkulosis paru dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dan skala ordinal. Dimana skor yang dihasilkan terdiri dari 2 kategori berjenjang yaitu pengetahuan penderita tentang pengertian penyakit tuberkulosis paru baik atau kurang.
2.      Pengetahuan penderita tentang penyebab penyakit tuberkulosis paru
Secara operasional yang dimaksud dengan variabel ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh penderita tentang penyebab penyakit tuberkulosis paru. Parameternya adalah penderita dapat menyebutkan atau menjelaskan tentang penyebab penyakit tuberkulosis paru. Penyebab penyakit tuberkulosis paru dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dan skala ordinal. Dimana skor yang dihasilkan terdiri dari 2 kategori berjenjang yaitu pengetahuan penderita tentang penyebab penyakit tuberkulosis paru baik atau kurang.
3.      Pengetahuan penderita tentang manifestasi klinik penyakit tuberkulosis paru
Secara operasional yang dimaksud dengan variabel ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh penderita tentang manifestasi klinik tuberkulosis paru. Parameternya adalah penderita dapat menyebutkan atau menjelaskan tentang manifestasi klinik penyakit tuberkulosis paru. Manifestasi klinik penyakit tuberkulosis paru dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dan skala ordinal. Dimana skor yang dihasilkan terdiri dari 2 kategori berjenjang yaitu pengetahuan penderita tentang manifestasi klinik penyakit tuberkulosis paru baik atau kurang.
4.      Pengetahuan penderita tentang pengobatan penyakit tuberkulosis paru
Secara operasional yang dimaksud dengan variabel ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh penderita tentang pengobatan tuberkulosis paru. Parameternya adalah penderita dapat menyebutkan atau menjelaskan tentang pengobatan penyakit tuberkulosis paru. pengobatan penyakit tuberkulosis paru dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dan skala ordinal. Dimana skor yang dihasilkan terdiri dari 2 kategori berjenjang yaitu pengetahuan penderita tentang pengobatan penyakit tuberkulosis paru baik atau kurang.
5.      Pengetahuan penderita tentang pencegahan penyakit tuberkulosis paru
Secara operasional yang dimaksud dengan variabel ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh penderita tentang pencegahan tuberkulosis paru. Parameternya adalah penderita dapat menyebutkan atau menjelaskan tentang pencegahan penyakit tuberkulosis paru. pencegahan penyakit tuberkulosis paru dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dan skala ordinal. Dimana skor yang dihasilkan terdiri dari 2 kategori berjenjang yaitu pengetahuan penderita tentang pencegahan penyakit tuberkulosis paru baik atau kurang.

I.       Populasi, Sampel dan Sampling
  1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita tuberculosis paru yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Batauga Kecamatan Batauga Kabupaten Buton dan menjalani pengobatan paket Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
  1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita tuberkulosis paru yang dikenai sampel dengan menggunakan tekhnik simple random sampling yang ditarik 75% dari jumlah populasi. Maka jumlah sampelnya adalah 20 orang.
  1. Sampling
Untuk mendapatkan sampel sebanyak 20 orang maka peneliti menggunakan metode probability sampling dengan pendekatan simple random sampling.

J.      Tempat dan Waktu Penelitian
  1. Tempat
       Lokasi dalam penelitian ini adalah di Wilayah kerja Puskesmas Batauga Kecamatan Batauga Kabupaten Buton.

  1. Waktu
      Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dimulai tanggal 22 sampai dengan 29 Agustus 2008.

K.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Macam kuesioner yang digunakan menggunakan tipe multiple choise yang tersedia 3 (tiga) pilihan jawaban yaitu a, b dan c. Bila responden memilih jawaban yang benar akan mendapat nilai 5 dan bila memilih jawaban yang salah akan mendapat nilai 0.
.
L.     Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer. Sebelum mengisi kuesioner responden diminta kesediaannya untuk menjadi responden dengan mengisi formulir pernyataan menjadi responden. Bila subyek setuju menjadi responden maka kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti diberikan kepada responden. Bila responden mengalami hambatan dalam pengisiannya maka peneliti memberikan arahan atau gambaran cara menjawab pertanyaan tanpa memberikan jawaban kepada responden.

M.   Pengolahan Data dan Analisa Data
1.      Pengolahan Data
       Data yang telah ditentukan selanjutnya diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan disajikan dalam bentuk tabel.
2.      Analisa Data
Pada penelitian ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan dengan kuesioner tentang penyakit tuberkulosis paru. Pertanyaan berjumlah 10 pertanyaan yang terdiri dari :
a)      Pertanyaan yang berhubungan dengan pengertian penyakit tuberkulosis paru berjumlah 2 (dua) pertanyaan. Bila memilih jawaban yang benar nilainya 5 dan jika memilih jawaban salah nilainya 0, maka jumlah nilai yang benar adalah 10.
b)      Pertanyaan yang berhubungan dengan penyebab penyakit tuberkulosis paru berjumlah 2 (dua) pertanyaan. Bila memilih jawaban yang benar nilainya 5 dan jika memilih jawaban salah nilainya 0, maka jumlah nilai yang benar adalah 10.
c)      Pertanyaan yang berhubungan dengan manifestasi klinik penyakit tuberkulosis paru berjumlah 2 (dua) pertanyaan. Bila memilih jawaban yang benar nilainya 5 dan jika memilih jawaban salah nilainya 0, maka jumlah nilai yang benar adalah 10.
d)     Pertanyaan yang berhubungan dengan pengobatan penyakit tuberkulosis paru berjumlah 2 (dua) pertanyaan. Bila memilih jawaban yang benar nilainya 5 dan jika memilih jawaban salah nilainya 0, maka jumlah nilai yang benar adalah 10.
e)      Pertanyaan yang berhubungan dengan pencegahan penyakit tuberkulosis paru berjumlah 2 (dua) pertanyaan. Bila memilih jawaban yang benar nilainya 5 dan jika memilih jawaban salah nilainya 0, maka jumlah nilai yang benar adalah 10.
Dari 10 (sepuluh) pertanyaan tersebut nilai tertinggi adalah 50 dan nilai terendah 0. Pertanyaan pengetahuan ini dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu pengetahuan bila mendapat nilai 26-50 dan pengetahuan kurang bila mendapat nilai 0-25.

N.    Masalah Etika (ethical clearance)
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat persetujuan dari pembimbing riset dan mendapat rekomendasi dari Akper Kabupaten Buton untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti memohon kepada Kepala Puskesmas Batauga untuk mendapatkan izin. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1.      Informed Consent (lembar persetujuan)
       Lembar persetujuan diberikan kepada subyek sebelum riset dilaksanakan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset dilakukan. Bila subyek bersedia diteliti maka lembar persetujuan ditanda tangani dan bila subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2.      Anonymity (tanpa nama)
        Untuk menjaga kerahasiaan subyek peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar kuesioner yang diisi oleh subyek tetapi hanya memberi kode.
3.      Confidentiality (kerahasiaan)
       Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subyek.
O.    Keterbatasan
Merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian serta keterbatasan dalam penelitian yang dihadapi peneliti, yakni :
1.      Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden menjawab pertanyaan/pernyataan dengan tidak jujur dan tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
2.      Kurangnya keahlian yang dimiliki oleh peneliti dalam penelitian, terbatasnya dana dan waktu sehingga penelitian ini hasilnya kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.


































PENJELASAN KERANGKA KONSEP

Pengetahuan penderita terhadap penyakit TB Paru dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
­
Faktor Internal adalah pendidikan, pengalaman dan sikap
Sedangkan faktor eksternal itu adalah informasi dan lingkungan.
­
Pengetahuan penderita ini ada 2 kemungkinan yakni TAHU dan TIDAK TAHU terhadap penyakit TB Paru.

TAHU artinya dapat mengetahui dan menyebutkan tentang pengertian, penyebab, manifestasi klinik, pengobatan dan pencegahan penyakit TB Paru.

Bila penderita mengetahui hal tersebut maka penderita kemungkinan akan melakukan pengobatan sehingga penderita dapat sehat.

TIDAK TAHU artinya tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakit TB Paru sehingga penyakitnya dibiarkan dan tidak melakukan pengobatan. Dengan demikian penyakitnya akan menjadi kronik sehingga dapat menyebabkan kematian.

Penelitian ini hanya 1 variabel yakni mengidentifikasi pengetahuan penderita terhadap penyakit Tuberkulosis paru.

0 Response to "Studi Pengetahuan Penderita Tuberkulosis tentang Penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Batauga Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Periode Juli 2007 sampai dengan Juni 2008"

Post a Comment

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.
* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya